HomeOpiniFiasco Beras: Mendesak Transformasi Budaya dan Kepemimpinan

Fiasco Beras: Mendesak Transformasi Budaya dan Kepemimpinan

Published on

spot_img

 704 total views

OPINI – “Kekonyolan”, kata Einstein, “adalah melakukan hal yang sama tetapi mengharapkan hasil berbeda”.

80 tahun RI merdeka. 25 tahun Era Reformasi. 9 tahun Era Revolusi Mental. Persoalan utama tetap sama, yakni ketersediaan bahan pokok utama konsumsi: beras.

Negara lain sudah bicara inovasi di bidang teknologi canggih. Menangani produk yang hanya membutuhkan teknologi primitif dan madya pun kita belum beres. Dan sudah berpuluh-puluh tahun.

Dan masih bermimpi Indonesia Emas 2045? Perlu introspeksi diri.

Kebijakan vs Budaya

Ketersediaan beras bisa dilihat dari perspektif prinsip Ekonomi 101: Supply vs demand. Atau produksi – konsumsi. Bila mengalami defisit atau produksi lebih rendah dari konsumsi, maka ada tiga cara menutupinya. Pertama, tingkatkan produksi plus impor. Kedua, kurangi konsumsi. Atau, kombinasi keduanya.

Selama beberapa dekade, kita cenderung fokus dengan produksi plus impor.

Per tahun 2023, produksi 34 juta ton. Konsumsi 35.7 juta ton. Defisit 1.7 juta ton. Dengan konsumsi 35.7 juta ton per tahun, itu artinya 0.1 juta ton per hari.

Selama 27 tahun, saya makan nasi 3 kali sehari, 7 kali seminggu, 365 hari setahun. Karena faktor budaya dan lingkungan, selama hampir 30 tahun terakhir, itu berkurang drastis menjadi praktis satu kali sehari.

Manusia bisa menyesuaikan diri terhadap situasi, apakah karena kebijakan, lingkungan, atau pun budaya. Itu terbukti sejak jaman prasejarah.

Apa masalahnya kalau ada kebijakan/gerakan nasional keragaman pangan? “Gerakan”, bukan asal jargon gerakan, yang pada dasarnya sering bermakna bergerak di tempat.

Beberapa tahun lalu saya sudah sampaikan hal yang sama. Indonesia perlu mengurangi konsumsi beras satu hari ataupun setengah hari per minggu. Bisa ekuivalen dengan tidak konsumsi nasi satu kali makan pagi dan satu kali makan siang dalam seminggu. Diganti dengan bahan pangan seperti ubi, jagung, atau yang lainnya. Yang penting unsur protein dan nutrisi lainnya tidak berkurang.

Tanpa makan nasi satu hari seminggu, itu bisa mengurangi konsumsi beras 5 juta ton per tahun. Atau, tanpa konsumsi nasi satu kali makan siang seminggu, itu mengurangi konsumsi beras hampir 2 juta per tahun.

Tidak perlu impor. Dan tidak perlu bagi-bagi beras pada saat Pemilu. Karena pada dasarnya itu merendahkan martabat rakyat Indonesia.

Transformasi Kepemimpinan

Betul bahwa beras adalah bahan pangan pokok yang utama. Tetapi, sulit membantah bahwa beras juga menjadi bahan objek keuntungan utama banyak pihak, apakah keuntungan moneter maupun politik. Bahwa kebutuhan utama tersebut menjadi bahan objek keuntungan dan politik, itu menunjukkan bahwa Indonesia sebetulnya belum merdeka. Masih dijajah oleh kepentingan—daripada kaum elit bangsanya.

Di sinilah diperlukan transformasi kepemimpinan. Seorang pemimpin harus cerdas melihat solusi konstruktif terhadap masalah kronis, bukan menjadi larut atau terhanyut dalam masalah tersebut.

Seorang pemimpin cerdas juga harus bisa mentransformasi kebiasaan komunitas atau bangsanya menjadi konstruktif dan mampu menjawab tantangan atau masalah yang dihadapinya. Singapur, Korea Selatan, dan Jepang sudah menunjukkannya. Kemajuan dibangun di atas transformasi budaya.

Pemimpin di Indonesia, dari segala tingkatan dan segala bidang, harus bisa membawa perubahan, bukan menjadi bagian daripada permasalahan. Perubahan ke arah lebih baik. Menjadi agen-agen transformasi. Itu syarat paling dasar menjadi seorang pemimpin.

Indonesia merindukannya.

Elwin Tobing, California, AS

(Profesor Ekonomi. Bukunya “Agenda Transformasi Indonesia” akan segera terbit.)

Artikel Terbaru

Forum Pemuda Keerom Resmi Dideklarasikan: Wadah Baru untuk Aspirasi Generasi Muda

KEEROM, INNINDONESIA.COM - Sejumlah pemuda yang tergabung dalam Forum Pemuda Keerom secara resmi mendeklarasikan diri yang berlangsung di Gyp’s Kopi, Arso 2, 11 Februari 2025.

Jika Gaza di Tangan Trump: Riviera of the Middle East

INN INTERNASIONAL - Dalam sebuah langkah yang mengejutkan dan kontroversial, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan mengambil alih Jalur Gaza dan menganggapnya sebagai proyek real estate yang menjanjikan. 

Manipulasi Laporan Keuangan, Berikut Temuan-temuan Fraud yang Dilakukan eFishery

INN NEWS - Industri startup Indonesia tengah dihebohkan oleh dugaan kasus pemalsuan laporan keuangan (fraud) yang melibatkan eFishery. 

Vietnam Pangkas Kementerian dari 30 Jadi 22 untuk Efisiensi Anggaran

INN INTERNASIONAL - Dilaporkan AFP Senin (10/2), Vietnam akan memangkas 1 dari 5 pekerjaan sektor publik dan memangkas miliaran dolar AS dari dana pemerintah. 

artikel yang mirip

Forum Pemuda Keerom Resmi Dideklarasikan: Wadah Baru untuk Aspirasi Generasi Muda

KEEROM, INNINDONESIA.COM - Sejumlah pemuda yang tergabung dalam Forum Pemuda Keerom secara resmi mendeklarasikan diri yang berlangsung di Gyp’s Kopi, Arso 2, 11 Februari 2025.

Jika Gaza di Tangan Trump: Riviera of the Middle East

INN INTERNASIONAL - Dalam sebuah langkah yang mengejutkan dan kontroversial, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan mengambil alih Jalur Gaza dan menganggapnya sebagai proyek real estate yang menjanjikan. 

Manipulasi Laporan Keuangan, Berikut Temuan-temuan Fraud yang Dilakukan eFishery

INN NEWS - Industri startup Indonesia tengah dihebohkan oleh dugaan kasus pemalsuan laporan keuangan (fraud) yang melibatkan eFishery.