216 total views
INN NEWS – Di tengah gelombang kekerasan yang terus meningkat di Haiti, warga tetap merayakan hari raya Paskah dengan membuat layang-layang yang merupakan tradisi dari negara terbesar ketiga di Karibia itu.
Meski terancam nyawa, anak-anak hingga orang dewasa berbagi suka cita lewat tradisi ini tersebut.
Dilaporkan Reuters, sebanyak lebih dari 1.500 orang tewas sepanjang tahun 2024 akibat perang geng di Haiti yang semakin intensif.
Dalam beberapa pekan terakhir golongan bersenjata melancarkan gelombang serangan baru termasuk penyergapan instansi polisi dan airport internasional.
Baca juga:
Seniman di Kroasia Buat Lukisan Telur Raksasa Sambut Paskah
Pada 28 Februari lalu, saat Perdana Menteri Haiti, Ariel Henry, berada di Kenya, geng kriminal menyerang Penjara Nasional Port au Prince. Peristiwa itu mengakibatkan 12 orang tewas dan 4.000 narapidana kabur dari penjara, padahal sebagian dari napi itu adalah anggota geng berbahaya.
“Saat ini geng kriminal bersenjata telah menguasai 80% wilayah Ibu Kota Port au Prince,” kata Duta Besar RI di Havana, Nana Yuliana, melansir Detik.
Geng terkuat di Haiti bernama Barbecua ini bertekad menahan Kepala Polisi Nasional Haiti, para menteri, dan akan mencegah PM Haiti Ariel Hendry kembali ke Haiti.
Kekerasan terjadi di mana-mana, pembunuhan acak, penculikan, warga angkat senjata, rumah-rumah dijarah.
Bandara ditembaki gangster dan ditutup. Situasi ini tentu berbahaya, termasuk bagi 7 WNI yang bekerja sebagai terapis spa di Haiti.
KBRI Havana menjelaskan, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) telah menerbitkan resolusi Nomor 2699/2023 tanggal 2 Oktober, yakni mengerahkan pasukan polisi multinasional (Multinational Security Force/MSS) PBB yang dipimpin Kenya dan diikuti personel dari Bahamas, Bangladesh, Barbados, Benin, dan Chad.
Kondisi Haiti masih dalam darurat keamanan selama 72 jam sejak 4 Maret 2024 dan PM Ariel Hendy tidak diketahui keberadaannya. KBRI Havana terus memantau kondisi para WNI.
“Sampai saat ini mereka dalam keadaan aman dan tempat mereka bekerja jauh dari wilayah konflik,” kata KBRI Havana.
Ada tiga strategi dari KBRI Havana untuk melindungi 7 WNI tersebut. Pertama, WNI diimbau untuk tidak keluar rumah dan segera menghubungi hotline KBRI jika terjadi hal yang berbahaya. Kedua, WNI akan dievakuasi lewat jalan darat bila kondisi semakin berbahaya, yakni dievakuasi ke Republik Dominikana. Ketiga, KBRI mendorong 7 WNI itu untuk bekerja di negara lain.
“Mendorong untuk keluar dari Haiti dan mencari pekerjaan di negara Karibia lainnya yg lebih aman,” kata KBRI Havana.