HomeRisetHubungan  Fear Of Missing Out Dengan  Keputusan Pembelian Produk Sunscreen Azarine pada Gen-Z...

Hubungan  Fear Of Missing Out Dengan  Keputusan Pembelian Produk Sunscreen Azarine pada Gen-Z  di Tiktok

Published on

spot_img

 156 total views

Dosen Pengampu

Flora Grace Putrianti, S Psi., M.Si.,M.Psi.,Psikolog

Disusun oleh

 Hanna Amsikan

Angelia Hotmauli Munthe

Maria Adventa Wango

Olivia Fidelita Sukky

Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta, Indonesia.

Email: ikaamsikan26@gmail.com

ABSTRAK dengan Kata Kunci : Fomo , keputusan pembelian, sunscreen azarine.

 LATAR BELAKANG MASALAH

Seiring perkembangan zaman media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari masyarakat di era komputer dan internet saat ini, terutama generasi Z. Kehadiran media sosial telah mengubah gaya hidup dan pola perilaku generasi Z, termasuk perilaku konsumsi.

Menurut laporan Statista, sebagaimana dihimpun KompasTekno, Senin (28/10/2024)  Indonesia menempati posisi pertama dari daftar 20 negara dengan pengguna aktif sepuluh  kali lipat dari juli 2018  yaitu mencapai 157,6juta per juli 2024.

Risma Fitriani dkk (2023) Pemasaran digital sangat penting bagi para pelaku usaha untuk memastikan bahwa produk yang dipasarkannya mampu bersaing dengan produk pesaing.

Melalui strategi ini, rasa ingin tahu para konsumen dan calon konsumen untuk mencari informasi mengenai produk yang dipasarkan akan meningkat, dan cara untuk mendapatkan produk tersebut.Pengetahuan tentang pemasaran digital juga dapat menjadi saluran komunikasi pemasaran yang penting untuk menarik pembeli.

Tujuan komunikasi pemasaran adalah menyampaikan informasi dan memengaruhi konsumen agar bersedia membeli, menerima, dan memiliki tingkat loyalitas yang tinggi terhadap produk yang dipasarkan. Intan Lathifah Nurul Khoiriah dkk (2023) Indonesia duduk di kawasan tropis terletak di dekat garis khatulistiwa, dimana paparan sinar matahari relatif tinggi yang berdampak pada kulit. Penyebabnya dari sinar UV pada cahaya matahari. Di bawah sinar UV ditemukan sinar UV A dan UV B. Kelebihan sinar Ultra Violet juga tidak baik buat kulit karena mengakibatkan timbulnya masalah penuaan pada kulit dan terbakarnya kulitnya.

Jadi sekarang, banyak masyarakat membutuhkan produk untuk menjaga kulit dari sinar matahari, yaitu dengan memakai sunscreen.

Dalam hal sunscreen, ketakutan kehilangan kesempatan dapat dilihat pada bagaimana pelanggan merasa perlu mengikuti tren terbaru atau memilih produk yang sedang populer. Wijaya dan Kusuma (2022) menemukan bahwa generasi Z lebih rentan terhadap FoMO dan lebih mudah terpengaruh oleh tren media sosial yang populer dibandingkan dengan generasi sebelumnya.

Sementara itu, Susanti, V. dan Setiawan, P. Y. (2022) menganalisis pengaruh  (FoMO) dan pemasaran sosial media terhadap keputusan pembelian produk viral. Penelitian sebelumnya oleh Sari dan Pratama (2022) menunjukkan bahwa FoMO membantu konsumen membeli produk yang sedang viral di media sosial tanpa mempertimbangkan kebutuhan yang sebenarnya.

Produk viral dimedia sosial yang membuat para Gen-Z Fomo adalah produk sunscreen Azarine. (CEKLIST.ID)Sunscreen Azarine merupakan produk dari salah satu merk Skincare dan body treatment asal Indonesia yang sudah ada sejak tahun 2002. Berada di bawah naungan PT Wahana Kosmetika Indonesia. Terutama bagi wanita, produk kecantikan sekarang menjadi kebutuhan yang harus digunakan setiap hari. Industri kecantikan semakin berkembang dan ada banyak jenis bisnis kecantikan.

Penelitian tentang hubungan Fear of Missing Out  dengan keputusan pembelian produk sunscreen Azarine pada Gen-Z di TikTok menarik untuk diteliti karena FOMO adalah fenomena psikologis yang semakin umum di kalangan pengguna media sosial, terutama Gen Z, yang sering merasa tertekan untuk mengikuti tren dan pengalaman yang ditampilkan oleh influencer dan teman-teman mereka di Tiktok, industri perawatan kulit, termasuk sunscreen, mengalami pertumbuhan besar di kalangan Gen-Z yang semakin peduli terhadap kesehatan kulit dan perlindungan dari sinar matahari.

Penelitian ini juga dapat menyelidiki hubungan antara materialisme dan keputusan pembelian, yaitu ketika orang merasa perlu memiliki barang tertentu untuk merasa diterima dalam kelompok sosial mereka.

Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui hubungan antara FOMO dengan Keputusan pembelian Produk Sunscreen Azarine Pada Gen-Z di Tikok saat ini yang menjadi satu fenonemasa sosial.

Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu fenomena sosial yang terjadi dikarenakan perkembangan zaman saat ini adalah teknologi yang mana Ketika seseorang menggunakan media sosial cukup tinggi cenderung akan berdampak pada perilaku pembelian  secara implusif karena tidak ingin ketinggalan  terhadap sesuatu yang menjadi trend saat ini (FOMO). Sehingga menjadikan variabel penelitian ini menarik untuk bahas

TINJAUAN PUSTAKA

  1. Keputusan Pembelian
    1. Pengertian Keputusan Pembelian

Kehidupan manusia tidak lepas dari melakukan jual beli. Sebelum melakukan pembelian, seseorang biasanya akan melakukan keputusan pembelian terlebih dahulu terhadap suatu produk. Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual.

Menurut Slamet et al. (2022), keputusan pembelian didefinisikan sebagai proses menetapkan suatu produk berdasarkan beberapa pilihan produk, di mana akan sulit untuk memilih salah satu produk yang mendorong tindakan pembelian.

Menurut Peter dan Olson (2013:163), keputusan pembelian adalah proses integresi yang digunakan untuk mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih satu di antaranya.

Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2009): Menurut mereka, keputusan pembelian adalah proses di mana konsumen mengenali kebutuhan, mencari informasi, mengevaluasi berbagai alternatif, membuat keputusan pembelian, dan akhirnya mengevaluasi keputusan tersebut setelah pembelian.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian adalah proses kompleks yang melibatkan beberapa tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan evaluasi pasca pembelian. Proses ini membutuhkan integrasi pengetahuan dan evaluasi berbagai alternatif untuk membuat pilihan yang terbaik di antara beberapa opsi yang tersedia. Semua definisi menekankan pentingnya pemikiran dan evaluasi yang matang sebelum mengambil keputusan pembelian.

