117 total views
RISET – Artikel ilmiah ini ditulis dengan tujuan mengetahui dan mempelajari mengenai persepsi penggunaan batik sebagai outfit pada mahasiswa.
Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ilmiah ini adalah menggunakan dua metode yaitu kuantitatif dan kulitatif, dengan jenis observasi dan wawancara dilakukan secara langsung dengan subjek yang bersangkutan, yaitu subjek inisial Rani, john dan Marta.
Penelitian ini menunjukan bahwa persepsi penggunaan batik sebagai outfit pada mahasiswa masih positif.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa mahasiswa masih banyak yang mencintai budaya Indonesia salah satunya produk batik, dengan menggunakan batik sebagai outfit dalam acara formal maupun non formal.
Kualitas yang bagus dan variasi motif batik yang menarik pada batik menjadikan mahasiswa tertarik menggunakan batik sebagai outfit.
Latar Belakang
Batik sebagai warisan budaya menjadi salah satu tren fasion di kalangan anak muda di Indonesia. Batik merupakan sebuah hasil karya budaya Indonesia yang bernilai tinggi, karena proses pembuatanya yang tradisional serta turun temurun sejak jaman Sejarah hingga saat ini (Lesmana, 2020).
Seiring perkembangan jaman, setiap suku di Indonesia mempunyai ciri khas dalam busana daerah mereka yang tentunya dilengkapi kain-kain yang khas dan menjadi warisan budaya yang sangat bernilai terutama estetis, bermakna simbolis, dan memiliki falsafah yang mendasari pembuatannya.
Keragaman kain tradisional Indonesia antara lain, seperti kain tenun kain soket dan kain batik. Namun pada jaman ini, di Kalanga generasi muda bati dianggap sebagai pakaian yang ketinggalan jaman dan mengikuti perkembangan jaman.
Batik dianggap sebagai pakaian yang hanya bisa digunakan orang tua (Pambudi dan Nasywa, 2023), meskipun demikian masih banyak orang muda (mahasiswa) yang ingin mempertahankan warisan tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:
- Mengidentifikasi persepsi penggunaan batik sebagai outfit pada mahasiswa
- Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa dalam memilih batik sebagai outfit ke kampus
Metode penelitian
Penulisan artikel ini menggunakan metode kualitatif, Menurut Afrizal (dalam Prawiyogi, dkk, 2021) Kualitatif merupakan sebuah prosedur ilmiah untuk menghasilkan pengetahuan tentang realitas sosial dan dilakukan dengan sadar dan menggunakan pendekatan kualitatif sebagai langkah melakukan penelitian yang diharapkan menemukan realitas sosial, yaitu dengan melakukan observasi langsung serta wawancara dengan subjek penelitian.
Lebih lanjut, menurut pendapat sugiyono (dalam Prawiyogi, dkk, 2021) wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstuksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Wawancara melibatkan 2 orang subjek dan dilakukan di fakultas PGSD Universitas Sanata Darma.
Karakteristik subjek untuk penelitian ini adalah: Mahasiswi PGSD angkatan 2024 yang gemar memakai batik ke kampus.
Penelitian kuantitatif, Menurut Sugiyono (2018, hlm.14) berpendapat bahwa pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme untuk meneliti populasi atau sampel tertentu dan pengambilan sampel secara random dengan pengumpulan data menggunakan instrumen, analisis data bersifat statistik. Populasi dalam penelitian ini, adalah mahasiswa dari berbagai 15 universitas.
Pengumpulan datanya menggunakan angket sembilan pernyataan ke 50 responden yang disebarkan menggunakan google form.
Kajian Teori
Batik merupakan sebuah hasil karya budaya Indonesia yang bernilai tinggi, karena proses pembuatanya yang tradisional serta turun temurun sejak jaman Sejarah hingga saat ini (Lesmana, 2020).
Seiring perkembangan jaman, setiap suku di Indonesia mempunyai ciri khas dalam busana daerah mereka yang tentunya dilengkapi kain-kain yang khas dan menjadi warisan budaya yang sangat bernilai terutama estetis, bermakna simbolis, dan memiliki falsafah yang mendasari pembuatannya.
