1,125 total views
INN NEWS – Gen Z Indonesia banyak yang ingin pindah negara. Hal ini dibuktikan dengan sejumlah data dan penelitian.
Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM (Ditjen Imigrasi Kemenkumham) mencatat, sekitar 1.000 mahasiswa Indonesia menjadi warga negara Singapura setiap tahunnya.
Sementara itu, survei Litbang Kompas tahun 2022 menunjukkan, 32,5% responden Gen Z yang berusia 18-24 tahun ingin pindah ke luar negeri.
Tidak dapat disangkal bahwa banyak generasi Z di Indonesia mengharapkan untuk pindah ke luar negeri. Bahkan, sebagian dari mereka telah merencanakan masa depan mereka dengan mempertimbangkan pindah kewarganegaraan dari Indonesia ke negara lain.
Meskipun ini merupakan hal yang menyedihkan karena menunjukkan kurangnya rasa cinta terhadap tanah air, fenomena ini memiliki akar penyebab yang penting untuk dipahami.
Banyak dari generasi Z merasa bahwa kehidupan di Indonesia semakin rumit dan sulit.
Mereka menghadapi tantangan seperti program TAPERA yang memerlukan kontribusi keuangan pada usia tua dengan potongan gaji yang signifikan, kesulitan dalam mencari pekerjaan yang sesuai dengan syarat-syarat yang rumit, serta kesulitan mencari pekerjaan setelah usia 30-40 tahun.
Bahkan, beberapa pekerjaan membutuhkan modal awal sebelum bisa mulai bekerja di perusahaan tersebut.
Semua ini membuat generasi Z merasa bahwa peraturan di Indonesia semakin mempersulit kehidupan mereka sendiri.
Selain itu, hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah juga menjadi faktor penting. Korupsi, masalah ekonomi, termasuk kekurangan pangan dan pengangguran massal, semuanya menciptakan gambaran bahwa Indonesia semakin kacau bagi generasi Z, yang tidak dapat menerima situasi tersebut.
Sebagai akibat dari semua ini, banyak generasi Z merasa bahwa mencari pekerjaan di luar negeri dan mempertimbangkan untuk pindah negara adalah pilihan yang lebih baik bagi masa depan mereka.
Meskipun memilukan melihat semangat nasionalisme menurun, penting untuk memahami bahwa keputusan mereka untuk meninggalkan Indonesia tidak hanya didasarkan pada kurangnya cinta terhadap tanah air, tetapi juga pada ketidakpuasan terhadap kondisi sosial dan ekonomi di Indonesia.