HomeHeadlineCahaya Ratomo, Pelajar Indonesia yang Bicara 'SMART' Demokrasi di TEDx Talks

Cahaya Ratomo, Pelajar Indonesia yang Bicara ‘SMART’ Demokrasi di TEDx Talks

Published on

spot_img

 2,748 total views

JAKARTA – Cahaya Ratomo seorang pelajar di Jakarta Intercultural School (JIS) memberikan pidatonya melalui Youtube TEDx Talks tentang pentingnya hak pilih serta bagaimana menjadi pemilih yang pintar.

Dalam pembukaanya seperti disiarkan TEDx Talks baru-baru ini, Cahaya memberikan analogi tentang pola pikir seseorang saat dihadapkan dengan kesempatan untuk memilih.

Menurutnya, masih banyak orang-orang yang merasa tidak akan memberikan perubahan yang signifikan ketika menggunakan hak suaranya.

Cahaya mengungkapkan bahwa dalam demokrasi tidak aka ada kandidat yang sempurna. Sebab itu perlu melakukan riset agar bisa melihat kandidat mana yang terbaik.

In any election or in any country, there will never be a perfect candidate. So we have to focus on doing research to see who we think is the better candidate even though we know they’re not the best (Dalam pemilihan apa pun atau di negara mana pun, tidak akan pernah ada kandidat yang sempurna. Jadi kita harus fokus melakukan penelitian untuk melihat siapa yang menurut kami kandidat yang lebih baik, meskipun kita tahu mereka bukan yang terbaik)” ucap Cahaya di platform yang memiliki lebih dari 40juta subscriber itu.

Cahaya Ratomo saat berpidato di TEDx Talks (Tangkapan layar YouTube TEDx Talks)

Cahaya juga mengutip perkataan dari guru besar sekaligus filsuf Romo Magnis. Melalui kutipannya, ia mengungkapkan bahwa pemilihan bukan tentang memilih yang terbaik, melainkan untuk mencegah yang terburuk menang.

Selain itu, Cahaya memaparkan bagaimana untuk menjadi pemilih yang pintar dengan konsep SMART (Support, Marketing, Ability, Responsibility, dan Trackrecord).

Who is supporting the candidate, who funds them, who endorses them, with what group or organizations are a candidate affiliated with? (Siapa yang mendukung kandidat, siapa yang mendanai mereka, dengan kelompok atau organisasi apa kandidat berafiliasi?)” ucap Cahaya saat menjelaskan tentang Support dalam konsep SMART.

Cahaya juga menjelaskan bahwa dalam melihat kandidat, kita harus melihat bagaimana mereka menarik atensi atau bagaimana mereka melakukan Marketingnya, Ability/kemampuan apa yang kandidat miliki, seberapa besar Responsibilty/tanggung jawab kandidat, dan yang terpenting bagaimana Trackrecord kandiat tersebut.

Cahaya menutup pidatonya dengan kutipan dari Sharon Shalberg yang merupakan seorang penulis best seller di New York.

Voting is the expression of our commitment to ourselves one another this country and this world (Voting adalah ekspresi dari komitmen kita untuk diri kita sendiri satu sama lain, negara ini dan dunia ini)”.

Sebagai informasi, TED (Technology, Entertainment, Design) adalah sebuah organisasi media nirlaba yang mengunggah presentasi yang didistribusikan secara online di bawah slogan “ideas worth spreading”. TED berpusat di New York, Amerika Serikat.

Program TEDx menyelenggarakan acara bergaya TED di mana saja yang merayakan ide-ide lokal dan mengangkatnya ke tingkat global.

 

 

Artikel Terbaru

AI sebagai Komposer Baru: Krisis, Revolusi, dan Reinterpretasi Musikalitas

I tidak hanya membantu merekam melodi yang sudah kita buat; ia bisa mengajukan melodi, membuat harmoni, memproduksi beat utuh, bahkan menciptakan lirik yang secara emosional resonan—dan kini, ia bahkan memiliki "wajah" dan "suara" yang menghasilkan miliaran Rupiah.

Ketika Seorang Sukidi Membunyikan Alarm, dan Gereja Justru Diam

INNNEWS - Tulisan Sukidi di harian Kompas berjudul “Alarm bagi Demokrasi” (13 November 2025)...

Suara Kegusaran di Tengah Euforia Penetapan Soeharto Sebagai Pahlawan

INNNEWS - Hari ini, bertepatan dengan Hari Pahlawan Nasional, Presiden Prabowo Subianto resmi menganugerahkan...

Pelatihan Menulis Aksara Jawa di PKK Kelurahan Danukusuman: Menjaga Warisan Leluhur di Era Digital

INNNEWS— Dalam upaya melestarikan budaya lokal di tengah arus modernisasi, PKK Kelurahan Danukusuman menggelar...

artikel yang mirip

AI sebagai Komposer Baru: Krisis, Revolusi, dan Reinterpretasi Musikalitas

I tidak hanya membantu merekam melodi yang sudah kita buat; ia bisa mengajukan melodi, membuat harmoni, memproduksi beat utuh, bahkan menciptakan lirik yang secara emosional resonan—dan kini, ia bahkan memiliki "wajah" dan "suara" yang menghasilkan miliaran Rupiah.

Ketika Seorang Sukidi Membunyikan Alarm, dan Gereja Justru Diam

INNNEWS - Tulisan Sukidi di harian Kompas berjudul “Alarm bagi Demokrasi” (13 November 2025)...

Suara Kegusaran di Tengah Euforia Penetapan Soeharto Sebagai Pahlawan

INNNEWS - Hari ini, bertepatan dengan Hari Pahlawan Nasional, Presiden Prabowo Subianto resmi menganugerahkan...