469 total views
JAKARTA – Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka, baru-baru ini mengunggah video berjudul “Generasi Muda, Bonus Demografi dan Masa Depan Indonesia” di kanal YouTube pribadinya pada 19 April 2025.
Video berdurasi lebih dari enam menit tersebut membahas potensi bonus demografi Indonesia yang diperkirakan mencapai puncaknya pada 2030-2045.
Namun, alih-alih mendapat sambutan positif, video ini justru menuai respons negatif dari netizen dengan puluhan ribu dislike, sebelum akhirnya jumlah dislike tersebut disembunyikan.
Respons Negatif dari Netizen
Video yang diunggah Gibran mencatatkan lebih dari 22.000 hingga 30.000 dislike, jauh melampaui jumlah like yang hanya berkisar antara 2.100 hingga 3.000, dengan jumlah penonton mencapai 293.000 hingga 21 April 2025.
Netizen menilai video ini sebagai upaya pencitraan politik dan kurang menyentuh aspirasi rakyat. Kolom komentar dipenuhi kritik, termasuk tuduhan bahwa Gibran memanfaatkan popularitas film animasi Jumbo untuk menarik perhatian.
Konten Video dan Pesan Gibran
Dalam video tersebut, Gibran menyoroti bonus demografi sebagai peluang emas yang hanya terjadi sekali dalam sejarah bangsa.
Ia mengajak generasi muda untuk menjadi penggerak pembangunan nasional di tengah tantangan global seperti perang dagang, geopolitik, dan perubahan iklim.
Gibran juga memuji prestasi anak muda Indonesia, seperti kesuksesan film Jumbo, keberhasilan Timnas U-17 di Piala Dunia, dan capaian di kompetisi robotik dunia. Namun, pesan ini dianggap kurang autentik oleh sebagian netizen, dengan beberapa menyebutnya “terlalu boomer” untuk generasi Z.
Kontroversi Penggunaan AI dan Film Jumbo
Salah satu kritik tajam dari netizen adalah dugaan Gibran “mendompeng” ketenaran film Jumbo, yang telah ditonton lebih dari 5 juta penonton dan menjadi salah satu film Indonesia terlaris.
Selain itu, promosi kecerdasan buatan (AI) dalam video menuai kecaman karena dianggap merugikan industri kreatif lokal, seperti seniman, desainer 3D, dan pelukis.
Seorang pengguna YouTube, pinkgangsta6157, menyebut penggunaan AI oleh pemerintah dapat “mematikan kreativitas” dan peluang kerja di sektor kreatif.
Jumlah Dislike Disembunyikan
Hingga 22 April 2025, jumlah dislike pada video tersebut telah mencapai puncak 28.000 menurut beberapa sumber.
Namun, saat ini jumlah dislike sudah tidak terlihat secara publik di kanal YouTube Gibran. Keputusan ini sejalan dengan kebijakan YouTube sejak 2021 untuk menyembunyikan jumlah dislike guna melindungi kreator dari serangan terorganisir. Meski begitu, jumlah dislike masih dapat dilihat melalui situs pihak ketiga seperti Jabrek dan Hamphy.
Kritik dari Publik dan Tokoh Politik
Fenomena ini memicu diskusi hangat di media sosial, khususnya di platform X, di mana netizen mempertanyakan kredibilitas Gibran sebagai figur publik.
Anggota DPR RI dari PDI Perjuangan, Deddy Yevri Sitorus, menyarankan agar Gibran fokus bekerja ketimbang membuat konten media sosial. “Kerja aja gitu loh,” ujar Deddy pada 21 April 2025.
Peneliti BRIN, Lili Romli, juga menyebut monolog Gibran sarat motif politis untuk menarik perhatian kalangan muda.
Tanggapan dan Dampak
Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari tim Gibran terkait gelombang kritik ini.
Namun, respons negatif ini mencerminkan tantangan Gibran dalam membangun kepercayaan publik, terutama di kalangan generasi muda yang menjadi target utama pesannya.
Sebagian kalangan menilai pendekatan komunikasi Gibran melalui video terkesan kurang adaptif di era digital, sementara yang lain menuntut bukti konkret seperti peningkatan kualitas pendidikan dan lapangan kerja untuk menyambut bonus demografi.