HomeHeadlineBesok Dilantik Jadi Presiden AS, Ini Dampak Trump 2.0 pada Pasar Keuangan

Besok Dilantik Jadi Presiden AS, Ini Dampak Trump 2.0 pada Pasar Keuangan

Published on

spot_img

 457 total views

INN Internasional – Donald Trump akan kembali ke Gedung Putih pada Senin (20/1/2025) dan menjadi Presiden ke-47 Amerika Serikat (AS)

Trump pernah menjadi Presiden AS pada periode Januari 2017 hingga Januari 2021.

Goldman Sachs baru-baru ini merilis analisis yang mengejutkan dunia keuangan, memperkirakan bahwa terpilihnya kembali Donald Trump, atau yang disebut sebagai “Trump 2.0,” bisa memicu pergeseran pasar tiga kali lebih besar dari perang tarif tahun 2018.

Dinamika pasar pasca-pemilu mulai menunjukkan tanda-tanda perubahan besar di tahun 2025.

Reaksi Pasar Setelah Pemilu

Setelah pemilu, aktivitas perdagangan di pasar saham AS melonjak hingga 40%, dengan rata-rata 15,4 miliar saham diperdagangkan setiap hari—tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.

Lonjakan ini mencerminkan kesiapan Wall Street menghadapi perubahan besar, dengan banyak pihak bertaruh pada kembalinya Trump ke Gedung Putih.

Namun, seperti yang dicatat oleh Rashidul Islam Rakib di X (@IslamRashi2000), ada aspek-aspek penting yang tampaknya diabaikan dalam reaksi awal ini.

Kekhawatiran Utama Goldman Sachs

Goldman Sachs mengungkap beberapa isu penting terkait kebijakan ekonomi Trump yang dapat memengaruhi pasar:

1. Tarif Impor

Penerapan tarif impor universal sebesar 10% diperkirakan akan mendorong inflasi melampaui 3% di puncaknya. Selain itu, pertumbuhan PDB dapat terganggu sebesar 0,75-1,25 poin persentase. Kebijakan ini berpotensi menjadi awal dari reaksi berantai yang memengaruhi ekonomi.

2. Pemotongan Pajak

Trump diperkirakan akan memperpanjang pemotongan pajak tahun 2017 dan menambahkan pemotongan pajak pribadi lainnya, yang menurut Komite Anggaran Federal yang Bertanggung Jawab akan menambah defisit sebesar $7,75 triliun dalam satu dekade. Hal ini dapat memperumit stabilitas ekonomi jangka panjang.

3. Perubahan Regulasi

Sektor-sektor seperti perbankan, energi, dan manufaktur industri diprediksi akan mengalami perubahan regulasi signifikan, yang dapat menguntungkan industri tertentu yang lebih selaras dengan visi ekonomi Trump.

Proyeksi Ekonomi 2025

Goldman Sachs memperkirakan beberapa perubahan utama pada 2025:

  • Penurunan suku bunga pada bulan Maret, Juni, dan September.
  • Pertumbuhan PDB sebesar 2,4%.
  • Penurunan inflasi PCE inti sebesar 0,3% pada Maret.

Namun, jika kebijakan Trump diterapkan sepenuhnya, kondisi pasar bisa menjadi sangat tidak terduga. Sektor barang konsumsi yang bergantung pada impor, energi terbarukan, dan teknologi kemungkinan akan terpukul, sementara bank, energi, dan manufaktur industri mungkin mendapatkan keuntungan.

Nasihat Strategis untuk Investor

Rashidul Islam Rakib menekankan pentingnya persiapan menghadapi pasar yang bergejolak. Dengan pengalaman lebih dari 30 tahun di pasar keuangan, ia menyarankan pendekatan yang sistematis dan disiplin dalam trading. Mengelola emosi dan fokus pada strategi yang solid menjadi kunci untuk tetap bertahan dan sukses di tengah ketidakpastian.

 

Artikel Terbaru

Cuci Tangan Kasmujo di Skripsi Jokowi, Dulu Ngaku Pembimbing Kini Ingkar 

JAKARTA – Isu mengenai keabsahan skripsi mantan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), kembali memanaskan jagat akademik dan politik. 

PSI Buka Pendaftaran Calon Ketum, Jokowi Berpeluang Maju

SOLO - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) resmi membuka pendaftaran calon ketua umum untuk periode selanjutnya, menyusul rencana pergantian Kaesang Pangarep dari posisi tersebut.

KPK dan Polri Masih Terafiliasi Jokowi? Prabowo Diduga Andalkan Kejaksaan yang Dibackup TNI

JAKARTA –Analis politik dan militer dari Universitas Nasional (Unas) Jakarta, Selamat Ginting menilai bahwa Presiden Prabowo Subianto kini lebih mengandalkan Kejaksaan Agung (Kejagung) dalam penegakan hukum ketimbang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), yang menurutnya masih dinilai publik terafiliasi dengan mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Kritik Pedas Gadis Asmat: Mahasiswa Papua Jangan Salahgunakan Beasiswa Negara!

INN NEWS - Desy Boban, seorang mahasiswi asal Asmat yang menempuh pendidikan di IPB University barubaru ini menyampaikan kritik tajam dan emosional lewat media sosialnya. 

artikel yang mirip

Cuci Tangan Kasmujo di Skripsi Jokowi, Dulu Ngaku Pembimbing Kini Ingkar 

JAKARTA – Isu mengenai keabsahan skripsi mantan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), kembali memanaskan jagat akademik dan politik. 

PSI Buka Pendaftaran Calon Ketum, Jokowi Berpeluang Maju

SOLO - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) resmi membuka pendaftaran calon ketua umum untuk periode selanjutnya, menyusul rencana pergantian Kaesang Pangarep dari posisi tersebut.

KPK dan Polri Masih Terafiliasi Jokowi? Prabowo Diduga Andalkan Kejaksaan yang Dibackup TNI

JAKARTA –Analis politik dan militer dari Universitas Nasional (Unas) Jakarta, Selamat Ginting menilai bahwa Presiden Prabowo Subianto kini lebih mengandalkan Kejaksaan Agung (Kejagung) dalam penegakan hukum ketimbang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), yang menurutnya masih dinilai publik terafiliasi dengan mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi).