237 total views
INN NEWS – Komisi VI DPR RI mencecar habis-habisan Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) terkait harga pangan seperti beras yang melambung tinggi menjelang Pemilu dalam rapat kerja bersama Kemendag di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Rabu 13 Maret 2024.
Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi PDIP Evita Nursanty mencecar Zulhas terkait masalah beras. Ia merasa sikap pemerintah seakan membodohi masyarakat saat ini.
“Tadi katanya (kebijakan impor beras) salah El Nino. Kenapa harga beras di Singapur dan Malaysia stabil? Kita jangan dibodoh-bodohi semuanya dengan alasan El Nino,” ujar Evita.
Evita jguga mempertanyakan alasan carut marut harga beras hanya terjadi di Indonesia. Pemerintah, kata Evita, saat ini kurang dapat mengantisipasi harga beras yang melambung tinggi.
Disebutnya, pemerintah hanya cenderung menjadi pemadam kebakaran dengan melakukan langkah-langkah penyelesaian sesaat, sehingga permasalahan serupa terus-menerus berulang.
“Kita jangan seperti pemadam kebakaran, hanya kalau ada kebakaran kita padamkan apinya dengan pasar murah, cari ini cari ini, tapi permasalahan dari mana datangnya api itu tidak pernah kita cari, ya akan berulang-ulang terus Pak,” tegas Evita.
Pertanyaan datang dari anggota Komisi VI DPR Amin AK dari PKS dan Herman Khaeron dari Demokrat.
Amin mempertanyakan terkait data bansos yang dinilai tidak memiliki acuan valid. Pasalnya banyak perbedaan data antara Kementerian Pertanian dan Kemendag.
Menurutnya, memang kenaikan harga beras cenderung melambung ketika Ramadan dan Lebaran, bahkan menjelang Pemilu. Namun yang menjadi sorotan adalah kenaikan harga beras pada pemilu ini yang dinilai terbesar dibandingkan pemilu sebelumnya.
“Setiap pemilu impor besar tinggi tapi ini tertinggi,” ungkapnya.
Meskipun pemerintah telah melakukan impor dalam jumlah yang besar, pertanyaan berikutnya timbul kelangkaan dan harga yang sangat mahal.
“Mestinya, memiliki manajemen bansos yang bagus,” sebutnya.
Hal senada juga dikatakan oleh Herman Khaeron yang meminta adanya data perbandingan antara harga beras saat Ramadan dan Idul Fitri dengan pemilu. “Tolong dikeluarkan data ini sehingga kita bisa mengukur, oh tingkat kenaikan harga bukan hanya El Nino karena di-cover tapi juga persoalan lain,” pungkasnya.
Penyaluran bansos beras tersebut memang sempat menjadi pembahasan di tengah masyarakat. Zulhas menampik ada kepentingan politik di balik bansos beras tersebut.
Zukhas mengatakan, bansos sangat dibutuhkan oleh masyarakat termasuk petani. Pasalnya cuaca kemarau panjang akibat El Nino menyebabkan masa tanam dan panen bergeser dan memengaruhi ketersediaan stok beras.
“Kalau panen bergeser berarti petani nggak tanam beras, berarti petani nggak punya beras. Makanya itu kalau bapak-bapak bagi-bagi beras, pasti diserbu. Artinya banyak masyarakat kita kesulitan. Oleh karena itu bansos diperlukan, pemilu atau tidak pemilu,” pungkasnya.