204 total views
JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto baru-baru ini menyatakan kebanggaannya atas kinerja kabinetnya selama enam bulan terakhir, memberikan nilai 6 untuk pencapaian pemerintahannya.
Pernyataan ini disampaikan dalam diskusi bersama para pimpinan media pada Senin (7/4). Namun, di tengah situasi ekonomi yang penuh tantangan, pernyataan tersebut menuai kritik dari berbagai pihak.
“Saya bangga bahwa saya kasih nilai saya sekarang 6,” ucap Prabowo dilansir dari video oleh Detik.com.
Namun, apakah nilai tersebut mencerminkan realitas yang dihadapi masyarakat?
Pada hari yang sama, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS melemah hingga menyentuh angka Rp 17.171 menurut kontrak Non-Deliverable Forward (NDF) di bursa offshore.
Kondisi ini menjadi salah satu indikator tekanan ekonomi yang signifikan. Pelemahan Rupiah tidak hanya menjadi masalah domestik, tetapi juga mencerminkan gejolak mata uang di kawasan Asia yang tergerus oleh penguatan Dolar AS.
Turbulensi pasar ini dipicu oleh kekhawatiran potensi resesi global akibat perang dagang yang semakin memanas. Di tengah situasi ini, langkah-langkah konkret dari pemerintah untuk mengatasi tekanan ekonomi tampaknya belum terlihat jelas.
Selain itu, kritik terhadap pemerintahan Prabowo juga datang dari aspek lain.
Najwa Shihab, seorang jurnalis terkemuka, mempertanyakan kewenangan penegak hukum serta transparansi legislatif dalam pembentukan kebijakan dan rancangan undang-undang (RUU). 6
Menurutnya, kurangnya keterbukaan dalam proses legislasi menjadi salah satu hambatan utama dalam menciptakan pemerintahan yang akuntabel dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
Kritik terhadap Prabowo semakin memanas setelah salah satu influencer pendukungnya, Gamal, mengunggah video yang menyuarakan kekecewaannya terhadap presiden. Dalam video tersebut, Gamal mempertanyakan kebanggaan Prabowo atas 150 hari pemerintahannya.
“Pertanyaannya, pencapaian yang mana pak ya?” ucap Gamal dalam video yang diunggah pada (7/4).
Video tersebut memicu berbagai komentar dari netizen, seperti “king of omong-omong,” “jangan sampai Prabowo dua periode,” dan “nggak ada yang tercapai.”
Kritik terhadap Prabowo sebagai presiden tidak hanya datang dari sektor ekonomi, tetapi juga mencakup isu-isu mendasar seperti tata kelola pemerintahan dan penegakan hukum.
Banyak yang mempertanyakan apakah nilai 6 yang diberikan oleh Prabowo kepada pemerintahannya mencerminkan pencapaian yang memadai, terutama dalam menghadapi tantangan besar seperti stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Beberapa pihak menilai bahwa pernyataan tersebut lebih mencerminkan optimisme pribadi daripada evaluasi objektif terhadap kinerja kabinet.
Di tengah gejolak ekonomi dan kritik terhadap transparansi pemerintahan, masyarakat membutuhkan kepemimpinan yang tegas dan langkah-langkah strategis untuk mengatasi tekanan pasar serta menjaga stabilitas nasional.
Pernyataan Prabowo tentang nilai kinerja kabinetnya mungkin menjadi sorotan, tetapi yang lebih penting adalah tindakan nyata untuk menghadapi tantangan yang ada.
Dengan situasi ekonomi yang semakin kompleks dan isu transparansi yang terus menjadi perhatian, publik menantikan kebijakan yang lebih efektif dari pemerintah untuk mengatasi tekanan ekonomi, menjaga kepercayaan pasar, dan memperbaiki tata kelola pemerintahan.