846 total views
INN NEWS – Persoalan pengangguran di kalangan anak muda menjadi persoalan penting yang harus ditangani pemerintah.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah pengangguran per Februari 2025 mencapai 7,28 juta jiwa. Angka ini meningkat dari periode yang sama tahun lalu, yang sebanyak 7,20 juta jiwa.
Proporsi pengangguran terbesar terdapat di kelompok usia 15–24 tahun, yakni mencapai 16,16%. Disusul kelompok usia 25–59 tahun sebanyak 3,04%. Sekitar 20% pengangguran berpendidikan di level dasar hingga menengah.
Tak terserapnya tenaga kerja usia muda bakal menjadi bumerang dan menambah tekanan bagi perekonomian domestik.
Peneliti Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Salsabila Azkia Farhani mengungkapkan, banyak kelompok Gen Z yang tidak terserap lapangan pekerjaan. Ini bisa menjadi bumerang bagi perekonomian.
“Karena menjadi beban bagi demografi kita,” tutur Salsabila baru-baru ini, mengutip.
Salsabila juga mengungkapkan, alih-alih persoalan ketersediaan lapangan pekerjaan, tingginya pengangguran usia muda lantaran adanya ketidaksesuaian antara kebutuhan industri dengan kompetensi lulusan muda, utamanya bagi sektor manufaktur.
Sebab itu, menurut Salsabila, pemerintah perlu fokus pada pekerja golongan usia muda. Misal, memberi program pelatihan. Pemerintah memang saat ini sudah memberikan Program Pra Kerja bagi masyarakat, namun program tersebut perlu dievaluasi.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyayangkan belum adanya langkah konkret dari pemerintah untuk mengatasi hal tersebut. Termasuk, efisiensi anggaran yang justru memperburuk kondisi tenaga kerja di Indonesia.