  1. Indikator  Keputusan Pembelian

Dimensi dan indikator keputusan pembelian menurut Kotler dan Keller yang dialih bahasakan oleh Tjiptono (2012:184) menjelaskannya bahwa keputusan konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk meliputi lima sub keputusan sebagai berikut:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1. keputusan pembelian

 

  1. Pilihan produk

Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk atau menggunakan uangnya untuk tujuan lain. Dalam hal ini perusahaan harus memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang berminat membeli sebuah produk serta alternatif yang mereka pertimbangkan. Misalnya: kebutuhan suatu produk, keberagaman varian produk dan kualitas produk.

  1. Pilihan merek

Pembeli harus mengambil keputusan tentang merek mana yang akan dibeli. Setiap merek memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah merek. Misalnya: kepercayaan dan popularitas merek.

  1. Pilihan penyalur

Pembeli harus mengambil keputusan penyalur mana yang akan dikunjungi. Setiap pembeli mempunyai pertimbangan yang berbeda-beda dalam hal menentukan penyalur bisa dikarenakan faktor lokasi yang dekat, harga yang murah, persediaan barang yang lengkap dan lain-lain. Misalnya: kemudahan mendapatkan produk dan ketersediaan produk.

  1. Waktu pembelian.

Keputusan konsumen dalam pemilihan waktu pembelian bisa berbeda-beda, misalnya : ada yang membeli sebulan sekali, tiga bulan sekali, enam bulan sekali atau satu tahun sekali.

  1. Jumlah pembelian

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk yang akan dibelinya pada suatu saat. Dalam hal ini perusahaan harus mempersiapkan banyaknya produk sesuai dengan keinginan yang berbeda-beda dari para pembeli. Misalnya: kebutuhan akan produk.

Berdasarkan  penjelasan diatas dapat  disimpulkan bahwa keputusan pembelian adalah proses kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari pilihan produk, merek, penyalur, waktu, hingga jumlah pembelian. Perusahaan perlu memahami dan memenuhi faktor-faktor ini untuk menarik dan mempertahankan konsumen.

  1. Faktor -Faktor  Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

Kotler (2005) menyatakan bahwa perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor- faktor berikut :

  1. Faktor Budaya

Faktor-faktor budaya mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling dalam. Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku pembelian. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling dasar. Sub budaya mencakup kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis. Sedangkan kelas sosialadalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen, yang tersusun secara hirarkis dan yang para anggotanya menganut nilai, minat, dan perilaku yang serupa. Kelas sosial tidak hanya mencerminkan penghasilan, tetapi juga indikator lain seperti pekerjaan, pendidikan, dan wilayah tempat tinggal.

  1. Faktor sosial

Selain faktor budaya, perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial masyarakat.

  1. .Kelompok Acuan Kelompok acuan seseorang terdiri atas semua kelompok di sekitar individu yang mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku individu tersebut (Kotler, 2007). Kelompok acuan mempengaruhi pendirian dan konsep pribadi seseorang karena individu biasanya berhasrat untuk berperilaku sama dengan kelompok acuan tersebut (Kotler, 2007)
  2. Keluarga Keluarga sendiri biasanya menjadi sumber orientasi dalam perilaku. Anak akan cenderung berperilaku sama dengan orang tua saat mereka melihat perilaku orang tua mereka mendatangkan manfaat atau keuntungan (Kotler, 2007).
  3. Peran dan status dalam masyarakat Peranan adalah kegiatan yang diharapkan untuk dilakukan mengacu pada orang-orang di sekellilingnya. Sedang status adalah pengakuan umum masyarakat sesuai dengan peran yang dijalankan. Setiap individu dan status yang disandangnya akan mempengaruhi perilakunya (Kotler, 2007).
  4. Faktor pribadi

Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep-diri pembeli.

  1. Usia dan Tahap Siklus Hidup

Individu dalam membeli barang atau jasa biasanya disesuaikan dengan perubahan usia mereka. Pola konsumsi yang terbentuk juga berbeda antara individu-individu yang usianya berbeda (Kotler, 2007).

  1. Pekerjaan

Pekerjaan individu tentunya ikut mempengaruhi perilaku pembelian individu. Penghasilan yang mereka peroleh dari pekerjaannya itulah yang menjadi determinan penting dalam perilaku pembelian mereka (Kotler, 2007).

  1. Gaya Hidup

Gaya hidup merupakan pola kehidupanseseorang sebagaimana tercermin dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup akan sangat mempengaruhi pola tindakan dan perilaku individu (Kotler, 2007).

  1. Kepribadian Kepribadian adalah karakteristik psikologi yang berbeda dari seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan tetap terhadap lingkungannya (Kotler, 2007).
  2. Faktor psikologis

Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologi utama. Faktor-faktor tersebut terdiri dari motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan sikap. Kebutuhan akan menjadi motif jika ia didorong hingga mencapai tahap intensitas yang memadai. Motif adalah kebutuhan yang memadai untuk mendorong seseorang bertindak. Persepsi adalah proses yang digunakan oleh individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi dapat sangat beragam antara individu satu dengan yang lain yang mengalami realitas yang sama.

  1. Motivasi

Motivasi adalah kebutuhan yang memadai untuk mendorong seseorang bertindak. Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat biogenis; kebutuhan tersebut muncul dari tekanan biologis seperti lapar, haus, tidak nyaman. Sedangkan kebutuhan yang lain bersifat psikogenis; kebutuhan tersebut muncul dari tekanan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa keanggotaan kelompok (Kotler, 2007).

  1. Persepsi

Disamping motivasi mendasari seseorang untuk melakukan keputusan pembelian maka akan dipengaruhijuga oleh persepsinya terhadap apa yang diinginkan. Konsumen akan menampakkan perilakunya setelah melakukan persepsi terhadap keputusan apa yang akan diambil dalam membeli suatu produk (Kotler, 2007).

  1. Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu proses, yang selalu berkembang dan berubah sebagai hasil dari informasi terbaru yang diterima (mungkin didapatkan dari membaca, diskusi, observasi, berpikir) atau dari pengalaman sesungguhnya, baik informasi terbaru yang diterima maupun pengalaman pribadi bertindak sebagai feedbackbagi individu dan menyediakan dasar bagi perilaku masa depan dalam situasi yang sama (Schiffman dan Kanuk, 2004).

  1. Keyakinan dan Sikap

Keyakinan adalah pemikiran deskriptif bahwa seseorang mempercayai sesuatu. Beliefs dapat didasarkan pada pengetahuan asli, opini, dan iman (Kotler dan Amstrong, 2006). Sedangkan sikap adalah evaluasi, perasaan suka atau tidak suka, dan kecenderungan yang relatif konsisten dari seseorang pada sebuah obyek atau ide (Kotler dan Amstrong, 2006).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian adalah  Fomo hal ini sejalan faktor psikologis yaitu motivasi. Dimana konsumen merasa takut akan rasa ketinggalan,cemas dan khawatir jika individu lain memiliki pengalaman yang lebih baik.

