1,857 total views
INN NEWS – Meski berkoar-berkoar dari awal sejak partai politik (parpol) lain belum mendeklarasikan Bacapres atau Bacawapres, Koalisi Perubahan yang digagas Partai NasDem, PKS, dan Demokrat belum memastikan arah koalisi mereka secara pasti.
Misalnya, siapa Bacawapres Anies Baswedan?
Anies Baswedan sendiri telah dideklarasikan menjadi Bacapres NasDem yang kemudian didukung Kolasi Perubahan.
Mengejutkan baru-baru ini dua anggota parpol Koalisi Perubahan yakni NasDem dan PKS kompak menyatakan eks Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti layak menjadi Bacawapres Anies.
Opini dua partai itu dinilai ingin menggeser Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhono (AHY) yang selama ini ngotot maju mendampingi Anies Baswedan.
Sementara Demokrat masih sibuk menghibur diri bahwa nama Bacawapres Anies yang sudah dikantongi adalah AHY. Namun hingga kini nama tersebut tak kunjung dideklarasikan Anies yang telah dipercayakan NasDem untuk memilih sendiri.
Ini memang derita Koalisi Perubahan yang selalu menampilkan soliditas ke publik, tapi di dalamnya ternyata saling mengunci.
Hingga kini Demokrat masih ngotot menyorongkan AHY. Sementara pks masih pikir-pikir. NasDem terlihat masih mau bermanuver, sehingga Anies sendiri pada akhirnya tersendara banyak kepentingan.
Memilih AHY berarti dia harus cukup menjadi anak bawang. Kondisinya persis seperti pelanduk di antara dua gajah.
Nama AHY sendiri tidak cukup menjual. Nyalon Gubernur DKI Jakarta saja kalah, apalagi mau bertarung untuk tingkat nasional, kalkulasinya tidak ketemu. Majunya AHY hanyalah etalase gemerlap bagi Demokrat. Putra mahkota harus memiliki panggung; targetnya bukan untuk menang tapi memantapkan langkah 5 tahun ke depan.
Itu sudah cukup membuat AHY puas meski harus menelan kekalahan. Di Pilkada DKI juga demikian; targetnya bukan untuk menang tapi melatih jiwa petarungnya agar siap menghadapi kontestasi akbar. Dan inilah momen yang ditunggu. Saat AHY melihat peluangnya ada di samping Anies yang sedang terkunci.
Koalisi Perubahan butuh partai pelengkap karena ambang batas Nasdem dan PKS belum cukup, sedangkan parpol lain sudah saling mengikat diri. Nama Bacapres mereka unggul di survei sehingga sulit berpaling ke lain hati, apalagi berpaling ke Anies.
ini seperti mimpi di siang hari. Mimpi yang bahkan tidak diinginkan untuk datang. Masuknya nama Susi telah menggeser dinamika. Sebelumnya nama Mahfud, Khofifah dan Yeni Santer terdengar, tapi mereka dengan tegas menolak.
Mereka tahu, maju bersama Anies hanya bisa berharap kalah tidak terlalu telak, tapi kekalahan itu menjadi catatan dalam sejarah politik mereka. Kekalahan yang tentunya tidak enak diingat.
Langkah Anies yang paling realistis adalah membuka komunikasi dengan Bacapres lain karena Koalisi perubahan begitu rapuh.
Lebih baik dia menjadi Bacawapres tapi memiliki kemungkinan menang yang besar daripada harus menggatang angin dan berjudi di ruang hampa.
Namun saat ini Anies memang masih menikmati pertunjukan. Bagaimanapun pendaftaran capres-cawapres masih cukup lama. Masih ada waktu untuk berada di depan sebagai salah satu nama yang diperhitungkan.
Dalam kondisi ini, Demokrat sebenarnya telah menyiapkan langkah untuk melompat. Mereka hanya menunggu kepastian sebelum pintu pendaftaran ditutup, karena AHY bisa merapat ke Prabowo atau Ganjar, tentu saja bukan sebagai cawapres.
Posisi Anies di hampir seluruh survei juga hanya di nomor 3 dengan kecenderungan terus menurun elektabilitas. Jika tren itu terus berlanjut, mereka harus bersikap realistis untuk apa berdarah-darah jika jelas kalah.
Satu-satunya harapan Anies saat ini adalah Ganjar dan Prabowo menjadi pasangan.
Itu artinya dia masih punya peluang sebagai penantang dengan catatan salah satu kandidat itu mengalami penurunan elektabilitas cukup tajam, tapi jika posisi mereka masih terus bersaing ketat maka sulit bagi Anies untuk mengambil tempat di Pilpres. Itu butuh modal banyak.
Drama manufur Anies akan terus berlanjut. Bisa jadi nanti nama AHY tetap ditunjuk jika Demokrat mengancam hengkang, atau sebaliknya partai pendukung Anies malah main mata dengan Bacapres selain dirinya. Saat ini tentu Anies dan AHY masih saling pandang dari kejauhan.
Tangan tak bisa saling berjabat, bibir tak bisa saling mengucap, hanya bisa pasrah dan menerima dua skenario buruk; mundur atau bertarung untuk kalah.