744 total views
INN NEWS – Psikolog Hanna Rahmi buka suara meresponi Bakal Calon Presiden (Bacapres) dari Koalisi Indonesia Maju, Prabowo Subianto yang ramai diperbincangkan publik usai tampil di acara 3 Bacapres Bicara Gagasan di Universitas Gadjah Mada (UGM) belum lama ini.
Prabowo menjadi bacapres terakhir yang menyampaikan gagasannya. Di setiap akhir segmen saat bacapres bicara gagasan, Najwa Shihab sebagai pemandu acara meminta para bacapres untuk refleksi diri di depan cermin besar.
Anies Baswedan yang tampil pertama mengikuti instruksi dengan bercerita tentang pesan senada yang disampaikan oleh ibunya.
Ganjar Pranowo yang tampil kedua juga mengingatkan dirinya atas pesan mendiang orangtua agar melaksanakan amanat dengan baik dan tidak korupsi.
Sedangkan bacapres Prabowo yang tampil terakhir justru enggan berbicara di depan cermin.
Menteri Pertahanan itu hanya memberikan gestur hormat ketika berdiri di hadapan cermin besar yang sudah disediakan.
Tonton Video: Prabowo Sampaikan Refleksi tapi Tak Mau Bercermin
Psikolog Hanna Rahmi menilai, sikap Prabowo tersebut menunjukkan kecenderungan penyangkalan atau istilah umumnya, denial. Ketika melihat pantulan diri, lanjut Hanna, bacapres Prabowo punya ketakutan gagal seperti sebelumnya.
“Kita lihat kalau dari beberapa kali kegagalannya gitu, ada kecenderungannya untuk denial,” ucap Hanna, Kamis, 21 September 2023.
Akademisi Universitas Bhayangkara itu mengatakan, sikap penyangkalan itu muncul lantaran kegagalannya di masa lalu sehingga khawatir dikesankan mengkhayal terlalu tinggi atau halu.
“Jadi kekhawatiran dia untuk dikatakan gagal. Jadi kalau misalnya gagal dia gak kepengin melihat apa yang menjadi faktor kegagalanku, nah itu ada yang kecenderungannya seperti itu,” katanya.
Berada di tengah dua bacapres yang jauh lebih muda, menurut Hanna juga mempengaruhi sikap Prabowo. Di acara malam itu, Prabowo tampak ingin memperlihatkan kesan yang sama dengan bacapres lain.
Namun demikian, lanjut Hanna, Prabowo justru menunjukkan sisi atau karakternya yang tertutup dan memiliki batasan kuat. Hanna mencontohkan saat pembahasan data kekayaan Prabowo.
“Paling kaya tentu karena sudah paling senior. Tapi kemudian ada yang bagian di-reject (ditolak, red) dan ingin dipercepat. Ada satu kekhawatiran ‘jangan-jangan ini kaya dari sesuatu’ itu (Prabowo) punya kekhawatiran seperti itu,” jelasnya
Tak hanya denial, kata Hanna, bacapres Prabowo juga menunjukkan sikap blocking dan boundaries atas dirinya. “Kenapa tidak mau bercermin kalau untuk diri sendiri gak masalah, tapi dia blocking di situ, dia nggak kepengin orang lain tahu. Menutupi jadi jangan sampai orang itu tahu apa yang menjadi kekurangan, kelemahan. Orang dengan karakter seperti itu dia cenderung ya sudah pokoknya saya bantu tapi gak perlu tahu bantuannya apa dari mana, dia punya kekhawatiran jadi dia sudah menganulir sehingga gak perlu sampai ke dalam sana,” jelasnya.
(Himpunan informasi dari Psikolog Hanna via Viva.co)