  1. Fear Of Missing Out
    1. Pengertian Fear Of Missing Out

  Fear of missing out adalah istilah yang biasa digunakan kalangan muda untuk menyebut pola perilaku yang selalu merasa khawatir berlebihan dan merasakan ketakutan akan tertinggal tren pergaulan yang terkini (San et al., 2019). Fear of Missing Out (FoMO)  juga didefinisikan sebagai perasaan ketakutan atau kekhawatiran akan kehilangan pengalaman yang menyenangkan atau menguntungkan yang mungkin sedang dialami oleh orang lain. Pada dasarnya Fear of Missing Out (ketakutan akan ketertinggalan) atau lebih familiar dengan istilah FoMO telah diperkenalkan pertama kali melalui penelitian yang dilakukan oleh Przybylski et al. (2013) yang menyatakan bahwa FoMO merupakan fenomena dalam dunia psikologi dimana orang – orang memiliki penderitaan dengan gejala seperti terobsesi pada hal – hal khusus yang sedang dan sering terjadi.

FOMO adalah fenomena psikologis yang terjadi pada zaman teknologi yang berkembang pesat, di mana seseorang merasa gelisah, takut, dan saat orang lain memiliki pengalaman berharga tetapi tidak terlibat secara langsung (Ana & Maryam, 2024). Individu dengan FoMO yang tinggi lebih cenderung mengalami masalah yang lebih serius daripada orang lain Secara pribadi Orang dengan FoMO tinggi cenderung memiliki kebutuhan yang kuat untuk tetap terhubung, namun tidak menginginkannya ketinggalan informasi atau peristiwa yang mungkin dianggap penting atau menarik (Milyavskaya dkk., 2022).Menurut penelitian Banga (2024), FOMO dapat menyebabkan persepsi negatif terhadap diri sendiri karena merasa ditolak dan tidak terlibat dalam aktivitas sosial.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa fomo adalah perasaan seseorang yang merasa takut akan ketertinggalan dan takut akan kehilangan pengalaman yang berharga  dari individu yang lain. Sehingga membuat  persepsi negatif dan takut akan  merasa ditolak di lingkungan sosialnya.

  1. Aspek Fear Of Missing Out

Berikut aspek-aspek fear of missing out menurut Przbylski, DeHaan dan Gladwell  (2013) :

  1. Rasa takut

Perasaan takut yang dirasakan individu apabila orang lain memiliki pengalaman yang berharga saat individu tersebut tidak terlibat didalamnya.

  1. Rasa cemas

Perasaan cemas yang dirasakan ketika individu tertinggal atau tidak mengetahui apa yang orang lain lakukan. Hal ini lah yang akan mengarahkan seseorang untuk mencari tahu kegiatan atau kejadian apa yang dilakukan oleh orang lain.

  1. Rasa Khawatir

Rasa khawatir tidak diterima oleh lingkungan sosial membuat individu berusaha untuk menampilkan citra diri yang sesuai dengan lingkungan sosialnya yang luas.

Berdasarkan  penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Secara keseluruhan, FOMO mencerminkan kebutuhan individu untuk merasa terhubung dan diterima dalam konteks sosial, serta dampak psikologis yang ditimbulkan oleh ketidakpastian tentang pengalaman orang lain

  1. Tabir surya Azarine

      Merek kecantikan dan kosmetik Indonesia Azarine Cosmetic Azarine dioperasikan oleh PT Wahana Kosmetik Indonesia dan didirikan pada tahun 2002 atas prakarsa Ibu Yunita Sastera Kusuma. PT Wahana Beauty Care Products Indonesia sendiri merupakan pelengkap dari Wahana Gathering yang ikut serta secara private, selain itu Klinik Gawat Darurat Imperial Surabaya (PT Prima Karya Husada Surabaya) yang ikut serta dalam Klinik dan PT Wahana Focal Purabox yang ikut serta dalam Properti. (Azarine, 2021)

Suatu zat atau bahan yang dapat memberikan perlindungan kulit dari sinar ultraviolet (UV) dikenal sebagai tabir surya. Tabir surya tersedia dalam berbagai produk yang dapat diaplikasikan pada kulit, seperti losion, krim, salep, gel, dan semprotan. Kosmetik yang mengandung tabir surya memiliki kekuatan SPF (Sun Protection Factor) tertentu. SPF memiliki manfaat bagi kulit dan berfungsi melindunginya dari sinar ultraviolet (UV), yang berkisar antara SPF 30 dan 60. Angka ini mengindikasikan berapa lama produk tersebut dapat melindungi kulit dari sinar ultraviolet (UV) penyebab sengatan matahari. Dapat disimpulkan bahwa tabir surya belum cukup untuk memberikan perlindungan kulit dari sinar UV jika nilai SPF-nya kurang dari 30 (Hapsah Isfardiyana et al., 2014)

Tabir surya Azarine memiliki SPF 45 PA++, yang memenuhi standar yang direkomendasikan. (Azarine Cosmetic, 2021). Karena tidak mengandung silikon atau alkohol, tabir surya Azarine cocok digunakan pada semua jenis kulit dan memiliki tekstur yang ringan. Manfaat tabir surya azarine ini sebanding dengan tabir surya terkenal dan terkemuka lainnya. Penting untuk memakai tabir surya sebelum pergi keluar untuk menghindari terlalu banyak sinar matahari. Akan tetapi, masih terdapat banyaknya masyarakat Indonesia yang abai akan pentingnya penggunaan tabir surya (Hapsah Isfardiyana et al., 2014).

Berdasarkan hasil penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sunscreen  merupakan salah satu produk untuk menjaga Kesehatan kulit dan melindungi kulit dari paparan sinar matahari, sunscreen azarine  merupakn salah satu brand yang popular dan banyak diminati saat ini.

METODE

 

  1. Variabel Penelitian

Variabel Bebas : Fear Of Missing Out (FOMO)

Variabel Terikat : Keputusan Pembelian Produk Sunscreen Azarine

  1. Lokasi

     Lokasi penelitian adalah tempat atau  objek untuk diadakan suatu penelitian. Fokus penelitian ini berada di Fakultas Psikologi  Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.Penelitian dilakukan di Fakultas Psikologi UST dikarenakan populasi Gen-Z yang menggunakan media sosial terutama Tiktok banyak  sehingga menjadi subjek yang relevan pada penelitian ini. Di Fakultas psikologi peneliti dapat dengan mudah mengakses mahasiswa dari berbagai latar belakang untuk mendapatkan perspektif yang beragam tentang FOMO dan keputusan pembelian tabir surya Di Tiktok.

