HomeTrendingSaling Serang Kenaikkan PPN 12%, di Era Jokowi Disetujui 8 Parpol, Ditolak...

Saling Serang Kenaikkan PPN 12%, di Era Jokowi Disetujui 8 Parpol, Ditolak PKS 

Published on

spot_img

 406 total views

INN NEWS – Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% telah menjadi topik hangat di arena politik Indonesia.

Kontroversi ini semakin memanas dengan adanya saling lempar tanggung jawab antara partai-partai politik, terutama antara Partai Gerindra dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Untuk diketahui Kenaikan PPN 12 persen ini ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP), yang disahkan pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Meskipun UU HPP disetujui oleh delapan fraksi di DPR, yaitu PDIP, Golkar, Gerindra, NasDem, PKB, Demokrat, PAN, dan PPP, hanya Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang menolaknya.

Partai Gerindra, yang sekarang berada dalam posisi eksekutif dengan Prabowo Subianto sebagai Presiden terpilih, telah menyalahkan PDIP sebagai inisiator utama dari kenaikan PPN ini. Beberapa anggota Gerindra mengklaim bahwa PDIP, sebagai partai yang ketika itu memegang posisi strategis dalam pembentukan UU HPP, seharusnya bertanggung jawab atas kebijakan ini.

Rahayu Saraswati, ponakan Presiden Prabowo sekaligus politikus Gerindra baru-baru ini menyatakan, “PDIP jangan hanya berteriak sekarang tentang PPN 12 persen. Mereka yang dulu menyetujui, dan sekarang mencoba mengelak dari tanggung jawab mereka.”

Wihadi Wiyanto, juga dari Gerindra, menambahkan, “Ketika PDIP menjadi ketua panja UU HPP, mereka seharusnya sadar bahwa kenaikan ini akan berdampak pada rakyat. Sekarang, mereka bisa saja menyesal, tapi tanggung jawab tetap di pundak mereka.”

PDIP, melalui beberapa tokoh utama, menegaskan bahwa kenaikan PPN ini adalah inisiatif dari pemerintahan Jokowi, bukan inisiatif partai mereka secara langsung.

Mereka menekankan bahwa UU HPP merupakan produk dari proses kerja sama antara pemerintah dan DPR, dan bahwa keputusan untuk menaikkan tarif PPN adalah keputusan kolektif dari delapan fraksi yang setuju.

Dolfie Othniel Frederic Palit dari PDIP mengatakan, “Kenaikan PPN ini adalah keputusan kolektif, di mana delapan fraksi termasuk PDIP menyetujui. Namun, kondisi ekonomi sekarang berubah, dan kami hanya meminta untuk kajian ulang demi kepentingan rakyat.”

Deddy Yevri Sitorus, juga dari PDIP, menambahkan, “Kami tidak menyalahkan pemerintahan baru, tetapi kami meminta kebijakan ini dievaluasi sesuai dengan kondisi terkini. Jangan sampai keputusan lama menjadi bebanuntuk rakyat ke depan.”

 

Artikel Terbaru

Cuci Tangan Kasmujo di Skripsi Jokowi, Dulu Ngaku Pembimbing Kini Ingkar 

JAKARTA – Isu mengenai keabsahan skripsi mantan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), kembali memanaskan jagat akademik dan politik. 

PSI Buka Pendaftaran Calon Ketum, Jokowi Berpeluang Maju

SOLO - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) resmi membuka pendaftaran calon ketua umum untuk periode selanjutnya, menyusul rencana pergantian Kaesang Pangarep dari posisi tersebut.

KPK dan Polri Masih Terafiliasi Jokowi? Prabowo Diduga Andalkan Kejaksaan yang Dibackup TNI

JAKARTA –Analis politik dan militer dari Universitas Nasional (Unas) Jakarta, Selamat Ginting menilai bahwa Presiden Prabowo Subianto kini lebih mengandalkan Kejaksaan Agung (Kejagung) dalam penegakan hukum ketimbang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), yang menurutnya masih dinilai publik terafiliasi dengan mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Kritik Pedas Gadis Asmat: Mahasiswa Papua Jangan Salahgunakan Beasiswa Negara!

INN NEWS - Desy Boban, seorang mahasiswi asal Asmat yang menempuh pendidikan di IPB University barubaru ini menyampaikan kritik tajam dan emosional lewat media sosialnya. 

artikel yang mirip

Cuci Tangan Kasmujo di Skripsi Jokowi, Dulu Ngaku Pembimbing Kini Ingkar 

JAKARTA – Isu mengenai keabsahan skripsi mantan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), kembali memanaskan jagat akademik dan politik. 

PSI Buka Pendaftaran Calon Ketum, Jokowi Berpeluang Maju

SOLO - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) resmi membuka pendaftaran calon ketua umum untuk periode selanjutnya, menyusul rencana pergantian Kaesang Pangarep dari posisi tersebut.

KPK dan Polri Masih Terafiliasi Jokowi? Prabowo Diduga Andalkan Kejaksaan yang Dibackup TNI

JAKARTA –Analis politik dan militer dari Universitas Nasional (Unas) Jakarta, Selamat Ginting menilai bahwa Presiden Prabowo Subianto kini lebih mengandalkan Kejaksaan Agung (Kejagung) dalam penegakan hukum ketimbang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), yang menurutnya masih dinilai publik terafiliasi dengan mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi).