172 total views
INN INTERNASIONAL – Pilpres Amerika Serikat (AS) jadi sorotan global. Dunia kini menanti siapa yang akan menjadi pemenangnya. Apakah Kamala Harris atau Donald Trump? Keduanya bersaing ketat.
Hasil Pilpres akan berpengaruh ke berbagai bidang kehidupan dunia, mulai dari ekonomi hingga perdamaian dunia di tengah ancaman perang yang terjadi.
Diketahui Kamala Harris menyebut akan meneruskan jejak Joe Biden sementara Donald ingin mengembalikan kejayaan AS dengan prinsip Amerikanisme, bukan globalisme.
Presiden dan CEO International Crisis Group, Comfort Ero mengatakan bahwa kita hidup di dunia di mana pengaruh global AS mulai dipertanyakan.
Kekuatan-kekuatan regional berjalan dengan caranya sendiri, rezim otokratis membentuk aliansi mereka sendiri.
Lalu kondisi di Gaza dan perang di Ukraina telah membuat peran Washington dipertanyakan.
Presiden AS berikutnya harus bekerja di tengah risiko terbesar terjadinya konfrontasi kekuatan-kekuatan besar global sejak era Perang Dingin.
“AS tetap menjadi aktor internasional yang paling berpengaruh soal perdamaian dan keamanan”, kata Ero, mengutip BBC.
“Tapi kekuatan AS untuk membantu menyelesaikan konflik berkurang,” tambahnya.
Perang semakin sulit diakhiri.
“Konflik yang menimbulkan banyak korban jiwa menjadi semakin sulit diatasi, dengan persaingan kekuatan besar yang semakin cepat dan kekuatan menengah yang meningkat,” tutur Ero.
Perang seperti di Ukraina melibatkan banyak kekuatan, sedangkan konflik seperti di Sudan mengadu aktor-aktor regional yang bersaing demi kepentingan masing-masing.
Beberapa pihak lebih memilih berinvestasi dalam perang ketimbang perdamaian.
Selain itu, Ero berpendapat bahwa standar moral AS juga dipertanyakan.
“Aktor-aktor global menyadari bahwa AS menerapkan satu standar moral atas tindakan Rusia di Ukraina, tapi juga menerapkan standar berbeda atas tindakan Israel di Gaza,” kata dia.
“Perang di Sudan sangat mengerikan, tapi dianggap sebagai prioritas kedua,” sambung Ero.
Kemenangan Harris “merepresentasikan keberlanjutan pemerintahan AS saat ini.”
Sedangkan jika Trump yang menang, maka dia “mungkin akan memberi Israel keleluasaan yang lebih besar di Gaza dan di tempat lain”.
Trump juga “mengisyaratkan bahwa dia bisa mencoba agar Ukraina dan Rusia dapat mencapai kesepakatan tanpa mengorbankan Kyiv.
Mengenai konflik di Timur Tengah, Harris telah berulang kali mengulangi dukungan tegas Biden soal “hak Israel untuk membela diri.”
Namun, dia juga menekankan bahwa “pembunuhan warga Palestina yang tidak bersalah harus dihentikan.”
Sementara itu, Trump juga menyatakan bahwa sudah waktunya untuk “kembali berdamai dan berhenti membunuh orang.”
Namun di sisi lain, dia juga dilaporkan telah berkata kepada pemimpin Israel Benjamin Netanyahu untuk “melakukan apa yang harus Anda lakukan.”
Trump menganggap dirinya sebagai pembawa perdamaian.
“Saya akan mewujudkan perdamaian di Timur Tengah, segera,” janjinya dalam sebuah wawancara dengan TV Al Arabiya milik Arab Saudi pada Minggu malam.
Dia berjanji akan memperluas Perjanjian Abraham 2020.
Perjanjian bilateral ini menormalisasi hubungan antara Israel dan beberapa negara Arab, tapi juga dianggap telah mengesampingkan Palestina dan pada akhirnya berkontribusi pada krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya saat ini.
Mengenai Ukraina, Trump tidak pernah menyembunyikan kekagumannya terhadap sosok kuat seperti Presiden Rusia Vladimir Putin.
Dia telah menegaskan bahwa dia ingin mengakhiri perang di Ukraina, dan dengan itu mengakhiri dukungan militer dan keuangan AS yang besar.
“Saya akan keluar. Kita harus keluar,” tegasnya dalam kampanye baru-baru ini.
Sebaliknya, Harris mengatakan, “Saya bangga mendukung Ukraina. Saya akan terus mendukung Ukraina. Saya akan berusaha untuk memastikan Ukraina memenangkan perang ini.”
Namun, Ero khawatir situasi global akan menjadi lebih buruk siapa pun yang terpilih