  1. Subjek penelitian

Pada setiap penelitian yang dilakukan peneliti harus memutuskan subjek penelitian dan jumlahnya. Penelitian ini menggunakan subjek dari mahasiswa Fakultas Psikologi UST angakatan 2022-2024  yang  aktif menggunakan tiktok .

  1. Waktu pelaksanaan

Setelah menentukan lokasi penelitian, subjek penelitian . Peneliti akan menentukan tahapan pelaksanaan yaitu :

  1. Persiapan penelitian

Menyusun proposal  membuat surat ijin penelitian

  1. Pengumpulan data

Menyebarkan skala secara online kepada mahasiswa Fakultas Psikologi UST

  1. Menganalisis Data

Setelah penyebaran skala dan jumlah responden terpenuhi sesuai dengan ketentuan, maka selanjutnya yang dilakukan adalah mengolah data menggunakan spss untuk menguji validitas dan reliabiitas kemudian melihat hubungan antara variable . setelah itu peneliti akan melakukan penyusunan laporan akhir.

  1. Metode Yang Digunakan
  2. Pendekatan Penelitian

Peneliti menggunakan metode kuantitatif untuk melakukan penelitian ini. Dan menggunakan kuisioner dalam penelitian survei ini untuk mengumpulkan pendapat responden. Menurut Widhi dan Puspitaningtyas (2016:14), Penelitian survei diarahkan untuk mengetahui dan mempelajari data dari sample yang diambil dari populasi sehingga ditemukan kejadian – kejadian relatif, ditribusi, serta hubungan – hubungan antar variabel.

 

  1. Teknik Pengumpulan Data

Kuisioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis pada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2011, hlm. 142). Kuesioner ini cocok digunakan apabila jumlah responden cukup banyak. Dalam penelitian ini, penulis menyebarkan kuisioner kepada responden yang aktif berbelanja produk tabir surya di tiktok. Pengisian kuesioner penelitian ini dilakukan dengan membagikan link ke Group whatsapp ke Angkatan 2022,2023,2024 mahasiswa Psikologi.

  1. Analisis Data

Menggunakan SPSS untuk menguji validitas dan reliabilitas serta signifikasinya untuk melihat hubungan antara variabel penelitian.

Tabel 1. Penilaian Aitem Ukur Variabel Keputusan Pembelian

Pilihan Jawaban Skor Aitem Favorable Skor Aitem Unfavorable
Sangat Tidak Sesuai 1 4
Tidak Sesuai 2 3
Sesuai 3 2
Sangat Sesuai 4 1

 

Tabel 2. Penilaian aitem ukur variabel Fear Of Missing Out

Pilihan Jawaban Skor Aitem Favorable Skor Aitem Unfavorable
Sangat Tidak Setuju 1 5
Tidak Setuju 2 4
Netral 3 3
Setuju 4 2
Sangat Setuju 5 1

 

Tabel 3 . Blueprint Keputusan Pembelian

No Indicator Bobot
1 Pilihan produk 20%
2 Pilihan merek 20%
3 Pilihan penyalur            20%
4 Waktu pembelian            20%
5 Jumlah pembelian 20%
100%

 

Tabel 4 blueprint Fear Of Missing Out

No Aspek Indicator Bobot
1 Rasa Takut 1. Takut tidak memiliki pengalaman  berharga seperti orang lain

2. Individu membandingkan diri dengan pengalaman orang lain

 

 

33,3%

2 Rasa Cemas 1. Cemas akan merasa tertinggal dengan orang lain.

2. Individu Mencari tahu kegiatan yang dilakukan orang lain

 

 

33,3%

3 Rasa kwhatir 1. Rasa khawatir tidak diterima oleh lingkungan.

2.  Selalu ingin menampilkan citra diri sesuai dengan lingkungan sosialnya yang luas

 

 

33,3%

100%

 

Tabel 5 distribusi sebaran aitem skala Keputusan pembelian

No Indicator Aitem F
Favorable Unfavorable
1 Pilihan produk 1, 2 3, 4 4
2 Pilihan merek 5, 6 7, 8 4
3 Pilihan penyalur 9, 10 11, 12 4
4 Waktu pembelian 13, 14 15, 16 4
5 Jumlah pembelian 17, 18 19, 20 4
Jumlah     20

 

Tabel 6. Distribusi sebaran aitem skala Fear Of Missing Out

No Aspek Aitem F
Favorable Unfavorable
1 Rasa Takut 1, 2, 3 4, 5, 6 6
2 Rasa Cemas 7, 8, 9 10, 11, 12 6
3 Rasa Khawatir 13, 14, 15 16, 17, 18 6
Jumlah     18

 

Tabel 5. Penyebaran Skala

No Variabel Indikator Aitem
favorable unfavorable
1 Keputusan pembelian Pilihan produk 1. Saya merasa produk sunscreen Azarine cocok untuk jenis tipe kulit muka saya.

2. Saya membeli sunscreen azarine karena packaging produk yang bagus.

1. Saya menggunakan produk sunscreen selain azarine

2. Saya membeli produk sunscreen Azarine bukan karena kebutuhan tetapi karena melihat iklan yang manarik tentang produknya.

    Pemilihan merk 1. Saya memakai sunscreen azarine karen merk azarine selalu mengeluarkan produk bagus.

2. Saya mengetahui bahwa suatu produk itu sangat baik jika memiliki popularitas merek yang baik.

 

1. Popularitas merek dalam pembelian suatu produk tidaklah penting.

2. Merk azarine bukan merk yang saya sukai.

 

    Pilihan penyalur 1. Lokasi pembelian produk jaraknya dekat dari rumah saya sehingga memudahkan proses pembelian produk

2. pemebelian  sunscreen  azarine mudah didapatkan secara online.

 

1. Pembelian sunscreen azarine  yang saya inginkan sangat sulit didapatkan.

2. Saya akan membeli sunscreen merk   lain saat sunscreen azarine tidak tersedia di toko offline maupun online

 

    Waktu pembelian 1. Saya selalu membeli produk ini setiap bulan.

2. Saya membeli sunscreen azarine untuk teman.

1. Saya tidak rutin membeli produk sunscreen Azarine.

2. Produk sunscreen Azarine tidak selalu menjadi pilihan saya saat berbelanja.

    Jumlah pembelian 1. tiap pembelian suncreen azarine saya membeli produknya sekaligus 2 produk

2. saat mendapatkan diskon saya membeli produk azarine dalam jumlah besar.

 

1. Saya membeli 1 produk azarine untuk meminimalisir resiko kerusakan produk jika tidak segera digunakan.

2. saya tidak membeli produk suncreen azarine dalam jumlah banyak karena tidak ada tempat untuk penyimpanan produknya.

