4,447 total views
BANDA – Di tengah kondisi infrastruktur sekolah yang sangat memprihatinkan, SD Negeri 331 Maluku Tengah (Malteng) di Desa Pulau Hatta, Banda, Malteng, Maluku juga mengalami masalah serius pada sarana prasarana hingga guru.
SD 331 Maluku Tengah hanya punya empat guru dan semuanya masih berstatus honorer.
“Alhamdulillah, ada satu yang sementara diproses untuk lulus seleksi PPPK (P3K),” ungkap Siti Mohamad, Kepala Sekolah SD 331 Malteng kepada INN Indonesia, Minggu (17/3/2024).
Hanya Siti sendiri yang berstatus PNS, tapi di posisi kepala sekolah yang baru diangkat belum lama ini. Sebelumnya ia hanya guru PNS biasa.
Karena hanya memiliki 4 guru maka dalam pembelajaran digabungkan beberapa kelas menjadi satu ruangan, tetapi dengan materi sesuai tingkatan kelas.
“Kelas 1 dan 2, 3 dan 4 digabungkan jadi satu ruangan, sementara 5 dan 6 terpisah masing-masing,” tutur Siti.
Sementara itu, Siti juga harus turun tangan untuk membantu proses belajar mengajar. Sebab memang sangat kekurangan guru, terutama guru bidang studi seperti Bahasa Inggris, Agama dll.
Untuk itu, tak hanya infrastruktur sekolah yang diharapkan dapat diperhatikan pemerintah, tetapi juga pemerataan guru PNS hingga sarana prasarana mengingat sekolah terus mengikuti perkembangan kurikulum.
Baca juga:
Miris SD 331 Malteng di Banda, Bangunan Sekolah Mau Roboh, Pemerintah Tolong!
“Kita dituntut dengan kurikulum merdeka yang membutuhkan komputer dll, tapi kita tidak punya, bagaimana? Kita harus bawa anak-anak lewat Medan terjal untuk sampai ke kecamatan biar bisa pakai fasilitas yang sesuai” ucapnya.
Sementara untuk memenuhi semua kebutuhan sekolah itu, Siti mengatakan tak bisa berharap ke dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), sebab SD 331 Malteng tidak menerima dana sepenuhnya lantaran jumlah siswa masih sedikit, belum memenuhi kriteria.
Dana BOS yang minim hanya bisa dipakai untuk pembayaran upah empat guru honor, belanja ATK, listrik, pembayaran operator, transport dinas guru ke kecamatan, keperluan assessment sekolah di kecamatan, dan belanja keperluan sekolah yang mendesak.
“Palingan bisa perbaiki atap sedikit, tapi percuma karena kayu-kayunya sudah lapuk, jadi rusak lagi,” pungkasnya.
Siti berharap, pemerintah dapat segera turun tangan mengatasi persoalan pendidikan yang begitu miris ini.