103 total views
INN NEWS – Isu pemerataan pendidikan di Indonesia menjadi topik yang terus dibahas dan diperdebatkan dalam berbagai forum pendidikan dan masyarakat.
Pemerataan pendidikan merujuk pada upaya untuk memastikan bahwa setiap individu, terlepas dari latar belakang sosial, ekonomi, atau geografisnya, memiliki akses yang sama terhadap pendidikan berkualitas.
Gen Z, sebagai generasi yang lahir di era digital, memiliki pandangan dan perspektif yang unik terhadap isu pemerataan pendidikan di Indonesia.
Berikut beberapa isu utama yang disuarakan oleh Gen Z:
Gaji Guru Honorer yang Masih di Bawah Rp1 Juta
Gen Z di Indonesia secara vokal menyuarakan isu gaji guru honorer yang masih di bawah 1 juta rupiah, melihat situasi ini sebagai bentuk ketidakadilan dan pelanggaran hak asasi manusia.
Mereka menyoroti bahwa para guru yang telah berdedikasi tinggi dalam mencerdaskan bangsa tidak layak menerima upah di bawah standar kemanusiaan.
Melalui berbagai platform media sosial dan aksi nyata, Gen Z terus menggaungkan tuntutan agar pemerintah segera menaikkan gaji guru honorer ke level yang layak dan manusiawi.
Akses Pendidikan yang Tidak Merata
Distribusi infrastruktur dan kualitas pendidikan yang tidak merata antara daerah maju dan tertinggal.
Kurangnya akses terhadap teknologi dan internet di daerah terpencil, sehingga menghambat proses belajar mengajar.
Biaya pendidikan yang tinggi, terutama di jenjang pendidikan tinggi, yang menjadi kendala bagi siswa dari keluarga kurang mampu.
Kurikulum yang Terus Berubah: Kekecewaan Gen Z di Indonesia
Gen Z di Indonesia memang sering menyuarakan kekecewaan mereka terhadap kurikulum pendidikan yang terus berubah-ubah.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti:
-Ketidakstabilan dan Kebingungan
-Ketidakrelevanan dengan Kebutuhan Zaman
-Kurangnya Partisipasi Siswa
Generasi Z, Suara Kritis untuk Masa Depan Pendidikan Indonesia
Generasi yang dikenal kritis dan vokal, kini diperkuat dengan kehadiran media sosial.
Platform ini menjadi alat bagi mereka untuk menyuarakan keprihatinan mereka terhadap ketimpangan pendidikan di Indonesia.
Berangkat dari pengalaman mereka sebagai pelajar dan mahasiswa, mereka menjadi saksi nyata berbagai kekurangan dan kesenjangan dalam sistem pendidikan.