201 total views
INN Indonesia – Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berisiko kehilangan dukungan di Jakarta setelah menyebut pasangan Anies Baswedan-Sohibul Iman dalam pilkada sudah usang.
Menurut peneliti Populi Center, Usep Saepul Ahyar, kemenangan PKS di Jakarta pada pemilu legislatif sebelumnya dipengaruhi oleh efek coattail yang dimiliki Anies Baswedan. Ia menyatakan bahwa Anies memiliki basis pendukung yang cukup kuat di Jakarta.
Contohnya, Anies bersama Sandiaga Salahuddin Uno berhasil mengalahkan pasangan lain dalam Pilkada Jakarta 2017, yang juga diikuti oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Agus Harimurti Yudhoyono, Ketua Umum Partai Demokrat.
“Suara partai pendukung seperti NasDem dan PKB juga meningkat di Jakarta saat mendukung duet Anies-Muhaimin,” ucap Usep pada Minggu (11/08).
Namun di sisi lain, PKS tengah menjalin komunikasi dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) untuk mendukung mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Sebelumnya, PKS telah mengumumkan dukungannya kepada Anies, namun belum berhasil membentuk koalisi.
Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut menyatakan akan menghormati keputusan apapun yang diambil oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam Pilgub Jakarta 2024.
Saat ini, Anies menegaskan bahwa dirinya akan menghargai setiap proses yang berlangsung di partai politik.
“Saya akan menghormati putusan (PKS) yang akan datang, sebagaimana saya menghormati putusan yang kemarin,” ucap Anies.
Sebelumnya pada 29 Juni, Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto sempat menyatakan kemungkinan mendukung Anies Baswedan dalam Pilkada Jakarta 2024. Bahkan, Ketua DPP PDI-P Puan Maharani juga menggambarkan Anies sebagai figur yang menarik.
Namun, Hasto menegaskan bahwa keputusan koalisi PDI-P di beberapa provinsi strategis, termasuk Jakarta, masih menunggu instruksi dari Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.
Selain itu Hasto juga menanggapi terkait upaya untuk menghalangi Anies dalam Pilgub Jakarta 2024 muncul sebagai respon atas pertanyaan mengenai PKS yang meninggalkan Anies dan bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus.
Hasto menyebut bahwa jika laporan tentang upaya penjegalan ini benar, maka dia menilai demokrasi di Indonesia sedang tidak berjalan dengan baik.