371 total views
JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2024 mencapai 25,22 juta orang.
Dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Senin (1/7), Plt Sestama BPS, Imam Machdi menyebut angka kemiskinan ini turun 0,33 persen atau sebanyak 680 ribu orang secara tahunan (year on year/yoy).
“Jumlah penduduk miskin mencapai 9,03 persen (dari total penduduk Indonesia) atau sebesar 25,22 juta orang,” ungkap Imam.
Dijelaskannya, tingkat kemiskinan pada Maret 2024 lebih rendah dibandingkan kondisi ketika pandemi COVID-19.
Adapun, pada Maret 2020 angka kemiskinan Indonesia mencapai 26,42 juta. Kemudian meningkat pada September 2020 menjadi 27,54 juta orang.
Penurunan tingkat kemiskinan terjadi di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Dengan penurunan terbesar terjadi di pedesaan sebesar 0,43 persen yoy dan perkotaan sebesar 0,20 persen yoy.
“Jika dibandingkan kondisi sebelum pandemi maka tingkat kemiskinan di tingkat pedesaan sudah lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi. Sementara tingkat kemiskinan di wilayah perkotaan masih lebih tinggi dari kondisi sebelum pandemi,” kata Imam.
Lanjutnya, 18 provinsi di Indonesia mengalami tingkat kemiskinan di bawah level nasional, dan 20 provinsi di atas nasional. Adapun tingkat kemiskinan tertinggi ada di Papua Pegunungan 32,97 persen dan terendah di bali sebesar 4 persen.
“Dibandingkan Maret 2023, tiga provinsi mengalami kenaikan tingkat kemiskinan yaitu Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, dan Kepulauan Bangka Belitung,” kata Imam.
Di sisi lain, Imam mengatakan garis kemiskinan RI per Maret 2024 mencapai 5,90 persen. Hal ini didorong oleh kenaikan harga komoditas pokok dengan makanan yang memberikan andil sebesar 74,4 persen dan sisanya adalah kelompok bukan makanan.
Penurunan kemiskinan terhalang oleh beberapa hal. Salah satunya adalah harga bahan pokok yang naik sejak setahun terakhir, terutama beras dan cabai.