HomeGaya HidupBerusia 85 Tahun, Mbah Yem Masih Semangat Jual Sate Kere di Solo,...

Berusia 85 Tahun, Mbah Yem Masih Semangat Jual Sate Kere di Solo, Harga Bebas

Published on

spot_img

 648 total views

SOLO – Halo INNers, jika kalian berkunjung ke Kota Solo, Jawa Tengah, pasti bakal melihat banyak penjual sate kere di sekitar jalanan.

Sate kere adalah salah satu kuliner khas Solo yang terbuat dari tempe gembus.

Kuliner ini cukup populer di kalangan masyarakat Solo. Bahkan makanan ini menjadi salah satu incaran para wisatawan yang berasal dari luar Solo.

Di antara banyaknya penjual kuliner ini, ada satu sosok yang memiliki cerita luar biasa. Dia adalah Mbah (nenek) Yem, salah satu penjual sate kere yang sudah berusia 85 tahun tapi masih semangat berjualan.

Sosok Mbah Yem dikenalkan oleh salah satu influencer asal Solo yaitu Dony Prakoso melalui akun tiktoknya @infowongsolo baru-baru ini.

Dony sendiri sering membagikan video mengenai pedagang kecil dan sepi di kota Solo, termasuk dagangan milik Mbah Yem.

Dalam video yang dibagikan di akun TikToknya, Dony menjelaskan bahwa Mbah Yem berjualan di belakang Singosaren, Solo.

Untuk harga sate kere, pembeli dibebaskan untuk membeli berapapun.

Sate kere Mbah Yem dapat ditemui setiap hari pukul 10.00 WIB – 16.00 WIB, kecuali ketika Mbah Yem tidak enak badan.

“Karena ketika tidak enak badan, Mbah Yem memilih untuk tidak berjualan,” ucap Dony.

“Hari ini kita main ke sate kere Mbah Yem yang lokasinya ada di belakang Singosaren. Lokasinya nanti tepat di depan kelurahan Kemlayan,” jelas Dony.

“Usia Mbah Yem sudah 85 tahun, tapi masih jualan aja,” tambahnya.

Video berdurasi 2 menit tersebut menuai komentar positif dari warganet. Sebagian warganet juga bernostalgia ketika membeli sate kere di Solo.

“enak ini, dulu pernah beli pas di th 2017 dan murah,” tulis @rizkiwtfck.

“mantabs bumbunya ngangeninnn , monggow di larisi , kulo lewat dereng enten tumbas , semoga berkah barokah,” @:enak.

“ya Allah Mbah pun sepuh isih gagang ae Mbah sht2 Yo mbh,” @Yunai

Artikel Terbaru

AI sebagai Komposer Baru: Krisis, Revolusi, dan Reinterpretasi Musikalitas

I tidak hanya membantu merekam melodi yang sudah kita buat; ia bisa mengajukan melodi, membuat harmoni, memproduksi beat utuh, bahkan menciptakan lirik yang secara emosional resonan—dan kini, ia bahkan memiliki "wajah" dan "suara" yang menghasilkan miliaran Rupiah.

Ketika Seorang Sukidi Membunyikan Alarm, dan Gereja Justru Diam

INNNEWS - Tulisan Sukidi di harian Kompas berjudul “Alarm bagi Demokrasi” (13 November 2025)...

Suara Kegusaran di Tengah Euforia Penetapan Soeharto Sebagai Pahlawan

INNNEWS - Hari ini, bertepatan dengan Hari Pahlawan Nasional, Presiden Prabowo Subianto resmi menganugerahkan...

Pelatihan Menulis Aksara Jawa di PKK Kelurahan Danukusuman: Menjaga Warisan Leluhur di Era Digital

INNNEWS— Dalam upaya melestarikan budaya lokal di tengah arus modernisasi, PKK Kelurahan Danukusuman menggelar...

artikel yang mirip

AI sebagai Komposer Baru: Krisis, Revolusi, dan Reinterpretasi Musikalitas

I tidak hanya membantu merekam melodi yang sudah kita buat; ia bisa mengajukan melodi, membuat harmoni, memproduksi beat utuh, bahkan menciptakan lirik yang secara emosional resonan—dan kini, ia bahkan memiliki "wajah" dan "suara" yang menghasilkan miliaran Rupiah.

Ketika Seorang Sukidi Membunyikan Alarm, dan Gereja Justru Diam

INNNEWS - Tulisan Sukidi di harian Kompas berjudul “Alarm bagi Demokrasi” (13 November 2025)...

Suara Kegusaran di Tengah Euforia Penetapan Soeharto Sebagai Pahlawan

INNNEWS - Hari ini, bertepatan dengan Hari Pahlawan Nasional, Presiden Prabowo Subianto resmi menganugerahkan...