399 total views
INN NEWS – Pemilu 2024 sudah selesai tahap pencoblosan, dan Quick Count sudah keluar. Tapi residu kekecewaan terhadap proses pemilu sangat besar.
Benih polarisasi antara kelompok pro demokrasi dan pro status quo yang otoriter sudah tertanam di rahim yang subur. Benih perpecahan ini jauh lebih membahayakan dari benih antara “cebong” vs “kadrun” atau nasionalis vs radikalis.
Tanpa Demokrasi, radikalis atau nasionalis hanyalah isu yang dipakai untuk elektoral. Nir etika, dan morak akan membahayan peradaban Indonesia dimasa akan datang. Para pemikir, akademisi, rohaniwan, dan budayawan yang sungguh-sungguh mencintai Indonesia sudah bersuara. Sayang, suara penguasa masih terlalu kencang.
Propaganda politik telah sampai keotak anak-anak. Rekayasa sosial atau social engineering yang terjadi di Indonesia selama 9 tahun terakhir sudah menyamai budaya wokeisme di Amerika Serikat.
Propaganda politik, sebuah taktik manipulasi yang sudah lama ada, kini semakin canggih dengan memanfaatkan teknologi dan psikologi manusia. Salah satu metode yang marak digunakan adalah rekayasa sosial.
Apa itu Rekayasa Sosial?
Rekayasa sosial adalah taktik manipulasi psikologis untuk menipu dan memanipulasi orang agar memberikan informasi sensitif atau melakukan tindakan yang menguntungkan pelaku. Dalam propaganda politik, rekayasa sosial digunakan untuk:
- Menyebarkan informasi palsu (hoax): Menyebarkan informasi yang salah atau menyesatkan untuk menipu dan memanipulasi opini publik.
- Membangun narasi palsu: Memanfaatkan deepfakes dan manipulasi informasi untuk menciptakan narasi palsu yang mencoreng kredibilitas politisi atau tokoh tertentu.
- Eksploitasi Emosi dan Ketakutan: Memanfaatkan rasa takut dan kecemasan publik untuk mendukung agenda politik tertentu.
- Manipulasi Perilaku dan Pengambilan Keputusan: Menyebarkan opini palsu dan memanipulasi publik untuk mendukung agenda politik tertentu.
Contoh Penggunaan Rekayasa Sosial dalam Propaganda Politik:
- Penipuan melalui pesan WhatsApp: Pesan berantai yang berisi informasi palsu tentang kandidat politik atau isu politik tertentu.
- Deepfakes: Video atau audio yang dimanipulasi untuk membuat narasi palsu tentang politisi atau tokoh tertentu.
- Cyberbullying: Serangan online yang ditujukan kepada individu atau kelompok untuk membungkam mereka atau memaksa mereka untuk mengubah pendapat mereka.
- Social bots: Akun media sosial palsu yang digunakan untuk menyebarkan propaganda dan memanipulasi opini publik.
Dampak Penggunaan Rekayasa Sosial dalam Propaganda Politik:
- Polarisasi politik dan perpecahan masyarakat
- Penurunan kepercayaan terhadap institusi dan demokrasi
- Meningkatnya radikalisme dan ekstremisme
- Gangguan dalam proses demokrasi dan pemilihan umum
Bagaimana Melindungi Diri dari Propaganda Politik?
- Pikir kritis: Selalu verifikasi informasi sebelum menyebarkannya.
- Cek fakta: Gunakan situs web fact-checking untuk memastikan kebenaran informasi.
- Laporkan konten yang mencurigakan: Laporkan konten yang berbau propaganda politik kepada platform media sosial atau pihak berwenang.
- Berpartisipasi dalam diskusi yang sehat: Diskusikan isu politik dengan orang lain dengan cara yang terbuka dan hormat.
Mari Berhenti Menjadi Korban Propaganda Politik!
Dengan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang rekayasa sosial, kita dapat melindungi diri dari propaganda politik dan menjaga demokrasi.