455 total views
INN NEWS – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah saat dipimpin Gubernur Ganjar Pranowo telah membangun 1.141 embung, selama periode 2014-2022.
Satu di antaranya Embung Doya, di Desa Gambirmanis, Pracimantoro, yang sejak dibangun pada 2018, telah mencukupi kebutuhan air bagi 450 kepala keluarga.
Suharno, warga Dusun Galo, Gambirmanis, menjadi saksi sekaligus pengguna air embung. Menurutnya, sebelum dibangun menjadi embung permanen, di lokasi tersebut ada sebuah telaga. Namun, kondisinya jauh dari layak.
Setiap tahunnya, tampungan air di telaga hanya bertahan maksimal sampai Maret. Selanjutnya mulai April telaga tersebut sudah kering kerontang.
Setelah direvitalisasi oleh Pemprov Jateng, sepanjang tahun selalu tersedia air. Warga dapat memanfaatkan tampungan airnya untuk berbagai keperluan.
“Saya biasanya ambil air di embung empat kali sehari. Untuk minum, untuk ngombor sapi, juga untuk menyiram tanaman,” ujarnya, ditemui akhir pekan kemarin.
Menurut Suharno, kondisi itu jelas berbeda ketika embung belum dibangun oleh pemerintah. Untuk pemenuhan air saat kemarau, warga harus merogoh kocek sebesar Rp120 ribu guna membeli air dalam tangki.
“Kalau keluarga besar, sebulan beli dua kali. Kalau keluarga kecil, ya sekali sebulan beli tangki airnya,” ungkapnya.
Hal serupa diungkapkan Sumarno. Menurutnya, embung ini menolong keluarganya bertahan kala kemarau tiba. Sebagai petani musiman, ia kerap kali memutar otak bila kemarau tiba.
“Nah kalau ada air dari embung kan tidak bayar. Tinggal ke sini membawa ember ditumpangkan motor, bisa dapat air. Beli tangki Rp120 ribu, nah kalau kita tak ada penghasilan mau jual apa?” cerita Sumarno.
Ia mengungkapkan, tidak ragu mengonsumsi air dari embung. Karena sumbernya berasal dari hujan. Selain itu, pengaplikasian membran pada dasar embung juga menghindari cemaran zat kapur.
“Untuk diminum, kan tidak ada zat kapurnya. Untuk sapi juga. Mencuci dan sebagainya. Kalau sekarang juga sudah ada PDAM, tapi itu juga harus bayar, per (meter) kubik Rp9 ribu. Kalau dari embung tak bayar,” urainya.
Subkoordinator Operasi dan Pemeliharaan Balai PSDA Bengawan Solo Suparno menjelaskan, secara teknis Embung Doya diprediksi masih bisa dimanfaatkan hingga musim hujan mendatang. Adapun, pemanfaatnya berasal dari lima dusun di Desa Gambirmanis.
“Sekitar 450 KK yang memanfaatkannya, dari Dusun Galo, Gondang Manis, Karang, Kerjo, dan Nongkosuwit,” tuturnya.
Ditambahkan, secara teknis, bendungan ini mampu menampung sekitar 23 ribu meter kubik. Hingga akhir minggu kedua 2023, kondisi air berada pada posisi kedalaman 3,7 meter setara dangan 17 ribu meter kubik.
“Dari pengalaman, tampungan air tidak sampai habis,” jelas Suparno.
Ia menyebut, di Kabupaten Wonogiri terdapat 12 embung yang memunyai fungsi sama seperti Embung Doya. Suparno berharap, dengan pemanfaatan air embung dapat menguatkan ketahanan ekonomi masyarakat setempat.
“Harapannya dapat menunjang ketahanan ekonomi masyarakat setempat, karena memang airnya digunakan untuk menyiram rumput, mandi, hingga cuci dan ternak,” pungkas Suparno.
(Informasi: Diskominfo Jateng)