HomeGaya HidupTak Hanya di Solo, Ternyata Suhu Dingin Terjadi se-Pulau Jawa, Ini Penyebabnya

Tak Hanya di Solo, Ternyata Suhu Dingin Terjadi se-Pulau Jawa, Ini Penyebabnya

Published on

spot_img

 1,282 total views

SOLO – Belakangan ini, banyak masyarakat di Kota Solo dan sekitarnya merasakan suhu dingin di malam hari.

“Ia, ga tau kenapa, kok tiap malam rasane adem (dingin), sampai bikin menggigil tiap malam,” ujar Dewa, salah satu warga Joyontakan, Solo kepada INN, Selasa (16/7) siang.

Suhu dingin tersebut ramai dikeluhkan warganet di media sosial. Mereka merasa heran dengan fenomena ini.

Penjelasan BMKG

Subbidang Prediksi Cuaca Pusat Meteorologi BMKG dalam keterangannya pada Senin, 16 Juli 2024, Nurul Izzah menjelaskan, suhu udara dingin adalah fenomena alamiah yang umunm terjadi selama bulan-bulan puncak musim kemarau, yaitu Juli hingga September.

Dia menjelaskan bahwa pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan gerakan massa udara dari Australia ke Indonesia, yang dikenal dengan istilah Monsoon atau Muson Dingin Australia.

Monsoon Dingin Australia berhembus menuju wilayah Indonesia melalui perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut relatif lebih dingin.

“Dampaknya adalah suhu di beberapa wilayah di Indonesia, terutama di bagian selatan khatulistiwa seperti Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, terasa lebih dingin,” ujar Nurul Izzah.

Selain pengaruh angin dari Australia, cuaca dingin di malam hari, khususnya, juga disebabkan oleh berkurangnya awan dan hujan di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara.

“Karena tidak ada uap air dan air, energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak dapat disimpan di atmosfer,” jelas Izzah.

Tidak hanya itu, langit yang cenderung bersih tanpa awan (clear sky) menyebabkan panas radiasi balik gelombang panjang langsung terlepas ke atmosfer luar.

“Ini membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin, terutama pada malam hingga pagi hari. Fenomena ini yang kemudian membuat udara terasa lebih dingin, terutama di malam hari,” ujar Izzah.

Izzah menegaskan bahwa ini adalah fenomena yang biasa terjadi setiap tahun.

Fenomena ini juga dapat menyebabkan beberapa tempat seperti Dieng dan daerah dataran tinggi atau pegunungan lainnya berpotensi mengalami embun es (embun upas), yang kadang-kadang dianggap sebagaisalju oleh sebagian orang.

 

Artikel Terbaru

Pelatihan Menulis Aksara Jawa di PKK Kelurahan Danukusuman: Menjaga Warisan Leluhur di Era Digital

INNNEWS— Dalam upaya melestarikan budaya lokal di tengah arus modernisasi, PKK Kelurahan Danukusuman menggelar...

Pembukaan Rumah Belajar Pancasila Joyosuran: Wadah Baru Menggerakan Kesadaran Belajar Masyarakat

INNNEWS – Kelurahan Joyosuran, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, pagi ini menjadi saksi peristiwa...

Kasus Roy Suryo vs Jokowi: Ijazah Palsu, Pencemaran Nama Baik, dan Dugaan “Kasus Sandera”

Perseteruan hukum antara Roy Suryo dan kawan-kawan (Roy cs) dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi)...

Lewat Open Booth Perdana di MCP Malang, Sekolah Programming Indonesia Kenalkan Pola Pikir Computational Thinking pada Anak

INNNEWS – Sekolah Programming Indonesia (SPI) resmi membuka booth perdananya di Malang City Point (MCP),...

artikel yang mirip

Pelatihan Menulis Aksara Jawa di PKK Kelurahan Danukusuman: Menjaga Warisan Leluhur di Era Digital

INNNEWS— Dalam upaya melestarikan budaya lokal di tengah arus modernisasi, PKK Kelurahan Danukusuman menggelar...

Pembukaan Rumah Belajar Pancasila Joyosuran: Wadah Baru Menggerakan Kesadaran Belajar Masyarakat

INNNEWS – Kelurahan Joyosuran, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, pagi ini menjadi saksi peristiwa...

Kasus Roy Suryo vs Jokowi: Ijazah Palsu, Pencemaran Nama Baik, dan Dugaan “Kasus Sandera”

Perseteruan hukum antara Roy Suryo dan kawan-kawan (Roy cs) dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi)...