214 total views
INN NEWS – Menyikapi populasi penduduk di negaranya yang kian menyusut, Korea Utara (Korut) menawarkan bantuan makanan bagi keluarga yang mau memiliki banyak anak.
Bantuan makanan itu akan diberikan dua kali setahun bagi warga yang mempunyai dua, tiga anak atau lebih.
Bantuan makanan tersebut akan diberikan setiap peringatan hari ulang tahun eks pemimpin Korut yakni Kim Il Sung dan Kim Jong Il, kakek dan ayah dari Kim Jong Un yang merupakan pemimpin tertinggi saat ini.
Salah satu sumber resmi Korut mengungkapkan, Pyongyang bakal menawarkan hal tersebut untuk keluarga dengan anak yang masih sekolah. Mereka bakal diberikan makanan seperti 20 kilogram jagung, dua kilogram pasta kedelai, serta sebotol minyak goreng pada hari kelahiran Kim Jong Il, ayah Kim Jong Un, dan Kim Il Sung, kakek Kim Jong Un.
“Mereka menuntut perempuan punya banyak anak, namun penduduk kecewa karena stok makanan semacam itu hanya datang sesekali,” kata sumber anonim tersebut mengutip Radio Free Asia dari CNN.
Meski ditawarkan insentif berupa sembako, banyak warga Korut yang enggan memiliki banyak anak lantaran sudah kesulitan membiayai diri sendiri. Sebab, sebagian besar warga Korut hidup miskin dan dihantui krisis pangan.
“Sulit bagi kebanyakan perempuan untuk memenuhi kebutuhan diri mereka sendiri akhir-akhir ini. Jadi siapa yang dalam benaknya mau punya tiga anak atau lebih seperti orang bodoh?” ucapnya.
“Jika pihak berwenang mau perempuan punya banyak anak, mereka harus menyelesaikan persoalan makanan dan mata pencaharian,” katanya lagi.
Baca juga: Wapres Soal Childfree: Pernikahan Dimaksudkan untuk Berkembang Biak dan Kelola Bumi
Tingkat kelahiran di Korut belakangan dilaporkan merosot di tengah krisis ekonomi yang menghantam negara itu.
Berdasarkan data Bank Dunia pada 2020, tingkat kelahiran Korea Utara adalah sekitar 1,8 anak per perempuan. Rendahnya tingkat populasi itu pun bagai malapetaka bagi negara yang sangat bergantung pada tenaga kerja pribumi untuk menyokong militer mereka.
Sebab militer Korut bukan cuma untuk pertahanan negara, tetapi juga untuk melakukan pekerjaan di bidang konstruksi, pertambangan, dan pertanian.
Oleh sebab itu, apabila penduduk menyusut, maka tak ada lagi orang yang bisa membangun negara terisolir itu.
Karenanya, pemerintah yang was-was mulai melakukan berbagai upaya untuk memastikan populasi tetap stabil.
Namun, meski tergolong rendah, tingkat kelahiran Korut nyatanya lebih tinggi ketimbang Korea Selatan yang hanya mencapai 0,8 atau Jepang dengan 1,3.
Sama seperti Korut, pemerintah negara-negara tersebut juga berupaya meningkatkan tingkat kelahiran mereka dengan memberikan jaminan cuti orang tua untuk ibu dan ayah hingga tunjangan bagi orang tua baru yang punya anak lagi.
Pihak berwenang Korsel bahkan sampai-sampai meminta perusahaan memberikan waktu libur “Hari Keluarga” bagi para pekerja agar bisa memiliki anak.