273 total views
INN NEWS – Program Makan Bergizi Gratis yang digagas Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabuming Raka telah menjadi topik hangat di Indonesia usai dijalankan secara perdana baru-baru ini.
Dengan janji untuk memberikan makan siang gratis kepada anak sekolah, program ini bertujuan untuk mengatasi masalah gizi buruk dan stunting serta meningkatkan kualitas pendidikan.
Namun, implementasinya membutuhkan pengawasan ketat karena sejumlah tantangan dan masalah yang telah terlihat di fase awal.
Ketidakmerataan Menu
Salah satu tantangan utama dari program ini adalah ketidakmerataan menu yang diberikan kepada anak-anak di berbagai wilayah. Penyebaran makanan yang tidak merata bisa terjadi karena logistik yang kompleks di Indonesia dengan kondisi geografis yang beragam.
Beberapa kasus telah dilaporkan di mana menu yang diterima anak-anak berbeda dari satu daerah ke daerah lain, tidak hanya dalam hal jenis makanan tetapi juga kualitas dan kuantitasnya.
Misalnya, di daerah perkotaan mungkin menu lebih variatif dibandingkan di daerah terpencil, yang bisa mengakibatkan ketimpangan gizi di antara anak-anak.
Rasa Makanan dan Selera Anak-anak
Rasa makanan juga menjadi isu penting. Anak-anak cenderung memiliki preferensi rasa yang kuat, dan jika makanan yang disajikan tidak sesuai dengan selera mereka, banyak makanan yang akan terbuang sia-sia.
Ada laporan di media sosial tentang anak-anak yang tidak memakan makanan yang disediakan karena tidak sesuai dengan rasa yang mereka sukai, yang tentu saja tidak memenuhi tujuan utama program ini, yaitu untuk memberikan asupan gizi yang cukup.
Ketersediaan Susu
Ketidakhadiran susu dalam menu makan siang gratis juga menjadi sorotan. Susu merupakan sumber kalsium yang penting untuk perkembangan tulang dan gigi anak.
Namun, dari beberapa sumber diketahui bahwa tidak semua anak mendapatkan susu dalam program ini, baik karena ketersediaan yang terbatas atau karena masalah logistik dalam distribusi.
Hal ini menjadi perhatian serius mengingat susu adalah bagian integral dari diet sehat bagi anak-anak.
Komentar Pengamat
Pengamat sosial dan kebijakan publik telah memberikan masukan yang kritis terhadap pelaksanaan program ini.
Muhammad Gumarang, sebagai salah satu pengamat, menekankan pentingnya pemerintah untuk merinci teknis pelaksanaan, termasuk anggaran, distribusi, dan kualitas makanan.
Ia menyoroti bahwa tanpa perencanaan yang matang, program ini bisa menjadi beban bagi APBN dan tidak efektif dalam mencapai tujuannya.
Pengamat lain, seperti Nurmal Idrus dari Universitas Hasanuddin, mendukung pembentukan kementerian khusus untuk menangani program ini, yang menurutnya akan memberikan kepastian dan efektivitas dalam pelaksanaan.
Namun, ia juga memperingatkan bahwa jika tidak dikelola dengan baik, program ini bisa menjadi sumber korupsi baru.