HomeTrendingMelihat Perekonomian Domestik RI yang Semakin Rentan 

Melihat Perekonomian Domestik RI yang Semakin Rentan 

Published on

spot_img

 591 total views

INN NEWS – Perekonomian Indonesia, sebagai salah satu ekonomi terbesar di Asia Tenggara, menghadapi berbagai tantangan yang membuatnya semakin rentan di tengah dinamika global dan domestik.

Meskipun Indonesia telah menunjukkan ketahanan ekonomi dalam beberapa dekade terakhir, sejumlah faktor internal dan eksternal kini mengancam stabilitas dan pertumbuhan ekonomi domestik.

Berikut ulasan penyebab kerentanan perekonomian Indonesia, dampaknya, serta langkah-langkah strategis yang dapat diambil untuk mengatasinya.

Faktor Penyebab Kerentanan Perekonomian

Ketergantungan pada Ekspor Komoditas

Indonesia masih sangat bergantung pada ekspor komoditas seperti batu bara, minyak sawit, dan nikel.

Fluktuasi harga komoditas di pasar global, seperti yang terjadi akibat ketidakpastian geopolitik dan perlambatan ekonomi global, berdampak langsung pada pendapatan ekspor.

Penurunan harga komoditas sejak 2023 telah menyebabkan defisit neraca perdagangan di beberapa periode, menekan cadangan devisa dan nilai tukar rupiah.

Tantangan Struktural di Sektor Industri

Sektor manufaktur Indonesia masih menghadapi kendala seperti produktivitas rendah, biaya logistik yang tinggi, dan kurangnya investasi di teknologi tinggi.

Indeks daya saing global menunjukkan Indonesia tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti Vietnam dan Malaysia dalam hal inovasi dan efisiensi industri.

Hal ini membuat perekonomian domestik kesulitan beralih dari ketergantungan pada sumber daya alam ke ekonomi berbasis pengetahuan.

Kerentanan terhadap Guncangan Eksternal

Ketidakpastian ekonomi global, termasuk kenaikan suku bunga di negara maju seperti Amerika Serikat, telah memicu arus keluar modal dari pasar emerging seperti Indonesia.

Hal ini menyebabkan tekanan pada nilai tukar rupiah, yang sempat menyentuh level terendah dalam beberapa tahun terakhir.

Selain itu, disrupsi rantai pasok global akibat konflik geopolitik dan perubahan iklim turut memengaruhi harga bahan baku dan energi, yang berdampak pada inflasi domestik.

Masalah Domestik: Ketimpangan dan Daya Beli

Di dalam negeri, ketimpangan ekonomi antarwilayah dan rendahnya daya beli masyarakat menjadi kendala serius.

Meskipun tingkat kemiskinan menurun, distribusi pendapatan yang tidak merata membuat pertumbuhan ekonomi tidak dirasakan secara luas.

Konsumsi rumah tangga, yang menyumbang sekitar 60% dari Produk Domestik Bruto (PDB), melemah akibat inflasi dan kenaikan harga bahan pokok.

Utang dan Defisit Anggaran

Peningkatan utang publik untuk membiayai proyek infrastruktur dan pemulihan pasca pandemi telah menambah beban fiskal.

Defisit anggaran yang terus berlanjut, meskipun masih dalam batas aman di bawah 3% PDB, membatasi ruang fiskal untuk menangani guncangan ekonomi mendadak.

Ketergantungan pada pembiayaan utang juga meningkatkan risiko kerentanan terhadap kenaikan suku bunga global.

Dampak Kerentanan Perekonomian

Kerentanan ini memiliki dampak nyata terhadap stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Pelemahan rupiah meningkatkan harga barang impor, yang memicu inflasi dan menekan daya beli masyarakat.

Selain itu, perlambatan pertumbuhan ekonomi dapat mengurangi penciptaan lapangan kerja, terutama di sektor formal, yang memperburuk tingkat pengangguran dan kemiskinan.

Investor asing juga cenderung lebih berhati-hati, yang dapat menghambat aliran investasi langsung (FDI) ke Indonesia.

Langkah Strategis ke Depan

Untuk mengatasi kerentanan ini, pemerintah dan pemangku kepentingan perlu mengambil langkah-langkah strategis, di antaranya:

Diversifikasi Ekonomi

Mengurangi ketergantungan pada komoditas dengan mendorong sektor industri berbasis teknologi dan jasa. Investasi dalam pendidikan, pelatihan tenaga kerja, dan riset teknologi dapat meningkatkan daya saing global.

Reformasi Struktural

Memperbaiki iklim investasi melalui penyederhanaan regulasi, pengurangan birokrasi, dan peningkatan efisiensi logistik. Kebijakan seperti Omnibus Law perlu dievaluasi dan diimplementasikan secara efektif untuk menarik investasi.

Penguatan Daya Beli Masyarakat

Program bantuan sosial yang lebih terarah, peningkatan upah minimum yang seimbang, dan pengendalian inflasi dapat meningkatkan konsumsi rumah

Artikel Terbaru

AI sebagai Komposer Baru: Krisis, Revolusi, dan Reinterpretasi Musikalitas

I tidak hanya membantu merekam melodi yang sudah kita buat; ia bisa mengajukan melodi, membuat harmoni, memproduksi beat utuh, bahkan menciptakan lirik yang secara emosional resonan—dan kini, ia bahkan memiliki "wajah" dan "suara" yang menghasilkan miliaran Rupiah.

Ketika Seorang Sukidi Membunyikan Alarm, dan Gereja Justru Diam

INNNEWS - Tulisan Sukidi di harian Kompas berjudul “Alarm bagi Demokrasi” (13 November 2025)...

Suara Kegusaran di Tengah Euforia Penetapan Soeharto Sebagai Pahlawan

INNNEWS - Hari ini, bertepatan dengan Hari Pahlawan Nasional, Presiden Prabowo Subianto resmi menganugerahkan...

Pelatihan Menulis Aksara Jawa di PKK Kelurahan Danukusuman: Menjaga Warisan Leluhur di Era Digital

INNNEWS— Dalam upaya melestarikan budaya lokal di tengah arus modernisasi, PKK Kelurahan Danukusuman menggelar...

artikel yang mirip

AI sebagai Komposer Baru: Krisis, Revolusi, dan Reinterpretasi Musikalitas

I tidak hanya membantu merekam melodi yang sudah kita buat; ia bisa mengajukan melodi, membuat harmoni, memproduksi beat utuh, bahkan menciptakan lirik yang secara emosional resonan—dan kini, ia bahkan memiliki "wajah" dan "suara" yang menghasilkan miliaran Rupiah.

Ketika Seorang Sukidi Membunyikan Alarm, dan Gereja Justru Diam

INNNEWS - Tulisan Sukidi di harian Kompas berjudul “Alarm bagi Demokrasi” (13 November 2025)...

Suara Kegusaran di Tengah Euforia Penetapan Soeharto Sebagai Pahlawan

INNNEWS - Hari ini, bertepatan dengan Hari Pahlawan Nasional, Presiden Prabowo Subianto resmi menganugerahkan...