2. FoMO Rasa takut 1.  saya merasa takut ketinggalan  mengikuti tren membeli produk viral sunscreen azarine

2. teman-teman saya memuji saya karena memakai produk suncreeen viral azarine

3. saya merasa tertinggal jika tidak up to date tentang produk yang viral

1. saya membeli produk suncreen merk apa saja tanpa memperdulikan merk yang viral di medsos

2. saya tidak mudah terpengaruh oleh produk viral yang sering muncul di beranda medsos saya

3. saya membeli produk suncreen azarine karena kebutuhan pribadi bukan karena dorongan mengikuti barang viral

 

Rasa cemas 1. saya melihat teman-teman memakai produk viral membuat saya iri karena tidak bisa membelinya

2. untuk membeli produk viral saya rela mengabaikan prioritas lainnya

3. tidak membeli barang yang sedang viral bisa membuat saya stress karena terus memikirkannya

1. karena tidak ikut-ikutan membeli produk viral suncreen azerine keuangan saya lebih stabil

2. saya hanya melihat teman-teman saya yang sangat bergantung pada produk viral seperti suncreen azarine

3.  saya merasa tenang walaupun tidak membeli barang viral seperti suncreen azarine

Rasa khawatir 1. saya menghabiskan banyak waktu untuk mengikuti perkembangan barang viral  di medsos

2. saya akan tetap mencoba memakai barang viral sunscreen azarine walaupun tidak kelihatan hasilnya di kulit wajah saya

3. saya ingin lebih dulu mencoba barang viral suncreen azarine dibanding teman saya

1. disaat rasa khawatir mendesak untuk membeli barang viral suncreen azarine, saya melihat ulasan terlebih dahulu agar lebih mengetahui tentang suncreen azarine

2. saya akan bertanya kepada teman saya tentang suncreen azarine untuk menurunkan rasa khawatir saya karena penasaran dengan suncreen azarine

3. saya merasa biasa saja jika tidak memakai produk azarine

 

 

HASIL PELAKSANAAN PENELITIAN

  1. Hasil Penelitian

UJI Validitas dan Reliabilitas

  1. Uji Validitas

Tabel 1 Variabel X

Indikator R hitung Keterangan
X1 0.934 Valid
X2 0.920 Valid
X3 0.912 Valid
X4 0.895 Valid
X5 0.858 Valid
X6 0.682 Valid
X7 0.801 Valid
X8 0.838 Valid
X9 0.913 Valid
X10 0.825 Valid
X11 0.331 Valid
X12 0.934 Valid
X13 0.920 Valid
X14 0.912 Valid
X15 0.895 Valid
X16 0.855 Valid
X17 0.812 Valid
X18 0.858 Valid

 

Tabel 2 Variabel Y

Indikator R hitung Keterangan
Y1 0.0687 Valid
Y2 0.677 Valid
Y3 0.659 Valid
Y4 0.775 Valid
Y5 0.538 Valid
Y6 0.538 Valid
Y7 0.711 Valid
Y8 0.703 Valid
Y9 0.635 Valid
Y10 0.449 Valid
Y11 0.638 Valid
Y12 0.449 Valid
Y13 0.567 Valid
Y14 0.692 Valid
Y15 0.655 Valid
Y16 0.685 Valid
Y17 0.757 Valid
Y18 0.604 Valid
Y19 0.738 Valid
Y20 0.701 Valid

 

Dari tabel 1 dan 2 di atas hasil uji validitas secara keseluruhan menunjukan bahwa item pernyataan memiliki nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari r table yaitu 0.2787 dan nilai siginifikan < 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil dari uji validitas di atas menunjukan seluruh item pernyataan dinyatakan valid dan layak digunakan sebagai instrumen untuk mengukur data penelitian.

  1. Uji Reliabilitas

Tabel 3 Variabel X

Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha N of Items
.922 18

Tabel 4 Variabel Y

Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha N of Items
.978 20

 

Dari hasil uji reliabilitas di atas dapat disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan dalam mengukur variabel dapat dikatakan reliabel karena memiliki nilai cronbach alpha yang lebih besar dari pada 0,60. Artinya, semua item pernyataan dalam kuesioner yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini dinyatakan konsisten dan stabil.

Identitas  Responden

Tabel 5 karakteristik responden berdasarkan usia

Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 20 10 20.0 20.0 20.0
21 24 48.0 48.0 68.0
22 9 18.0 18.0 86.0
23 5 10.0 10.0 96.0
24 2 4.0 4.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Berdasarkan Tabel 5  dapat diinterpretasikan bahwa sebesar 48 responden (68%) berusia 21 tahun, dan sebagian kecil 2 responden (4%) berusia 24 tahun.

Tabel 6 karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin

Jk
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid laki-laki 21 42.0 42.0 42.0
perempuan 29 58.0 58.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Berdasarkan Tabel 6  dapat diinterpretasikan bahwa sebesar 29 responden (58%) berjenis kelamin perempuan dan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 21 responden (42%).

Tabel 7 karakteristik responden berdasarkan semester

Semseter
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 10 20.0 20.0 20.0
3 16 32.0 32.0 52.0
5 24 48.0 48.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Berdasarkan Tabel 7 dapat diinterpretasikan bahwa sebesar 24 responden (48%) berada di semeseter 5. Dan responden paling sedikit berasal dari siswa semester 1 yaitu 10 orang (20%).

Tabel 7 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 100
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .42913342
Most Extreme Differences Absolute .175
Positive .170
Negative -.175
Test Statistic .175
Asymp. Sig. (2-tailed) .080c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

 

Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa besarnya nilai tingkat signifikansi adalah 0,080. Hal ini menandakan bahwa data residual terdistribusi secara normal karena tingkat signifikansinya di atas 0,05 atau di atas 5%. Hal ini berarti model regresi tidak memiliki masalah normalitas data atau data terdistribusi secara normal dan layak digunakan.

Tabel 8 Uji Multikulonierites

Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Fear Of Missing Out (FOMO) (X) .876 1.142
a. Dependent Variable:   Keputusan Pembelian (Y)

 

Berdasarkan hasil uji pada tabel 8 diketahui bahwa nilai Fear Of Missing Out (FOMO) menunjukkan hasil perhitungan tolerance sebesar 0.876 dan nilai VIF sebesar 1.142. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi antara variabel bebas atau tidak terjadi masalah multikolinieritas diantara variabel independen dalam model regresi.

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.276 .236 9.653 .000
Fomo (X) -.217 .092 .260 2.366 .002
a. Dependent Variable:  Keputusan Pembelian (Y)

Tabel 9 Uji T

 

Stress kerja mempunyai t hitung sebesar 2.366 dengan probabilitas signifikansi 0.002. Hal tersebut menunjukkan bahwa probabilitas siginfikansinya di dibawah 0,05 dan t hitung > dari t tabel. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Fear Of Missing Out (FOMO) mempengaruhi keputusan pemberlian.

