HomeHeadlineGolkar-PAN Dukung Prabowo, PDIP Kilas Balik Dikeroyok di Pilpres 2014 tapi Menang

Golkar-PAN Dukung Prabowo, PDIP Kilas Balik Dikeroyok di Pilpres 2014 tapi Menang

Published on

spot_img

 462 total views

JAKARTA – Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) secara resmi telah bergabung bersama Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk mendukung Prabowo Subianto maju sebagai calon presiden (capres) dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Dukungan Golkar dan PAN disampaikan di Museum Proklamasi dan dihadiri Prabowo sebagai bakal capres (bacapres) pada Pilpres 2024, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Minggu, 13 Agustus 2023 pagi.

Dengan bergabungnya PAN dan Golkar, maka Prabowo resmi diusung lima partai. Partai Bulan Bintang atau PBB juga sebelumnya telah menyatakan dukungan untuk Prabowo.

Respon PDIP

Sebelum Golkar dan PAN mengusung Prabowo, kedua partai ini sempat bertemu PDIP. Namun tampaknya tidak ada kecocokan visi sehingga akhirnya berlabuh ke Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang dibentuk Gerindra-PKB.

Meski Prabowo sudah diusung banyak parpol, PDIP meresponi santai.

Ketua DPP PDIP Said Abdullah dalam keterangan resminya mengatakan, PDIP terbiasa dikeroyok, sehingga pihaknya tidak khawatir dengan kubu lawan yang semakin kuat.

“PDI Perjuangan memiliki sejarah panjang sebagai partai yang dididik dan dibesarkan dengan terbiasa dikeroyok secara politik. Di masa orde baru kami mengalami hal itu, dan di masa Jokowi-JK, begitu pula saat ini,” Kata Said.

Dia mengenang pasangan Jokowi-Jusuf Kalla yang diusung PDIP, PKB, NasDem, Hanura dan PKPI pada Pilpres 2014 sebagai bahan cerminan.

Kala itu dukungan partai besar lebih banyak mengalir ke pasangan Prabowo-Hatta Radjasa. Namun, Jokowi-Jusuf Kalla yang memenangkan kontestasi.

“Walau saat itu dari sisi jumlah dukungan partai di pilpres kami kalah jauh, namun dengan soliditas dan kerja politik yang kuat di akar rumput terbukti pasangan Jokowi-JK justru mampu memenangkan pilpres dengan perolehan suara 53,15 persen, sementara Prabowo-Hatta 46,88 persen,” jelas Said.

Said lalu menyinggung kerja sama yang telah dibangun bersama PPP, Hanura dan Perindo. Dia yakin kerja sama itu menguatkan basis dukungan kepada Ganjar Pranowo di Pilpres 2024.

Ia menyebut PPP memiliki kekuatan barisan kiai dan santri. Selain itu, Partai Perindo yang memiliki jaringan kekuatan media dan Partai Hanura yang memiliki kekuatan pendukung yang patut diperhitungkan, khususnya di luar Jawa.

Atas modal politik yang saling melengkapi ini, jelas Said, maka PDIP merasa besar hati.

“Karena konfigurasi politik dengan latar belakang yang beragam dan saling melengkapi telah menjadi modal dasar politik yang penting untuk memenangkan Ganjar Pranowo,” ucapnya.

Said yakin capres dari PDIP Ganjar Pranowo adalah figur yang memiliki prospek magnet elektoral yang sangat besar hingga waktu pencoblosan tiba pada 14 Februari 2024 mendatang.

Lanjut Said, Ganjar punya banyak keunggulan. Mulai dari rekam jejaknya yang baik selama memimpin Jawa Tengah, berkomitmen tinggi terhadap pemerintahan yang bebas korupsi dan bebas konflik kepentingan.

“Potensi inilah yang akan terus kami sampaikan ke rakyat, bahwa sesungguhnya mereka memiliki sosok calon presiden yang memiliki keunggulan kualitatif yang bisa menjawab tantangan masa depan bangsa dan negara kita,” kata Said.

Senada dengan Said, Politikus PDI Perjuangan Hendrawan Supratikno secara terpisah mengatakan, deklarasi itu biasa saja karena merupakan kilas balik pada Pilpres 2014 atau sepuluh tahun lalu saat Presiden Joko Widodo pertama kali diusung PDIP untuk maju sebagai presiden.

