137 total views
RISET – ABSTRAK Artikel ilmiah ini ditulis dengan tujuan mengetahui dan mempelajari mengenai kepemimpinan seorang Romo dalam kepemimpinannya membina frater-frater skolapios di Wisma Calasanz Yogyakarta.
Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ilmiah ini adalah metode pendekatan kualitatif dengan jenis observasi dan wawancara dilakukan secara langsung dengan subjek yang bersangkutan yaitu Romo Marcelino sebagai pemimpin di komunitas wiswa Calasanz dan tiga Frater anak bina Romo Marcelino yaitu Fr. Roi, Fr Rio, Fr Elyakim.
Penelitian ini menunjukkan bahwa Gaya Kepemimpinan Romo Marcelino memiliki pendekatan yang humanis dan penuh kasih, Romo Marcelino berupaya menciptakan suasana komunitas yang inklusif, saling mendukung, dan menumbuhkan rasa tanggung jawab bagi frater-frater skolapios.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa gaya Kepemimpinan Romo Marcelino memiliki ciri khas yang mencakup kepedulian, kedekatan emosional, dan ketegasan dalam menegakkan disiplin spiritual serta akademik, yang mendorong para frater untuk mengembangkan diri serta berani mengemukakan pandangan atau masalah mereka serta menumbuhkan rasa tanggung jawab bagi Frater-Frater Skolapios Yogyakarta.
Pendahuluan
Kepemimpinan adalah salah satu elemen kunci dalam menentukan arah, kultur, dan dinamika sebuah komunitas, khususnya di lingkungan religius dan pendidikan yang menuntut bimbingan yang tidak hanya bersifat struktural tetapi juga personal dan spiritual.
Di dalam komunitas religius, seorang pemimpin tidak hanya bertugas mengelola aktivitas sehari-hari tetapi juga bertanggung jawab atas perkembangan moral, spiritual, dan karakter anggotanya.
Romo Marcelino, sebagai pemimpin dalam komunitas Frater Skolapios, menjalankan peran ini dengan pendekatan yang khas dan unik, beliau memimpin dan membimbing para frater dengan memadukan nilai kedisiplinan, kepedulian, serta bimbingan spiritual yang mendalam, yang sangat berpengaruh dalam menciptakan lingkungan komunitas yang harmonis dan kondusif.
Kepemimpinan memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan kinerja sebuah komunitas, terutama dalam lingkungan pendidikan dan keagamaan.
Dalam konteks ini, Romo Marcelino sebagai pemimpin spiritual dan pembimbing para Frater Skolapios menghadirkan sebuah model kepemimpinan yang layak untuk dipelajari lebih mendalam.
Sebagai komunitas yang berfokus pada pendidikan dan pelayanan pastoral, para Frater Skolapios dipersiapkan untuk melayani masyarakat sesuai dengan visi dan nilai-nilai yang diajarkan oleh Ordo Skolapios.
Gaya kepemimpinan Romo Marcelino memiliki ciri khas yang mencakup kepedulian, kedekatan emosional, dan ketegasan dalam menegakkan disiplin spiritual serta akademik.
Beliau tidak hanya bertindak sebagai seorang pemimpin formal, tetapi juga menjadi figur teladan yang menginspirasi.
Dalam kesehariannya, Romo Marcelino dikenal tidak hanya sebagai pemimpin, tetapi juga sebagai figur teladan dan panutan yang berupaya menciptakan hubungan dekat dengan para frater.
Ia menggunakan metode komunikasi yang hangat dan terbuka, yang mendorong para frater untuk mengembangkan diri serta berani mengemukakan pandangan atau masalah mereka.
Namun, dalam menjalankan gaya kepemimpinannya, Romo Marcelino tentu menghadapi berbagai tantangan, baik dari sisi perbedaan karakter frater, kebutuhan komunitas, maupun pencapaian standar disiplin spiritual dan intelektual.
Kepemimpinannya mendorong para Frater Skolapios untuk berkembang secara intelektual, spiritual, dan sosial, sehingga siap melayani dalam misi yang diemban ordo ini. Melalui pendekatan yang humanis dan penuh kasih, Romo Marcelino berupaya menciptakan suasana komunitas yang inklusif, saling mendukung, dan menumbuhkan rasa tanggung jawab bagi frater-frater.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Afrizal ( dalam Prawiyogi, dkk, 2021 ) Kualitatif merupakan sebuah prosedur ilmiah untuk menghasilkan pengetahuan tentang realitas sosial dan dilakukan dengan sadar dan menggunakan pendekatan kualitatif sebagai langkah melakukan penelitian yang diharapkan menemukan realitas sosial, yaitu dengan melakukan observasi langsung serta wawancara dengan subjek penelitian.