Tabel 10 Uji F

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3.529 3 1.176 6.193 .001b
Residual 18.231 96 .190
Total 21.760 99
a. Dependent Variable:  Keputusan Pembelian (Y)
b. Predictors: (Constant),  Fear Of Missing Out (FOMO) (X)

 

Berdasarkan tabel 10 diatas menunjukkan bahwa nilai F hitung sevesar 6.193 dengan probabilitas 0.001. karena nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05 dan F hitung > F tabel maka dapat dikatakan bahwa Fear Of Missing Out (FOMO) terhadap Keputusan Pembelian berpengaruh secara simultan atau keseluruhan.

Tabel 11 UjI R

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .403a .162 .136 .436
a. Predictors: (Constant),  Fear Of Missing Out (X)
b. Dependent Variable:  Keputusan Pembelian (Y)

 

 

Dari tabel 11 menunjukan bahwa Adjustted R Square untuk variabel Fear Of Missing Out diperoleh sebesar 0.136. Hal ini berarti bahwa 13.6% dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam model tersebut, sedangkan sisanya sebesar 86.40% dijelaskan oleh variabel lain.

  1. Pembahasan

Berdasarkan hasil diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Fear Of Missing Out (X) terhadap keputusan pembelian dengan t hitung sebesar 2.366 dengan probabilitas signifikansi 0.002.

Dari  hasil  tersebut  dapat dikatakan dengan adanya fear of missing out, terbukti memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya, seperti yang disampaikan oleh Ratnaningsih (2022) menegaskan bahwa fear of missing out memiliki pengaruh  positif  dan  signifikan  baik  secara  parsial  maupun  simultan  terhadap  keputusan pembelian konsumen. Temuan serupa juga disampaikan oleh Syafah dan Santoso (2022) yang menunjukkan bahwa fear of missing out berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian  konsumen. Sunscreen Azarine  berhasil  memanfaatkan  fenomena  viral  dengan  baik, menciptakan  rasa fear  of  missing  outpada  calon  konsumen,  mendorong  mereka  untuk melakukan pembelian demi memenuhi keinginan pribadi. Untuk menjaga dampak ini, Azarine disarankan untuk secara berkala meluncurkan produk-produk baru guna terus mempertahankan manfaat kepada konsumen dan mendorong mereka untuk terus melakukan pembelian

Fear  of  missing  out adalah  istilah  yang  biasa  digunakan  kalangan  muda  untuk menyebut   pola   perilaku yang   selalu   merasa   khawatir   berlebihan   dan   merasakan ketakutan akan tertinggal tren pergaulan yang terkini (San et al., 2019). Akhir-akhir ini, fear  of  missing  out semakin  menjadi  bahan  riset  yang  dilakukan  oleh  para  pakar  ilmu pemasaran dan kesehatan mental. Ditinjau dari sudut pandang ilmu pemasaran FoMO ini perlahan  mulai  dimanfaatkan  untuk  menciptakan  promosi  untuk  suatu  produk,  dengan cara  membangun  ketakutan left  behind pada  kalangan  muda  jika  tidak  membeli  produk tersebut.

Fear  of  Missing  Out(FoMO)  digunakan  secara  aktif  dalam E-commerce karena urgensi  dan  prospek  kehilangan  sesuatu  memiliki  dampak  besar  dalam  membentuk keputusan  orang.  Sebagai  contoh  adalah pembelian  impulsif  yang  dilakukan  karena adanya diskon besar-besaran atau promo setiap bulan karena seseorang takut kehilangan kesempatan itu. Selain itu bisa juga dengan promosi yang mana akan habis pada hari itu juga jika tidak melakukan membelinya saat-itu juga. Promosi dengan membawa perasaan “takut tertinggal” inilah  yang disebut dengan pemasaran FoMO(Argan & Argan, 2018).

Hal  ini  diperkuat  lagi  dengan  promosi  viral  membantu  menerapkan  FOMO  di  antara konsumen yang membuat orang mempertimbangkan peluang atau membeli produk.

  1. Kesimpulan

Fenomena sosial yang muncul seiring dengan kemajuan teknologi dan media sosial, terutama di kalangan generasi Z, sangat memengaruhi perilaku konsumsi, khususnya dalam hal pembelian produk. Dengan semakin meningkatnya penggunaan media sosial, terutama TikTok, generasi Z merasa terdorong untuk mengikuti tren terbaru agar tidak merasa tertinggal (FOMO).

Penelitian ini menekankan bagaimana fenomena FOMO dapat memengaruhi keputusan mereka untuk membeli barang-barang tertentu, khususnya barang-barang
Hasil diskusi menunjukkan bahwa FOMO memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan konsumen untuk membeli produk sunscreen Azarine. Dengan t-hitung sebesar 2.366 dan probabilitas signifikansi 0.002, temuan ini menunjukkan bahwa FOMO memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan konsumen untuk membeli produk sunscreen.

Penemuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang juga menunjukkan bahwa FOMO mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli produk sunscreen tertentu, terutama yang berkaitan dengan dunia pemasaran digital dengan penggunaan media sosial menjadi urgensi.

Sunscreen Azarine berhasil menggunakan strategi pemasaran FOMO untuk mendorong pelanggan untuk membeli barang untuk mengikuti tren saat ini.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa FOMO adalah faktor utama yang memengaruhi perilaku konsumsi Gen Z. Ketakutan akan tertinggal atau tidak mengikuti tren, dikombinasikan dengan promosi viral yang ditawarkan oleh merek seperti Azarine, mendorong generasi Z untuk membuat keputusan pembelian impulsif.

Oleh karena itu, pelaku bisnis, terutama dalam industri kecantikan, harus memahami FOMO dan menerapkan strategi pemasaran yang memanfaatkan fenomena ini untuk menarik perhatian konsumen dan mempertahankan loyalitas pelanggan di pasar yang sangat kompetitif.

  1. Saran

Dalam strategi pemasaran, merek dapat terus memanfaatkan fenomena Fear of Missing Out (FOMO). Salah satu cara untuk memanfaatkan FOMO adalah dengan membuat kampanye promosi yang menonjolkan produk edisi terbatas atau yang hanya tersedia dalam waktu terbatas. Selain itu, merek Azarine dapat bekerja sama dengan influencer yang memiliki audiens yang relevan dengan target pasar mereka, sehingga mereka dapat meningkatkan rasa urgensi pelanggan untuk segera membeli produk.

Untuk pemasar dan pelaku strategi digital marketing, perlu lebih mengoptimalkan teknik pemasaran berbasis FOMO, seperti menawarkan diskon terbatas atau flash sale yang berlaku hanya dalam waktu singkat. Teknik pemasaran ini terbukti dapat meningkatkan peluang pembelian impulsif, yang efektif menarik perhatian konsumen generasi Z. Selain itu, pemasaran melalui media sosial, terutama platform seperti TikTok, perlu diperkuat karena platform ini sangat populer di kalangan generasi Z.

Kampanye yang melibatkan tantangan atau hashtag viral akan lebih efektif dalam menarik perhatian dan mendorong keputusan pembelian.

