HomeUncategorizedBahaya Doomscrolling untuk Kesehatan Mental Anak

Bahaya Doomscrolling untuk Kesehatan Mental Anak

Published on

spot_img

 157 total views

INN NEWS – Media sosial tidak hanya menjadi hiburan dan sumber arus informasi. Konsumsi pemberitaan melalui media sosial yang berlebihan dan tidak terkurasi, dapat memberikan dampak negatif untuk orang yang mengonsumsi–terlebih lagi anak-anak.

Doomscrolling adalah istilah yang menggambarkan aktivitas penelusuran media sosial yang tak henti. Mungkin kamu tanpa sengaja pernah melakukan aktivitas ini. Misalnya, ketika kamu terus menerus scrolling ke bawah melihat reels, atau mengikuti suatu pemberitaan yang lagi viral. Nah, tanpa sadar, aktivitas ini bisa memengaruhi kesehatan mental.

Doomscrolling dan Kesehatan Mental Anak

Mungkin, buat orang dewasa yang sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, paparan pemberitaan negatif lebih bisa diminimalisir. Nah, berbeda dengan anak-anak, yang belum bisa membedakan mana yang benar dan salah, doomscrolling bisa berdampak pada kesehatan mentalnya.

1. Meningkatkan kecemasan

Doomscrolling dapat meningkatkan kecemasan pada anak, sebagai akibat dari konsumsi pemberitaan yang belum tentu benar. Anak akan menganggap informasi tersebut sebagai sesuatu yang valid, sehingga menciptakan rasa was-was.

2. Menganggap sesuatu yang salah sebagai kebenaran

Tidak semua yang ditampilkan di media sosial adalah benar dan boleh dilakukan. Misalnya ketika anak melakukan blackout challenge (menahan napas) yang beberapa waktu lalu jadi tren. Nah, padahal aktivitas ini bisa sangat membahayakan dirinya.

3. Memberikan memori buruk

Doomscrolling ataupun paparan negatif dari media sosial dapat memberikan memori buruk kepada anak-anak. Ini dapat mengembangkan gangguan stres pascatrauma (post traumatic stress disorder) pada anak-anak. Paparan berita buruk dapat menghasilkan respons emosional dan ingatan yang lebih kuat.

4. Ketagihan doomscrolling

Ketagihan doomscrolling dapat memberikan dampak pada kesehatan secara menyeluruh. Mulai dari penggunaan media sosial yang berlebihan, sampai kepada tidur yang tidak teratur. Pada akhirnya, anak-anak yang kurang tidur lebih cenderung memiliki masalah kesehatan mental lainnya. Ini bisa dilihat dari depresi, perilaku impulsif, kecemasan, dan kognitif yang lebih rendah.

5. Meningkatkan perilaku agresif

Paparan kronis dan terus-menerus terhadap pemberitaan negatif dapat menyebabkan ketakutan dan peningkatan perilaku agresif dan kekerasan. Perlu diketahui juga, apa yang disampaikan media sosial juga tidak selalu menggambarkan hal-hal yang akurat. Itulah pentingnya peran orang tua dalam pendampingan konsumsi media sosial anak.

Cara Mengurangi Paparan Buruk Doomscrolling 

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, paparan buruk doomscrolling dapat dikurangi dengan cara pendampingan orang tua atau orang dewasa lainnya. Usia, kedewasaan, tingkat perkembangan anak, pengalaman hidup, dan kerentanan dapat menjadi panduan seberapa banyak dan jenis berita apa yang ditonton anak.

Lantas, seperti apa cara meminimalisir dampak negatif dari doomscrolling pada anak?

1. Memantau jumlah waktu anak mengonsumsi berita

Pastikan anak memiliki waktu yang tidak berlebihan dalam membuka media sosial atau menggunakan gadget.

2. Ketahui jenis media yang digunakan anak

Orang tua perlu mengetahui jenis media yang digunakan anak. Jangan sampai anak membaca media yang tidak sesuai dengan usianya.

3. Pastikan anak mengonsumsi media yang tepat

Pastikan anak mengonsumsi media yang akurat, bukan abal-abal. Orang tua bisa mengecek jenis media yang biasa dibaca atau ditonton anak.

4. Ajak anak berdiskusi mengenai pemberitaan yang dia baca

Tujuannya untuk mengetahui respon anak terkait pemberitaan tersebut. Berikan kepastian tentang keselamatannya sendiri dengan kata-kata sederhana, dengan menekankan bahwa orang tua akan berada di sana untuk menjaganya tetap aman.

Carilah tanda-tanda bahwa berita tersebut mungkin telah memicu ketakutan atau kecemasan seperti sulit tidur, ketakutan terus-menerus, mengompol, menangis, atau berbicara tentang ketakutan.

Orang tua harus ingat bahwa penting untuk berbicara dengan anak atau remaja tentang apa yang anak lihat atau dengar. Ini memungkinkan orang tua untuk mengurangi potensi efek negatif dari berita, dan mendiskusikan ide serta nilai mereka sendiri.

Halodoc

Artikel Terbaru

Bangga, Anes Putra Papua Raih Beasiswa S2 di AS, Beri Semangat untuk GenZ

INN Internasional - Yohanes Ryaldi Wanma seorang GenZ asal Papua yang berhasil meraih beasiswa prestisius dan kini menempuh pendidikan S2 di Amerika Serikat, menjadi inspirasi bagi banyak pelajar Indonesia. 

Mengenang Benny Laos, Sempat Putus Sekolah Lalu Jadi Bupati Terkaya, Dikenal Dermawan 

INN NEWS - Kepergian calon gubernur Maluku Utara nomor urut 4 Benny Laos akibat ledakan speedboat di Pelabuhan regional Bobong Desa Bobong Kecamatan Taliabu Barat Kabupaten Pulau Taliabu, Sabtu (12/10) meninggalkan kenangan tersendiri.

KEBERLANJUTAN, Pajak PPN 12 Persen Dipastikan Berlaku 1 Januari 2025

JAKARTA -Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) memastikan pemerintah akan mengimplementasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 12 persen per 1 Januari 2025. 

Sandra Dewi Nyesal Suaminya Kerja Bareng BUMN: Risiko Tinggi

INN NEWS - Atis cantik Sandra Dewi mengaku menyesal suaminya bekerja sama dengan pihak Badan Usaha Milik Negara atau BUMN.

artikel yang mirip

Bangga, Anes Putra Papua Raih Beasiswa S2 di AS, Beri Semangat untuk GenZ

INN Internasional - Yohanes Ryaldi Wanma seorang GenZ asal Papua yang berhasil meraih beasiswa prestisius dan kini menempuh pendidikan S2 di Amerika Serikat, menjadi inspirasi bagi banyak pelajar Indonesia. 

Mengenang Benny Laos, Sempat Putus Sekolah Lalu Jadi Bupati Terkaya, Dikenal Dermawan 

INN NEWS - Kepergian calon gubernur Maluku Utara nomor urut 4 Benny Laos akibat ledakan speedboat di Pelabuhan regional Bobong Desa Bobong Kecamatan Taliabu Barat Kabupaten Pulau Taliabu, Sabtu (12/10) meninggalkan kenangan tersendiri.

KEBERLANJUTAN, Pajak PPN 12 Persen Dipastikan Berlaku 1 Januari 2025

JAKARTA -Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) memastikan pemerintah akan mengimplementasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 12 persen per 1 Januari 2025.