Lebih lanjut, menurut pendapat sugiyono (dalam Prawiyogi, dkk, 2021) wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstuksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Observasi dilakukan secara langsung sebanyak dua kali, saat observasi peneliti mencatat dinamika kegiatan dan gaya kepemimpinan Romo Marcelino. Wawancara melibatkan Romo sebagai Pemimpin Komunitas Wisma Calasanz dan Tiga Frater Skolapios sebagai frater yang dibimbing dan dibina oleh Romo Marcelino.
Wawancara dilakukan secara semi-terstruktur dengan durasi rata-rata 20-45 menit per sesi. Panduan wawancara mencakup beberapa pertanyaan utama yaitu:
- Sudah berapa lama Romo Menjadi Pemimpin Komunitas?
- Bagaimana Romo memotivasi dan menginspirasi para Frater untuk mencapai potensi terbaik mereka?
- Bagaimana Romo menangani konflik jika ada konflik diantara frater-frater
- Apa tantangan terbesar Romo selama mendampingi frater- frater dan bagaimana romo menyikapinya?
- Bagaimana Romo membangun hubungan saling percaya dengan frater-frater
- Apakah ada nilai-nilai yang Romo dapatkan sebagai dan selama menjadi pemimpin sekaligus pembimbung bagi frater-frater?
Setiap wawancara direkam dengan izin responden, kemudian ditranskripsikan untuk analisis lebih lanjut. Analisis data dilakukan dengan menggunakan tema-tema utama diidentifikasi dari jawaban responden untuk menemukan hasil yang relevan dan akurat.
Kajian Teori
Kepemimpinan adalah cara atau pendekatan para pemimpin melaksanakan tugas panggilan masing-masing. Sedangkan, pemimpin adalah orang yang memimpin sebagai penuntun dan teladan bagi orang lain.
Seorang pemimpin memerlukan kecakapan dalam mengambil keputusan, mengarahkan, memotivasi, membangun visi dan mengkomunikasikannya, mengatasi konflik, memecahkan masalah, menjalin relasi dan banyak kemampuan lain yang harus dimiliki Robbins dalam buku Organization Behavior: “Leadership as ability to influence a group toward the achievement of a visison or set of goals.”Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi kelompok ke arah pencapaian visi atau beberapa tujuan.
Myles Munroe dalam buku The Spirit Of Leadership, menuliskan : “Kepemimpinan adalah kapasitas untuk mempengaruhi orang lain melalui inspirasi yang dimotivasi oleh suatu hasrat, yang dibangkitkan oleh suatu visi, yang dihasilkan oleh suatu keyakinan, yang dinyalakan oleh suatu tujuan.
Dapat disimpulkan bahwa Kepemimpinan (Leadership) adalah cara seseorang untuk memimpin yang didasarkan pada kemampuan dan perilaku dari orang itu berdasarkan legitimasi dan otoritas yang diterimanya untuk mempengaruhi, menggerakan, mengarahkan dan memotivasi orang-orang, untuk melakukan aktivitas-aktivitas dengan menggunakan sumberdaya yang terdapat dalam organisasi atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diingin kan bersama (shared goals), yang dilakukan berdasarkan hubungan antara orang yang memimpin dan orang yang dipimpin dengan didasarkan pada kepatuhan dan ketaatan dari orang-orang yang dipimpin kepada pemimpinnya.
Pemimpin adalah orang yang menjadi penunjuk, pemandu, sekaligus penuntun bagi orang-orang yang dipimpinnya. Ia tidak hanya menunjukkan visi dan atau tujuan pencapaian, tetapi juga berjalan bersama-sama yang dipimpin untuk mengeksekusi setiap kebijakan.
Kepemimpinan yang dilakukan oleh Romo Marcelino dalam pelayanannya mendampingi para frater skolapios togyakarta merujuk dari kepemimpinan oleh Yesus yang representatif seperti berikut ini.
A. Kepemimpinan Berdasarkan kasih
Dalam kepemimpinan pelayanan-Nya, Yesus mengungkapkan bahwa intisari seluruh isi hukum Taurat dan kitab para nabi disimpulkan dalam satu kata “kasih” yakni “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum itu tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi (Mat 22:34-40)”.
Pengertian “kasih” yang diajarkan dan dipraktikkan oleh Yesus adalah tidak mementingkan ke-aku- an, memikirkan kepentingan orang lain, tanpa syarat dan batas itulah kasih Agave (Yunani), yakni kasih yang murni tanpa mengharapkan balasan atas segala pengorbanan yang telah dilakukan (Unconditional Love) Memimpin berdasarkan kasih sebagai indikator ketulusan dan keikhlasan.
