557 total views
MEDAN – Majelis Umat Kristen Indonesia (MUKI) Wilayah Sumatera Utara (Sumut) akhirnya menyurati Wali Kota Medan, M Bobby Nasution lantaran pemerintah kota (Pemkot) Medan belum memberikan jawaban terkait kelengkapan izin tempat ibadah Gereja Elim Kristen Indonesia (GEKI) di Kecamatan Medan Marelan.
Diketahui jemaat GEKI di Medan Marelan hingga kini masih beribadah di trotoar depan Kantor Wali Kota Medan sambil menunggu kejelasan izin dari pemerintah.
Aktivitas ibadah jemaat di atas trotoar itu sudah berlangsung kurang lebih delapan Minggu. Momen tersebut dibagikan langsung oleh pimpinan jemaat, Pdt Octavianus Nathanael di media sosial resminya.
Setelah viral diberitakan dan ramai dibahas di media sosial, MUKI Sumut dibawah pimpinan Ketua DPW, Dedy Mauritz Simanjuntak langsung menghubungi pimpinan jemaat dan meninjau ibadah jemaat di atas trotoar depan Kantor Wali kota Medan baru-baru ini.
Baca juga: Cerita Gereja di Medan, Sulit Dapat Izin, Diteror Warga, Terpaksa Ibadah di Depan Kantor Wali Kota
Setelah mendengar langsung kronologi dari pihak GEKI, MUKI Sumut langsung mengambil sikap dan menyurati Wali Kota Medan pada Rabu, 1 Maret 2023.
“Kami sudah menyurati wali kota sebagai tindak lanjut kedatangan kami dihari minggu yang lalu,” terang Dedy Mauritz saat dihubungi INN Indonesia.
Dalam isi surat yang telah diterima oleh Bagian Umum Kantor Wali Kota Medan itu, MUKI Sumut meminta Bobby Nasution selaku wali kota untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut.
Permintaan itu juga merujuk kepada arahan Presiden Joko Widodo dalam Rapat Koordinasi Nasional Kepala Daerah se Indonesia di Sentul Bogor (17/1/2023) yang meminta seluruh kepala daerah untuk menyelesaikan persoalan larangan beribadah di daerahnya.
Baca juga: MUKI Sumut Akan Suarakan Nasib Gereja di Medan yang Alami Penolakan
Diberitakan sebelumnya, Ketua MUKI Sumut, Dedy Mauritz yang hadir langsung dalam ibadah GEKI di depan Kantor Wali Kota Medan baru-baru ini mengatakan, pihaknya akan berupaya menyuarakan aspirasi umat Kristen di Sumut.
“Terutama Gereja Elim Kristen Indonesia yang sedang mengalami intoleransi,” ujar Dedy.
Menurut Dedy, masalah ini cenderung dibiarkan dan sudah berlangsung cukup lama serta tidak ada solusi dari pihak-pihak terkait.
Dia lantas mengaitkan aksi intoleransi tersebut dengan Medan yang sering didengungkan sebagia etalase miniatur dari keberagaman.
“Medan adalah kota kita bersama, Medan adalah milik kita bersama yang selalu kita dengung-dengungkan sebagai etalase miniatur dari keberagaman. Tetapi kami melihat pada hari ini bahwa hal tersebut tidak tercermin.
Untuk itu kata Dedy, MUKI akan menyuarakan apa yang menjadi keinginan dan aspirasi dari umat kristen secara khusus Gereja Elim Kristen Indonesia.