Bagi peneliti dan akademisi, disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut guna memahami lebih dalam faktor-faktor lain yang memengaruhi keputusan pembelian generasi Z, seperti persepsi terhadap kualitas produk atau nilai materialisme.

Penelitian lanjutan ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih komprehensif bagi perusahaan dalam menyusun strategi pemasaran yang lebih tepat sasaran. Selain itu, studi perbandingan antara perilaku pembelian generasi Z dan generasi lainnya juga dapat menjadi topik menarik, sehingga perusahaan dapat merumuskan strategi yang lebih sesuai dengan masing-masing kelompok konsumen.

Terakhir, bagi konsumen, khususnya generasi Z, penting untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan pembelian dan menyadari bahwa pemasaran berbasis FOMO dapat memicu pembelian impulsif. Konsumen sebaiknya lebih mempertimbangkan kebutuhan dan manfaat jangka panjang dari produk yang akan dibeli, agar tidak terjebak hanya dalam mengikuti tren yang ada.

Dengan mengikuti rekomendasi ini, diharapkan semua pihak dapat memaksimalkan potensi yang ada, meningkatkan kepuasan konsumen, dan mendorong pertumbuhan pasar produk yang relevan.

LUARAN YANG DIHASILKAN

JADWAL PENELITIAN

No Nama Kegiatan Bulan
30/10/2024 4/11/2024 23/12/2024 27/12/2024 30/12/2024
1 Ajukan judul ü
2 Pembuatan laporan ü
3 Penyebaran kusioner ü
4 Olah data ü
5. Pengumpulan laporan ü

 

DAFTAR PUSTAKA

 Darmawan, A. S., Cheryl, A., & Safitri, M. A. (2022). Efektivitas Iklan Produk Sunscreen “Azarine” Melalui Akun Tiktok@ Dictionarei Terhadap Minat Pembelian. Jurnal Ilmu Komunikasi Dan Media Sosial (JKOMDIS), 2(2), 222-227.

Dewa, C. B., & Safitri, L. A. (2021). Pemanfaatan media sosial tiktok sebagai media promosi industri kuliner di yogyakarta pada masa pandemi covid-19 (studi kasus akun tiktok javafoodie). Khasanah Ilmu-Jurnal Pariwisata Dan Budaya, 12(1), 65-71.

Falajunah, C. T., & Hendayani, R. (2024). Pengaruh FOMO (Fear of Missing out) By Tiktok Influencer terhadap Minat Beli Produk Scarlett. Economic5 Reviews Journal, 3(2), 1096-1110.

Fitriani, R., Ikah, I., & Amin, M. R. F. Analisis Pengaruh Iklan di Media Sosial TikTok Terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik di Era Digital. Jurnal Teknik Industri: Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah dalam Bidang Teknik Industri, 9(1), 240-247

Haryati, R. ANALISIS PERILAKU BELANJA ONLINE GENERASI Z STUDI KASUS PADA PENGGUNA TIKTOK DI KOTA BANDUNG. Jurnal Ilmiah Magister Ilmu Administrasi, 18(1).

Indrasari, M. (2019). PEMASARAN DAN KEPUASAN PELANGGAN: pemasaran dan kepuasan pelanggan. unitomo press.

Khoiriah, I. L. N., Mursito, B., & Marwati, F. S. (2023). Keputusan Pembelian Ditinjau Varian Produk, Citra Merek dan Brand Ambassador Terhadap Sunscreen Azarine di Surakarta. Jurnal Administrasi dan Manajemen, 13(2), 177-183.

Putri, A. A., Palilati, A., & Harjoprawiro, L. (2024). PENGARUH KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SUNSCREEN AZARINE MELALUI CELEBRITY ENDORSMENT SEBAGAI VARIABEL INTERVENING. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 16(2), 97-109.

RAHMAWATI, E., & Waluyo, W. (2024). PENGARUH KESADARAN HALAL, CITRA MEREK, ELECTRONIC WORD OF MOUTH (E-WOM) DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK SERUM SKINCARE YANG SUDAH BERLABEL HALAL DI WILAYAH SOLO RAYA (Doctoral dissertation, UIN Surakarta).

Rizky, A., Mulyadi, D., & Sungkono, S. (2024). PENGARUH FEAR OF MISSING OUT (FOMO) TERHADAP PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN PRODUK VIRAL DI MEDIA SOSIAL PADA GEN-Z (STUDI KASUS DI KABUPATEN KARAWANG). Neraca: Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi, 2(9), 211-219.

Shukmalla, D., Savitri, C., & Pertiwi, W. (2023). Pengaruh Content Marketing Dan Influencer Marketing Terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik Lokal di Tiktok Shop (Studi Pada Mahasiswa Manajemen Universitas Buana Perjuanagan Karawang). Jurnal Mirai Management, 8(3).

Suhartini, S., & Maharani, D. (2023). Peran Fear Of Missing Out (FoMO) dalam Perilaku Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian. Economics and Digital Business Review, 4(2), 349-356.

Sukmaningtyas, H. N., Maharani, B. D., & Ningrum, N. K. (2023). THE INFLUENCE OF PERCEIVED PRICE AND TRUST ON PURCHASE INTENTION THROUGH PERCEIVED VALUE AS AN INTERVENING VARIABLE IN AZARINE SUNSCREEN PRODUCTS. Dynamic Management Journal, 7(2), 179-188.

Wahida, N., Burhanuddin, B., Haeruddin, M. I. W., Musa, M. I., & Aslam, A. P. (2024). Pengaruh Fear Of Missing Out Dan Brand Trust Terhadap Keputusan Pembelian Produk The Originote:(Studi Pada Mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Makassar). EBISMAN: eBisnis Manajemen, 2(1), 30-43.

Zulkamal, N. D., & Indriani, F. (2024). SOCIAL COMPARISON, MATERIALISME, DAN FOMO SEBAGAI PENGARUH NIAT BELI KONSUMEN YANG DIDUKUNG OLEH CELEBRITY INFLUENCER (Studi pada produk Azarine Hydrasoothe Sunscreen Gel SPF 45 PA+++). Diponegoro Journal of Management, 13(3

LAMPIRAN

SKALA FEAR OF MISSING OUT

Nama :

Jenis kelamin :

Umur :

Semester :

PETUNJUK :

  1. Bacalah skala dibawah ini dengan baik dan teliti
  2. Isilah skala dibawah ini dengan jujur, teliti dan sesuai dengan keadaan yang Anda alami
  3. Skala ini hanya dapat di isi sekali
  4. Skala ini mempunyai 5 opsi jawaban:

STS  : Sangat Tidak Setuju

TS  : Tidak Setuju

N  : Netral

S  : Setuju

SS  : Sangat Setuju

 

AITEM PERNYATAAN

 

NO

 

