269 total views
SOLO – Aksi intoleransi terhadap kaum minoritas marak terjadi di sejumlah daerah di Indonesia. Terbaru, publik dihebohkan aksi pembubaran terhadap ibadah jemaat Gereja Kristen Kemah Daud di Lampung.
Tidak hanya di Lampung, aksi intoleransi yang sama terjadi di Kecamatan Medan Marelan, Medan, Sumatera Utara.
Padahal Presiden Jokowi berkali-kali telah meminta para kepala daerah untuk mengantisipasi aksi intoleransi tersebut.
Setelah sejumlah aksi intoleransi terhadap gereja itu viral di media sosial, Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka yang kerap aktif di Twitter juga ditanyakan oleh warganet soal apakah pelarangan dan kesulitan membangun tempat ibadah juga terjadi di Kota Bengawan itu.
Pantauan INN Indonesia di akun Twitter resmi orang nomor satu di Kota Solo itu, salah satu warganet bertanya ke Gibran soal gereja yang masih kesusahan cari izin.
“Pak @gibran_tweet mau tanya,kalau misal ada gereja yang masih kesusahan cari ijin baiknya di bubarkan atau di bantu perijinannya? Nuwun,” tulis akun @Yul***.
Gibran kemudian menjawab aku tersebut dengan menuliskan bahwa di Solo tidak ada gereja yang dipersulit izinnya.
“Sepengetahuan saya di solo tidak ada gereja yg dipersulit ijinnya. Ini lokasi dimana?,” tulis Gibran di Twitternya baru-baru ini.
Baca juga: Viral Warga Dilarang Ibadah dan Bangun Gereja, Gibran: di Solo Tidak Pernah
Akun lainnya, @ana*** bertanya ke Gibran apakah di Solo boleh bangun gereja.
“@gibran_tweet Mas kalo disolo boleh bangun gereja mas?” tulis akun itu.
“Tidak pernah ada pelarangan pembangunan gereja,” jawab Gibran.

Sementara itu, salah seorang warganet yang membagikan artikel INN Indonesia soal larangan ibadah jemaat Gereja di Medan juga direspon warganet lainnya di kolam komentar.
Salah satu akun menyinggung soal masalah pembangunan salah satu gereja di kawasan Manahan, Kota Solo.
“Koq adoh nyampe Medan dan Lampung koh dosen, itu lho di daerah Manahan jg intoleransi gereja kmrn. IMB gereja sdh terbit tp gak bisa mulai pembangunan gerejanya. Pemkot tdk kasih solusi,” tulis akun tersebut.

Hingga kini INN Indonesia masih melakukan penelusuran terkait kebenaran informasi tersebut.