164 total views
SOLO – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) terancam terancam gagal merebut kursi gubernur dan wakil gubernur di Provinsi Jawa Tengah (Jateng) yang selama ini dikenal sebagai wilayah basisnya ‘kandang banteng.
Sebab berdasarkan hasil perhitungan cepat, Paslon yang diusung PDIP yakni Andika Perkasa-Hendrar Prihadi (Hendi) kalah di.
Meski demikian, bagi PDIP tidak masalah, sebab kata Ketua Bappilu Eksekutif PDIP Deddy Sitorus, PDIP punya kandang baru.
“Kami memenangkan DKI Jakarta. Jadi dari Jawa Tengah, PDI Perjuangan kandangnya sekarang di Ibu Kota Jakarta,” ujar Dedy saat konferensi pers di Kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Jakarta, Kamis (28/11).
“Jadi jangan ada lagi pertanyaan soal kandang banteng. Mau tanya gimana kandang banteng,” tambah dia.
PDIP memang berhasil memenangkan Pilgub Jakarta dengan membawa Pramono Anung-Rano Karno menang satu putaran berdasarkan perhitungan cepat.
Deddy mengatakan, pada Pilgub sebelumnya, PDIP menang di 6 provinsi, kini bertambah jadi 14 provinsi meski harus melepas posisi pucuk Jawa Tengah.
“Apakah Jawa Tengah bukan lagi kandang banteng? Ya, dalam arti pemilihan gubernur. Dari sisi suara, dibandingkan antara suara pemilu legislatif dengan hasil pemilu kada gubernur itu, dari 25,9% menjadi lebih dari 40%. Apakah masih kandang banteng? Yes. Pemilih kami masih tetap setia, bahkan bertambah,” jelas dia.
Dia menyoroti kecurangan yang terjadi secara sistemik yang disebut sebagai politik Jokowisme. Deddy mengatakan politik ini, menggunakan segala macam cara hingga menggunakan kekuasaan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Ketua DPP PDIP itu menilai, ini tidak lepas dari adanya komando. Deddy menyebut, komando aparat ada di bawah Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
“Ini sudah sesuatu yang bersifat dari komando. Dan saya kira pemegang kuncinya adalah Listyo Sigit. Beliau bertanggung jawab terhadap institusi yang dia kendalikan, yang dia pimpin. Yang ternyata merupakan bagian dari kerusakan demokrasi kita,” tutur dia.
“Mulai hari ini bisa menyebut Jawa Tengah bukan sebagai kandang banteng lagi. Tapi sebagai kandang bansos dan parcok [Partai Cokelat]. Jadi jangan lagi sebut Jawa Tengah sebagai kandang banteng, tetapi sebagai kandang bansos dan parcok,” pungkasnya.