AITEM PERNYATAAN

PILIHAN JAWABAN
STS TS N S SS
1 saya merasa takut ketinggalan  mengikuti tren membeli produk viral sunscreen azarine          
2 teman-teman saya memuji saya karena memakai produk suncreeen viral azarine          
3 saya merasa tertinggal jika tidak up to date tentang produk yang viral          
4 saya membeli produk suncreen merk apa saja tanpa memperdulikan merk yang viral di medsos          
5 saya tidak mudah terpengaruh oleh produk viral yang sering muncul di beranda medsos saya          
6 saya membeli produk suncreen azarine karena kebutuhan pribadi bukan karena dorongan mengikuti barang viral          
7 saya melihat teman-teman memakai produk viral membuat saya iri karena tidak bisa membelinya          
8 untuk membeli produk viral saya rela mengabaikan prioritas lainnya          
9 tidak membeli barang yang sedang viral bisa membuat saya stress karena terus memikirkannya          
10 karena tidak ikut-ikutan membeli produk viral suncreen azerine keuangan saya lebih stabil          
11 saya hanya melihat teman-teman saya yang sangat bergantung pada produk viral seperti suncreen azarine          
12 saya merasa tenang walaupun tidak membeli barang viral seperti suncreen azarine          
13 saya menghabiskan banyak waktu untuk mengikuti perkembangan barang viral  di medsos          
14 saya akan tetap mencoba memakai barang viral sunscreen azarine walaupun tidak kelihatan hasilnya di kulit wajah saya          
15 saya ingin lebih dulu mencoba barang viral suncreen azarine dibanding teman saya          
16 disaat rasa khawatir mendesak untuk membeli barang viral suncreen azarine, saya melihat ulasan terlebih dahulu agar lebih mengetahui tentang suncreen azarine          
17 saya akan bertanya kepada teman saya tentang suncreen azarine untuk menurunkan rasa khawatir saya karena penasaran dengan suncreen azarine          
18 saya merasa biasa saja jika tidak memakai produk azarine          

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

SKALA KEPUTUSAN PEMBELIAN

 

Nama :

Jenis kelamin :

Umur :

Semester :

PETUNJUK :

  1. Bacalah skala dibawah ini dengan baik dan teliti
  2.  Isilah skala dibawah ini dengan jujur, teliti dan sesuai dengan keadaan yang Anda alami
  3. Skala ini hanya dapat di isi sekali
  4. Skala ini mempunyai 4 opsi jawaban:

STS  : Sangat Tidak Sesuai

TS  : Tidak Sesuai

S  : Sesuai

SS  : Sangat Sesuai

AITEM PERNYATAAN

 

NO

 

AITEM PERNYATAAN

PILIHAN JAWABAN
STS TS S SS
1 Saya merasa produk sunscreen Azarine cocok untuk jenis tipe kulit muka saya.        
2 Saya membeli sunscreen azarine karena packaging produk yang bagus.        
3 Saya menggunakan produk sunscreen selain azarine        
4 Saya membeli produk sunscreen Azarine bukan karena kebutuhan tetapi karena melihat iklan yang manarik tentang produknya.        
5  Saya memakai sunscreen azarine karen merk azarine selalu mengeluarkan produk bagus        
6 Saya mengetahui bahwa suatu produk itu sangat baik jika memiliki popularitas merek yang baik.        
7 Popularitas merek dalam pembelian suatu produk tidaklah penting        
8 Merk azarine bukan merk yang saya sukai.        
9 Lokasi pembelian produk jaraknya dekat dari rumah saya sehingga memudahkan proses pembelian produk        
10 pemebelian  sunscreen  azarine mudah didapatkan secara online.        
11 Pembelian sunscreen azarine  yang saya inginkan sangat sulit didapatkan.        
12 Saya akan membeli sunscreen merk   lain saat sunscreen azarine tidak tersedia di toko offline maupun online        
13 Saya selalu membeli produk ini setiap bulan.        
14 Saya membeli sunscreen azarine untuk teman        
15 Saya tidak rutin membeli produk sunscreen Azarine.        
16 Produk sunscreen Azarine tidak selalu menjadi pilihan saya saat berbelanja.        
17 tiap pembelian suncreen azarine saya membeli produknya sekaligus 2 produk        
18 saat mendapatkan diskon saya membeli produk azarine dalam jumlah besar        
19 Saya membeli 1 produk azarine untuk meminimalisir resiko kerusakan produk jika tidak segera digunakan.        
20 saya tidak membeli produk suncreen azarine dalam jumlah banyak karena tidak ada tempat untuk penyimpanan produknya.        

 

Data Excel

 

 

 

 

 

 

 

 

SS penyebaran kusioner

 

Artikel Terbaru

Sambut Imlek dengan Kirab Umbul Mantram di Solo, Indahnya Kampung Jawa-Tionghoa

SOLO - Menyambut Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili, warga Kampung Sudiroprajan, Solo, Jawa Tengah gelar Kirab Umbul Mantram di Pasar Gede Solo, Kamis (16/1/2025)

Ramai Keracunan hingga Pemerataan Makan Bergizi Gratis, Pemerintah Harus Mikir Ini!

JAKARTA - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diusung oleh pemerintah Prabowo Subianto telah menarik perhatian banyak pihak karena potensinya untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup anak-anak Indonesia.

Di Balik 40 Siswa SD di Sukoharjo Keracunan Makan Bergizi Gratis

SUKOHARJO - Puluhan siswa SD Negeri 3 Dukuh di Sukoharjo, Jawa Tengah diduga mengalami keracunan setelah menyantap makanan bergizi gratis (MBG). 

Iran Siap Kirim Bantuan ke Los Angeles: Anda Tidak Sendirian 

INN INTERNASIONAL - Merespon kebakaran di Los Angeles, California, AS, Perhimpunan Bulan Sabit Merah Iran (IRCS) pada Sabtu menyatakan kesiapannya untuk mengirim tim reaksi cepat khusus, peralatan penyelamatan, dan personel terlatih ke sana.

artikel yang mirip

Sambut Imlek dengan Kirab Umbul Mantram di Solo, Indahnya Kampung Jawa-Tionghoa

SOLO - Menyambut Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili, warga Kampung Sudiroprajan, Solo, Jawa Tengah gelar Kirab Umbul Mantram di Pasar Gede Solo, Kamis (16/1/2025)

Ramai Keracunan hingga Pemerataan Makan Bergizi Gratis, Pemerintah Harus Mikir Ini!

JAKARTA - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diusung oleh pemerintah Prabowo Subianto telah menarik perhatian banyak pihak karena potensinya untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup anak-anak Indonesia.

Di Balik 40 Siswa SD di Sukoharjo Keracunan Makan Bergizi Gratis

SUKOHARJO - Puluhan siswa SD Negeri 3 Dukuh di Sukoharjo, Jawa Tengah diduga mengalami keracunan setelah menyantap makanan bergizi gratis (MBG).