1,034 total views
INN NEWS – Saat beberapa calon presiden (Capres) lain masih adem ayem, Anies Baswedan telah menggelar orasi politik megah bergaya keamerikaan di Istora Senayan, Jakarta.
Dengan mengebu-gebu, Anies Baswedan menyampaikan orasi politiknya di depan ribuan simpatisan.
Anies menyoroti ketimpangan sosial sebagai narasi utama. Mesti tetap memuji Jokowi karena telah berhasil membangun tol, Anies menegaskan bahwa tetap menjadi antitesa Jokowi.
Sebagai konklusi, Anies menyebut kekuatan terbesarnya saat ini adalah kekuataan spiritual.
Anies bahkan dengan bangga menyatakan keberhasilnya menggunakan kekuatan spiritual tersebut untuk memenangkan Pilkada DKI Jakarta 2017.
Kekuatan spiritual Apakah yang Dimaksud Anies dalam Pidatonya Itu?
Jika keberhasilan 2017 menjadi rujukan, sudah jelas kekuatan spiritual yang dimaksudkan adalah gelombang demo berjilid-jilid 212. Dibelakang Anies juga sudah jelas adalah para pendukung HTI, FPI, dan para mantan teroris yang dibabat habis di masa Jokowi.
Dengan ini secara tidak langsung Anies memang menggunakan politik identitas yang menyedihkan pada waktu pilkada 2017. Selama ini Anies mencoba mengelak untuk disebut menang dengan politik identitas.
Sekarang Anies tidak bisa lagi mengelak,dan sejarah akan terus mencatat bahwa ideologi yang diusungnya memang bukanlah nasionalis. Berbeda dengan Jokowi atau Ganjar yang sampai hari ini masih tegas berada dalam ideologi nasionalis.
Pemilu tinggal sebentar lagi, Anies sudah pasti akan mengaktifkan seluruh kekuatan spiritualnya untuk mendongkrak suaranya.
Jika memang kekuatan spiritual Anies adalah politik identitas 2017, wacana rajut kebangsaan yang disebar dalam gerakan pendidikan hanyalan bualan politik saja.