159 total views
INN INTERNASIONAL – harga emas dunia mengalami apresiasi signifikan bersamaan dengan pengumuman kebijakan tarif global baru oleh Presiden AS, Donald Trump.
Kebijakan tarif ini diprediksi akan memicu ketidakpastian ekonomi global serta memancing reaksi balasan dari negara-negara mitra dagang Amerika Serikat.
Situasi ini menjadi angin segar bagi emas, yang dikenal sebagai aset safe-haven atau pelindung nilai di tengah gejolak ekonomi.
Dalam pernyataannya, Trump menegaskan bahwa tarif baru ini akan mendatangkan “triliunan dan triliunan dolar” bagi AS. Ia menyebut pendapatan tersebut akan digunakan untuk mengurangi beban pajak masyarakat sekaligus melunasi utang nasional.
“Dengan tindakan hari ini, kita akhirnya akan mampu membuat Amerika hebat lagi, lebih hebat dari sebelumnya,” ujar Trump, menegaskan optimismenya terhadap dampak kebijakan tersebut.
Penguatan harga emas ini juga didorong oleh pelemahan dolar AS dan penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS (US Treasury). Indeks dolar AS tercatat ditutup pada level 103,807 pada perdagangan kemarin, yang merupakan titik terendah sejak 19 Maret 2025.
Sementara itu, imbal hasil US Treasury bertenor 10 tahun anjlok ke level 4,094%, angka terendah sejak 16 Oktober 2024 atau lebih dari empat bulan lalu. Kombinasi faktor ini semakin memperkuat posisi emas sebagai pilihan investasi di tengah ketidakstabilan pasar.
Bagaimana dengan Rupiah?
Kebijakan tarif Trump ini juga berpotensi memberikan tekanan tambahan pada nilai tukar rupiah. Dengan Amerika Serikat sebagai salah satu tujuan ekspor utama Indonesia, tarif baru ini dapat mengganggu kinerja ekspor, terutama jika mitra dagang lain membalas dengan kebijakan serupa.
Pelemahan dolar AS memang bisa memberikan sedikit ruang napas bagi rupiah dalam jangka pendek, tetapi ketidakpastian ekonomi global dan potensi kenaikan inflasi di AS dapat mendorong Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga tinggi.
Hal ini berisiko memperlemah rupiah lebih lanjut, mengingat Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan berhati-hati dalam menurunkan suku bunga SBI untuk menjaga stabilitas mata uang.
Pada perdagangan terakhir, rupiah sempat menyentuh level terlemahnya di Rp16.747 per USD, mencerminkan sentimen negatif yang kian meningkat di pasar.
Kondisi ekonomi yang tidak menentu akibat kebijakan tarif ini diperkirakan akan terus mendukung kenaikan harga emas dalam jangka pendek.
Para analis pasar kini tengah memantau respons dari negara-negara mitra dagang AS serta dampak lanjutan terhadap mata uang dan instrumen keuangan lainnya.
Bagi investor, emas tampaknya akan tetap menjadi primadona di tengah ketidakpastian yang membayangi perekonomian global, sementara rupiah menghadapi tantangan berat untuk menjaga stabilitasnya.