Kasih itu hanya dapat diperankan jikalau seseorang telah mengalami pembaharuan hidup oleh penebusan Yesus Kristus. Sebab tidak sedikit orang yang berperan sebagai pemimpin, namun sukar memimpin dengan tulus ikhlas.
B. Kepemimpinan Berdasarkan Karakter Hamba
Pemimpin yang berkarakter hati hamba terlihat pada ketaatan memegang komitmen menyejahterakan dan membahagiakan orang banyak. Kesejahteraan dan kebahagiaan bukan hanya diukur secara materi atau finansial, tetapi juga ketika pemimpin bersedia memberi waktunya berkomunikasi mendengar para bawahan tanpa mengabaikan begitu saja pendapat dan saran-saran mereka dihargai untuk kemajuan institusi.
Aspek lain dari kepemimpinan hamba adalah berada bersama dengan orang-orang yang dipimpin yang dilayani itu. Artinya, kepemimpinan hamba mengharuskan seorang pemimpin untuk selalu membangun komunikasi dengan umat baik dalam hal berbicara maupun mendengar. Kepemimpinan hamba menuntut kesediaan dan keterampilan untuk mendengar lebih diutamakan.
C. Kepemimpinan Berdasarkan Hamba
Memimpin dengan hati gembala adalah berbicara tentang melayani, menuntun, mengarahkan, menantang dan membantu orang lain serta dijumpai organisasi untuk bertumbuh. Kepemimpinan gembala tidak berbicara soal aktivitas manajemen belaka, namun menumbuhkan orang yang kita pimpin. Tidak salah jika Ia disebut Imanuel (Yes 7:14; Mat 1:23).
“Gembala sejati bergairah untuk bekerja, siap dalam pikiran, bukan lesu dan malas. Sedangkan seorang gembala upahan bekerja karena dia dibayar. Kepemimpinan Yesus sebagai gembala dilakukan dengan sepenuh hati dan utuh. Dia mengabaikan kepentingan diri-Nya sendiri bukan hanya bersifat situasional, tetapi selama-lamanya.
D. Kepemimpinan Berdasarkan Kehendak Bapa Surgawi
Pada hakikatnya, pemimpin yang baik adalah mereka yang dipanggil, dipilih dan ditugaskan oleh Tuhan Allah. Para pemimpin yang taat pada kehendak Allah, di dalam berbagai aktivitas dan di saat mengambil keputusan sangat penting memohon petunjuk. Roh Allah, apakah aktivitas dan keputusan mereka seturut dengan kehendak Allah.
E. Kepemimpinan Berdasarkan Integritas
Jurnal Teologi Didaskein oleh Ibelala Gea menuliskan pengertian integritas sebagai berikut: Tidak ada kepalsuan melainkan transparansi dapat diketahui baik lahir maupun batin secara utuh, berbicara apa adanya, berpegang pada kejujuran. Oleh sebab itu, bekerja dengan mengutamakan integritas sama dengan mengedepankan kejujuran, ketulusan dan keikhlasan.
“ Sebab itu “integritas berarti adanya konsistensi nilai yang diyakini seseorang dan ditetapkannya nilai tersebut dalam kehidupannya. Jadi, ada keselarasan antara keyakinan, perkataan dan perbuatan sesorang”30.
Pemimpin yang berintegritas kuat tidak mudah diombang- ambingkan oleh pengaruh nilai– nilai lain selain Pancasila di NKRI. Kuatnya orang beragama jika tidak diperkokoh oleh nilai integritas yang baik dapat melahirkan fanatisme yang menimbulkan sikap ekslusivisme dan menolak nilai–nilai inklusivisme.
Integritas diri seorang pemimpin memberi kekuatan dan kemampuan untuk menyelesaikan sejumlah masalah dan kerumitan ketika dia memimpin. Dwight Eisenhower, (Presiden ke-34 Amerika Serikat) mengatakan “Kepemimpinan adalah seni membuat orang melakukan sesuatu dengan cara-cara yang kita lakukan, tetapi dengan penuh kerelaan”. Seorang pemimpin adalah seorang yang didengar, diikuti dan ditaati dengan sukarela dan sukacita.
Hasil Penelitian
Penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan Romo Marcelino di Wisma Calsanz Yogyakarta sangat berpengaruh dalam proses perkembangan diri baik secara spiritual dan akademik dan rasa tanggung jawab bagi para frater-frater.
“ saya yang dulu tertutup kini lebih terbuka berkomunikasi dengan saudara dikomunitas, mengedepankan rasa kekeluargaan dan secara akademik semakin berkembang.” Ujar salah satu frater anak bina Romo Marcelino.
