322 total views
INN INTERNASIONAL – Hubungan antara Wakil Presiden Filipina, Sara Duterte, dan Presiden Ferdinand “Bongbong” Marcos Jr., kembali memanas menyusul penangkapan mantan Presiden Rodrigo Duterte, ayah Sara, pada awal Maret 2025.
Penangkapan ini diduga terkait dengan perintah dari Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) yang menyelidiki kebijakan perang narkoba Rodrigo Duterte selama masa kepresidenannya (2016-2022).
Sara Duterte dengan keras mengkritik pemerintahan Marcos Jr., menyebut tindakan tersebut sebagai pengkhianatan terhadap kedaulatan nasional Filipina.
Dalam pernyataan yang diunggah melalui media sosial pada 11 Maret 2025, Sara Duterte mengecam pemerintahan Marcos Jr. atas penangkapan ayahnya. “Tindakan ini menunjukkan kepada dunia bahwa pemerintah ini bersedia meninggalkan warga negaranya sendiri dan mengkhianati esensi kedaulatan serta martabat nasional kita.
Tuhan selamatkan Filipina,” tulisnya dalam sebuah posting di X.
Pernyataan ini mencerminkan kemarahan dan kekecewaan mendalam Sara terhadap keputusan yang diambil di bawah kepemimpinan Marcos Jr., yang pernah menjadi sekutunya dalam pemilu 2022.
Latar Belakang Konflik
Konflik antara Sara Duterte dan Ferdinand Marcos Jr. bukanlah hal baru. Keduanya awalnya membentuk aliansi politik yang kuat pada pemilihan presiden dan wakil presiden Filipina 2022, di mana mereka berhasil memenangkan suara mayoritas dengan menggabungkan kekuatan dua dinasti politik paling berpengaruh di Filipina: keluarga Marcos dan keluarga Duterte.
Namun, hubungan ini mulai retak seiring perbedaan pandangan dalam sejumlah isu, termasuk kebijakan luar negeri, pendekatan terhadap narkoba, dan penanganan sekutu politik keluarga Duterte.
Ketegangan mencapai puncaknya pada November 2024, ketika Sara Duterte secara terbuka mengancam akan membunuh Marcos Jr., istrinya Liza Araneta, dan Ketua DPR Martin Romualdez jika dirinya menjadi target pembunuhan.
Ancaman ini memicu reaksi keras dari Istana Kepresidenan, yang menyebutnya sebagai “ancaman aktif” dan menyerahkan masalah tersebut kepada Komando Keamanan Kepresidenan. Sejak saat itu, hubungan keduanya terus memburuk, ditandai dengan serangkaian tuduhan dan serangan verbal di ruang publik.
Penangkapan Rodrigo Duterte
Penangkapan Rodrigo Duterte menjadi titik balik baru dalam perseteruan ini. Mantan presiden yang dikenal dengan kebijakan kerasnya terhadap narkoba—yang menyebabkan ribuan kematian selama masa jabatannya—telah lama menjadi sasaran penyelidikan ICC.
Pada November 2024, Rodrigo Duterte menyatakan bahwa ia tidak takut menghadapi ICC, sementara pemerintahan Marcos Jr. mengindikasikan akan mempertimbangkan kerja sama dengan Interpol jika ICC mengeluarkan “red notice” terhadapnya.
Menurut laporan, penangkapan Rodrigo Duterte terjadi beberapa hari sebelum 11 Maret 2025, meskipun detail resmi mengenai prosesnya belum sepenuhnya diungkap.
Sara Duterte menuding pemerintahan Marcos Jr. sengaja berkolaborasi dengan pihak asing untuk menyerahkan ayahnya, sebuah langkah yang ia anggap sebagai pengkhianatan terhadap rakyat Filipina.
“Ini bukan hanya serangan terhadap keluarga saya, tetapi terhadap semua orang Filipina yang percaya pada kedaulatan kita,” tegasnya.
Pemakzulan Sara Duterte
Perseteruan ini semakin rumit dengan langkah DPR Filipina yang pada Februari 2025 menyetujui proses pemakzulan terhadap Sara Duterte.
Ia dituduh melakukan “pelanggaran konstitusi, pengkhianatan terhadap kepercayaan publik, korupsi, dan kejahatan besar lainnya,” termasuk rencana untuk membunuh Marcos Jr.
Proses pemakzulan ini kini berada di tangan Senat Filipina, yang akan memutuskan apakah Sara akan dicopot dari jabatannya sebagai wakil presiden. Keputusan tersebut membutuhkan dua pertiga suara dari 24 senator, dan hingga kini belum ada jadwal pasti untuk persidangan.
Analis politik menilai bahwa penangkapan Rodrigo Duterte dan pemakzulan Sara Duterte merupakan bagian dari strategi Marcos Jr. untuk melemahkan pengaruh keluarga Duterte.