287 total views
INN NEWS – Fenomena heat wave atau gelombang panas yang terjadi di beberapa negara Asia beberapa waktu ini sedang menjadi perbincangan hangat di media sosial.
Seperti diberitakan Washington Post, gelombang panas yang terjadi khususnya di Asia Tenggara menyebabkan sekolah-sekolah ditutup hingga lonjakan besar jumlah kasus penyakit dan kematian.
Wilayah metro megalopolis seperti Manila di Filipina yang berpenduduk lebih dari 14 juta orang, mencatat suhu tertinggi sepanjang masa sebesar 38,8 celcius pada 27 April 2024.
Pada 22 April di Bangladesh, suhu mencapai 43 derajat celcius dan membuat sekolah-sekolah dasar ditutup. Pada 23 April, suhu naik hingga 43,8 derajat celcius.
Rekor suhu terpanas di Laos juga terjadi pada April ketika suhu mencapai 43,2 derajat celcius di Tha Ngon.
“Ribuan rekaman dicatat di seluruh Asia, dan ini merupakan peristiwa paling ekstrem dalam sejarah iklim dunia,” tulis sejarawan cuaca Maximiliano Herrera di X (Twitter) pada 28 April 2024 lalu.
Di Thailand baru-baru ini tercatat gelombang panas ini mencapai suhu maksimum hingga 52°C.
Kasus meninggal akibat heatstroke atau serangan panas di Thailand sudah mencapai 30 orang. Lantaran hal ini, Pemerintah Thailand bahkan mengeluarkan peringatan baru soal cuaca panas terik di Kamis (25/4/2024).
Bagaimana dengan Indonesia?
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan, suhu udara maksimum di Tanah Air berada di atas 36.5°C di beberapa wilayah. Salah satunya pada tanggal 21 April di Medan, Sumatra Utara. Suhu maksimumnya mencapai 37.0°C.
Lalu di Saumlaki, Maluku, dengan suhu maksimum 37.8°C.
Pada tanggal 23 April di Palu, Sulawesi Tengah, suhu maksimumnya tembus 36.8°C.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan fenomena suhu panas di Indonesia terjadi karena posisi semu Matahari pada bulan April berada dekat sekitar khatulistiwa.
Hal ini menyebabkan suhu udara di sebagian wilayah Indonesia menjadi relatif cukup terik saat siang hari.
Fenomena suhu panas di Indonesia bukan merupakan heat wave, karena memiliki karakteristik fenomena yang berbeda.
Cuaca panas di Indonesia hanya dipicu faktor pemanasan permukaan sebagai dampak dari siklus gerak semu Matahari sehingga dapat terjadi berulang dalam setiap tahun.
BMKG mengatakan sekitar 63% wilayah Zona Musim diprediksi mengalami Awal Musim Kemarau pada bulan Mei hingga Agustus 2024. Untuk saat ini, di periode pertengahan April, beberapa wilayah masih cukup basah dan terjadi hujan.
Antara lain di Luwu Utara (Sulawesi Selatan), Banjarbaru (Kalimantan Selatan), Kapuas Hulu (Kalimantan Barat), dan Tanjung Perak Surabaya (Jawa Timur).
Guswanto mengungkapkan dalam sepekan ini, BMKG mengidentifikasi masih adanya potensi peningkatan curah hujan secara signifikan.
Lokasinya sebagian besar di Sumatera, Jawa bagian Barat dan Tengah, sebagian Kalimantan dan Sulawesi, Maluku dan serta sebagian besar Papua.
“Potensi hujan signifikan terjadi karena kontribusi dari aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial, serta kondisi suhu muka laut yang hangat pada perairan wilayah sekitar Indonesia,” kata Guswanto, dikutip dari keterangan resminya, Minggu (5/5).
Ia mengatakan hal ini dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah di Indonesia.
.