“Ini seperti kembali ke 2014 lagi, waktu itu Pak Jokowi belum pernah menjabat, partai-partai ini juga tidak mendukung,” kata Hendrawan dalam keterangannya, Minggu (13/8).

Pada 2014, PAN dan Golkar juga menyatakan dukungan untuk Prabowo. Sementara di 2019, Golkar berpaling masuk koalisi bersama PDIP mendukung Jokowi. Jokowi saat itu memiliki peluang yang besar untuk menang dua periode.

“2014 itu Pak Jokowi belum menjabat, 2019 itu sudah incumbent. Waktu 2014 ya partai-partai itu lebih orientasi ke Pak Prabowo. Mereka kan dukung Pak Prabowo dulu. Jadi ya tidak mengejutkan,” katanya.

PDIP tidak mempermasalahkan koalisi atau dukungan PAN dan Golkar, serta PKB terhadap Prabowo. Ia menegaskan situasinya hanya merupakan kewajaran sesama partai politik.

“Tidak masalah, yaitu wajar saja namanya kerja sama,” katanya.

Artikel Terbaru

Dari Praktik Money Politik hingga Dapat Kekuasaan, Lalu Mundur Gara-gara Es Teh

INN NEWS  - Ustaz Miftah Maulana Habiburrahman, dikenal sebagai Gus Miftah, Belakangan ini, pemuka agama tersebut kembali menuai kontroversi yang memicu perdebatan di masyarakat setelah menyindir pedagang es teh saat mengisi pengajian di Magelang, Jawa Tengah baru-baru ini. 

Gus Miftah Mundur dari Utusan Presiden Usai Olokkan ke Penjual Es Teh Viral

INN NEWS - Dengan menahan tangisnya, Pendakwah Gus Miftah mundur dari jabatan sebagai Utusan Khusus Presiden bidang Kerukunan dan Pembinaan Sarana Keagamaan usai viral dan dikecam berbagai pihak karena mengolok pedagang es teh, Sunhaji baru-baru ini.

Pilkada Jakarta Bawa Harapan untuk Masa Depan Demokrasi Indonesia

JAKARTA - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta tahun 2024 telah menjadi sorotan penting dalam perjalanan demokrasi di Indonesia. Berdasarkan data yang diolah dari formulir C hasil TPS KPU oleh Jaga Suara, pasangan Pramono Anung - Rano Karno unggul di seluruh wilayah DKI Jakarta dengan angka yang konsisten melampaui 50% di berbagai daerah.

Hindari ‘Bozo Explosion’, Studi Kasus Kabinet Gemuk di Indonesia

RISET - Guy Kawasaki pernah mengatakan, "A-players hire A-players; B-players hire C-players, and it goes downhill from there." Fenomena yang ia sebut "bozo explosion" menggambarkan bagaimana pemimpin yang tidak kompeten cenderung memilih orang-orang yang lebih lemah demi mengamankan posisi mereka. 

artikel yang mirip

Dari Praktik Money Politik hingga Dapat Kekuasaan, Lalu Mundur Gara-gara Es Teh

INN NEWS  - Ustaz Miftah Maulana Habiburrahman, dikenal sebagai Gus Miftah, Belakangan ini, pemuka agama tersebut kembali menuai kontroversi yang memicu perdebatan di masyarakat setelah menyindir pedagang es teh saat mengisi pengajian di Magelang, Jawa Tengah baru-baru ini. 

Gus Miftah Mundur dari Utusan Presiden Usai Olokkan ke Penjual Es Teh Viral

INN NEWS - Dengan menahan tangisnya, Pendakwah Gus Miftah mundur dari jabatan sebagai Utusan Khusus Presiden bidang Kerukunan dan Pembinaan Sarana Keagamaan usai viral dan dikecam berbagai pihak karena mengolok pedagang es teh, Sunhaji baru-baru ini.

Pilkada Jakarta Bawa Harapan untuk Masa Depan Demokrasi Indonesia

JAKARTA - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta tahun 2024 telah menjadi sorotan penting dalam perjalanan demokrasi di Indonesia. Berdasarkan data yang diolah dari formulir C hasil TPS KPU oleh Jaga Suara, pasangan Pramono Anung - Rano Karno unggul di seluruh wilayah DKI Jakarta dengan angka yang konsisten melampaui 50% di berbagai daerah.