Mendengarkan, mengarahkan, mengayomi mendampingi para frater dengan cara memperhatikan kebutuhan perkembangan pribadi, intelektual, dan rohani para Frater Skolapios, tidak membeda-bedakan mereka dari segi manapun, bahkan melakukan pendekatan dengan setiap frater dan termasuk mengenali setiap keluarga frater-frater meningkatkan rasa kekeluargaan, meningkatkan kepercayaan diri serta semangat, setia dalam menjalani pembinaan bagi frater-frater untuk menjadi calon imam skolapios.
Hasil ini menyimpulkan bahwa Gaya Kepemimpinan Romo Marcelino yang memadukan nilai kedisiplinan, kepedulian, serta bimbingan spiritual yang mendalam, sangat berpengaruh dalam menciptakan lingkungan komunitas yang harmonis dan kondusif, sangat baik dan positif terhadap perkembangan diri frater-frater skolapios yogyakarta.
Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya memberikan wawasan tentang gaya kepemimpinan Romo Marcelino tapi juga menawarkan strategi praktis bagi pemimpin komunitas Wisma Calsanz untuk semakin memaksimalkan potensinya sebagai pemimpin dengan pendekatan yang humanis dan penuh kasih.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Gaya Kepemimpinan Romo Marcelino bahwa Gaya Kepemimpinan Romo Marcelino memiliki ciri khas yang mencakup kepedulian, kedekatan emosional, dan ketegasan dalam menegakkan disiplin spiritual serta akademik, yang mendorong para frater untuk mengembangkan diri serta berani mengemukakan pandangan atau masalah mereka serta menumbuhkan rasa tanggung jawab bagi Frater-Frater Skolapios Yogyakarta.
Dari hasil penelitian ini, gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Romo Marcelino, diharapkan dapat menjadi referensi bagi pemimpin komunitas religius lainnya yang menghadapi tantangan pembinaan serupa. Karena gaya kepemimpinan ini terbukti efektif untuk membentuk dan membina frater – frater mengalami perkembangan pribadi, spiritual, akademik dan profesional para Frater Skolapios.
Dan Para Frater tidak hanya dibimbing dalam aspek keagamaan, tetapi juga dipersiapkan secara akademis dan sosial, sehingga mereka lebih siap untuk melayani masyarakat.
Tim Peneliti
- Lisa Alice Simbolon (2022011063)
- Isty Munawaroh (2022011060)
- Febrianti A.Onlani (2022011074)
- Nofriani Fransiska Aurelia Nadu(2022011057)
- Ken Mayang Martho Rogo (2022011023)
FAKULTAS PSIKOLOGI SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA 2024
Daftar Pustaka
- John Macarthur, Kitab Kepemimpinan 26 Karakter Pemimpin Sejati (Jakarta: BPK Gunung Mulia, Cetakan ke-3, 2011), hal. Viii
- Euis Soliha dan Hersugondo, Kepemimpinan Yang Efektif Dan Perubahan Organisasi dalam Jurnal Fokus Ekonomi (FE) Vol.7 No.2 Agustus 2008 (Semarang: Universitas Stikubank), hal.85
- Petrus Dhanan Widharsana, Pantja Djati, dan St.Hendro Budiyanto, Gaya Kepemimpinan Yang Berintegritas Pancasila dalam Prosiding “Revitalisasi Indonesia Melalui Identitas Kemajemukan Berdasarkan Pancasila” (Jakarta: Pusat Studi Lintas Agama dan Budaya UKI, 2018), hal. 95
- Ibelala Gea, Kasih Sebagai Dasar Hidup Rukun Dalam Masyarakat Pluralisme Menurut Perspektif Kristen dalam Jurnal Ilmiah Mara Christy Vol. V No.1 Januari-Juni 2014 (Ambon: Program Pascasarjana STAKPN Ambon), hal. 86-102
- Daniel Ronda, Kepemimpinan Model Gembala dalam Jurnal Jaffray Vol. 7 No. 2 2009 (Jakarta: STT Jaffray), hal.56-57
- Samodra, F.P. (Oktober 2023). Biarawati adalah perempuan yang mendedikasikan diri untuk agama Katolik. Liputan 6.com. diambil dari https://www.liputan6.com/hot/read/5433731/biarawati-adalah-perempuan-yang-mendedikasikan-diri-untuk-agama-katolik
- Edi Sutrisno, 2016, Manajemen Sumber Daya Manusia, Pranadamedia Group, Jakarta
- Jonathan Parak, Pembelajar dan Pelayan, Jakarta: Institut Darma Mahardika, 2002, 293-294.
- Leighton Ford, Transforming Leadership, 39
- Jansen Sinamo dan Agus Santosa, Pemimpin Kredibel, Pamimpin Visoner, xvii.