533 total views
SOLO – Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno mempertanyakan faktor dibalik tingginya elektabilitas capres di lembaga survei meski santai berkampanye.
Hal itu dituliskannya di akun Twitter resminya, Minggu, 10 Desember 2023, ditinjau INN Indonesia malam ini.
“Ada 1 paslon yg kampanye weekend saja tp elektabilitasnya paling menjulang. Hampir 50%. Ada pula 2 paslon yg setengah mati kampanye tiap saat, tp elektabilitasnya turun dan ada yg sdikit naiknya. Berarti ‘santai saja’ bs kuat. Hebat. Ada apa?” cetus Adi heran.
Adi Prayitno tidak menyebut secara spesifik pasangan calon (paslon) yang dimaksud.
Namun beragam komentar netizen atau warganet di kolom komentar unggahan Adi memanas.
Sebagian besar netizen menduga bahwa tingginya elektabilitas paslon yang hanya kampanye di akhir pekan disebabkan oleh faktor uang.
“Tiap hari bekerja tapi berkedok kampanye . Bagi2 sembako, acara perayaan program keberhasilan sebagai pejabat publik dll.. Karena kegiatan dinas, transportasi dan logistik gratis.. Sekalian numpang kampanye. Seharusnya para kandidat yang masih menjabat minimal wajib cuti full selama kampanye..,” tulis akun @iqbal.
“Pelajaran apa yg bisa diambil dari sini ? Bahwa utk bisa sukses, tdk perlu kerja keras jatuh bangun. Utk bisa sukses, cukup dengan dekat dgn lingkaran kekuasaan. Pak Jokowi memang hebat membangun Indonesia, tapi hny dgn dekat pak Jokowi tdk menjadikan paslon tsb akan berhasil,” tulis akun @bucha.
“Ada bansos, ada BLT, ada baliho yg dipasang aparat di mana2, ada kepala desa/lurah/perangkat desa yang ditekan, ada pencitraan palsu,” tulis akun @sasbudiarjo.
“Hanya di konoha Cukup joget2 elektabilitas langsung melejit…. Sungguh sangat diluar nalar,” tulis akun @ramdan.
“Ada banyak uang,” tulis akun @andra.
“2 periode gagal pakai lembaga survey yg memenangkan dirinya, periode ini jg gak kapok2 mau jatuh ke lubang yg sama biar Hat-trick.. Luar biasa,” tulis akun @frendy.
Adi Prayitno sendiri tidak memberikan tanggapan atas komentar-komentar netizen tersebut.
Peningkatan elektabilitas paslon yang hanya kampanye di akhir pekan menjadi salah satu fenomena menarik dalam pemilihan presiden (pilpres) 2024.
Fenomena ini menimbulkan beragam pertanyaan dan spekulasi, termasuk dugaan penggunaan uang dan cara-cara curang lainnya untuk mempengaruhi elektabilitas.
Meski demikian, perlu diingat bahwa survei hanyalah salah satu indikator elektabilitas. Faktor-faktor lain, seperti rekam jejak juga mempengaruhi elektabilitas para paslon.
Belajar dari pemilu-pemilu sebelumnya, dimana elektabilitas yang tinggi di berbagai lembaga survei dipatahkan dengan suara rakyat di bilik-bilik ruang pencoblosan.