294 total views
INN Internasional – Sebuah video di TikTok yang diunggah oleh pengguna @firdauwong telah menjadi sorotan di Malaysia, memicu perdebatan sengit di kalangan netizen.
Dalam video tersebut, pendakwah bernama Firdaus itu memberikan saran tentang cara bagi anak-anak di bawah umur yang ingin memeluk agama Islam, yang kemudian menimbulkan kontroversi.
Dalam video tersebut, seorang bertanya kepada Firdaus mengenai bagaimana seorang anak SMP atau SMA yang ingin masuk Islam dapat melakukannya, mengingat mereka harus menunggu hingga usia 18 tahun jika mengikuti prosedur resmi.
“Yang ramai juga beberapa budak sekolah umur form four (Sekolah Menengah Atas), umur form five (Sekolah Menengah Atas), umur form three (Sekolah Menengah Pertama) yang dm saya yang dia nak masuk Islam,” ucap seseorang mengajukan pertanyaan yang tidak diketahui namanya.
Firdaus menjawab bahwa anak-anak tersebut bisa belajar cara beribadah dan melakukan konversi agama secara diam-diam jika mereka memang menginginkannya.
“Saya akan sarankan ustad, cikgu cikgu di sekolah tu syahadatkan saja, ajarkan dia tentang Islam,” ucap Firdaus pada video di platform TikTok @FirdausWong.
Firdaus juga menjelaskan untuk melakukan ibadah dengan menyesuaikan kemampuannya, seperti melakukan jama, mengunci pintu, dan melakukan gerakan ibadah shalat dalam selimut.
Pendapat Firdaus ini mendapat berbagai tanggapan dari netizen. Sementara beberapa orang mendukung saran tersebut, banyak yang mengecamnya karena dianggap meremehkan sensitivitas isu agama di Malaysia, di mana agama memiliki kaitan erat dengan identitas etnis.
Berdasarkan wawancara dengan narasumber INN, Gusti, seorang Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Malaysia, menjelaskan bahwa di Malaysia agama sangat terkait dengan etnis, sehingga proses pindah agama atau menentukan agama tidak semudah di Indonesia.
“Disini pindah agama ato nentuin agama itu agak susah dan ga segampang di indo. Kenapa?, karena disini agama udah berkaitan sama etnis. Dan disini pengkotak-kotakan etnis dan bangsa itu udah terncantum di UU mereka,” ucap Gusti pada Sabtu (8/6).
“Contohnya, orang Melayu itu wajib Muslim. WAJIB. Dan kalau dia murtad, dia bukan Melayu lagi. Sedangkan dengan menjadi Melayu ada beberapa privelege yang bakal dia dapet dari situ.
Sedangkan untuk umat Muslim yang non-Melayu. Contoh kek India Muslim, Cina Muslim atau Dayak Muslim. Mereka ga dapet privelege seperti orang Melayu Muslim, tapi tetep dapet privilege sebagai Muslim,” lanjutnya pelajar di Malaysia tersebut.
Gusti juga menjelaskan pandangannya terhadap video yang menuai kontroversi tersebut.
“Mungkin ini bukan jadi kebiasaan, tapi karena isu agama itu sensitif di Malaysia karena udah nyantol sama identitas etnis, jadinya isu ini gede. Intinya, convert anak dibawah umur ke Islam ataupun nonis itu bukan kebiasaan di Malaysia. Ada, tapi bukan kebiasaan, secara disini saklek banget kalo udah bahas2 agama,” tutupnya.
Kontroversi yang dipicu oleh video Firdaus mencerminkan sensitivitas tinggi masyarakat Malaysia terhadap isu agama, terutama karena agama sangat terkait dengan identitas etnis.