Keragaman kain tradisional Indonesia antara lain, seperti kain tenun kain soket dan kain batik. Namun pada jaman ini, di Kalanga generasi muda bati dianggap sebagai pakaian yang ketinggalan jaman dan mengikuti perkembangan jaman. Batik dianggap sebagai pakaian yang hanya bisa digunakan orang tua (Pambudi dan Nasywa, 2023), meskipun demikian masih banyak orang muda (mahasiswa) yang ingin mempertahankan warisan tersebut.
Persepsi menurut robert j. Stenberg persepsi adalah seperangkat proses yang dengannya kita mengenali, mengorganisasikan dan memahami serapan-serapan indrawi yang kita terima dari stimuli lingkungan.
Menurut Bimo Walgito persepsi adalah pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diindrakan sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan respon yang intergrated dalam diri individu.
Sedangkan menurut sarlito wirawan sarwono, persepsi adalah kemampuan manusia untuk membedakan, pengelompokan dan memfokuskan objek-objek.
Persepsi merupakan proses internal yang kita lakukan untuk memilih, mengevaluasi, dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal sehingga manusia berperilaku sebagai hasil dari cara mereka mempersiapkan dunia atau lingkungannya sedemikian rupa.
Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang telah diperoleh dari menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi dapat pula diartikan sebagai sekumpulan tindakan mental yang mengatur implus-implus sensorik menjadi suatu pola bermakna.
Hasil Penelitian
Penelitian ini menunjukan bahwa persepsi penggunaan batik sebagai outfit pada mahasiswa sangat positif dan masih tinggi.
“Ya… Karena menurut saya mengunakan batik melambangkan cinta kita pada budaya Indonesia dan saya juga sangat suka dengan motif pada berbagai batik” ujar Rani.
Rasa nyamanan, percaya diri serta bangga menggunakan batik meningkatkan rasa cinta pada kebudayaan Indonesia, sehingga menjadikan presepsi pada batik jauh lebih positif. Dengan demikian penelitian ini tidak hanya memberikan wawasan baru untuk mahasiswa melainkan untuk seluruh rakyat Indonesia.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil uji validitas, uji reliabilitas, penelitian penyebaran angket, dapat disimpulkan bahwa persepsi penggunaan batik sebagai outfit pada mahasiswa memiliki frekuensi yang masih tinggi.
Didukung dengan banyaknya batik-batik yang dipasarkan semakin banyak peminatnya, tidak hanya dikalangan lansia dikalangan muda juga banyak peminatnya.
Terkadang banyak juga yang menganggap batik sebagai pakaian kuno namu dengan sedikitnya perubahan pada desain kain batik yang dibuat batik tersebut terlihat cantik elegan akan tetanpa mengubah unsur dan makna yang terkandung dalam suatu batik tersebut
Oleh:
- Lisa Alice Simbolon (2022011063)
- Isti Munawaroh (2022011060)
- Febrianti A.Onlani (2022011074)
- Nofriani Fransiska Aurelia Nadu (2022011057)
Daftar Pustaka
- Adani, M. R. A., Aisyah, V. N., Kom, S. I., & Kom, M. I. (2022). Penerimaan Kain Batik Sebagai Fashion Pada Akun Instagram@ remajanusantara_ Di Kalangan Mahasiswa (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
- Arini, Feti, Wahyu (2018) PENGARUH HARGA, DESAIN, SERTA KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN
- Kurniawan, Aris. “Pengertian mahasiswa menurut para ahli beserta peran dan fungsinya.” Dikutip dari https://www. gurupendidikan. co. id (2021). Kurniawan, A. (2021).
- Veta Lidya, Meko Yogi (2019), PENGARUH KUALITAS PRODUK BAJU BATIK HEM TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PADA HOME
- INDUSTRI BATIK SAHARA INDAH
- Widadi, Z. (2019). Pemaknaan Batik Sebagai Warisan Budaya Tak benda. Pena: Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, 33(2), 17–27.