HomeGlobalDeepSeek Berbahaya!

DeepSeek Berbahaya!

Published on

spot_img

 313 total views

INN TECHNO – Dalam era digital yang semakin maju, aplikasi kecerdasan buatan (AI) seperti DeepSeek telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari banyak orang untuk berbagai keperluan, mulai dari asistensi pribadi hingga analisis data.

Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan, DeepSeek membawa risiko yang signifikan terhadap privasi dan keamanan pengguna.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa DeepSeek dianggap membahayakan.

1. Pengumpulan Data yang Ekstensif

DeepSeek tidak hanya mengumpulkan data dasar seperti teks yang diinput, rekaman suara, file yang diunggah, dan riwayat obrolan, tetapi juga melangkah lebih jauh dengan mengumpulkan data terkait perangkat seperti sistem operasi, model perangkat, alamat IP, dan pengaturan bahasa.

Hal ini tercermin dalam kebijakan privasi mereka yang menyatakan bahwa mereka mengumpulkan informasi secara otomatis saat pengguna menggunakan layanan mereka.

Bahkan, DeepSeek pernah terungkap telah membocorkan lebih dari satu juta catatan sensitif karena basis data yang tidak aman, termasuk kunci API dan log obrolan, yang meningkatkan kekhawatiran tentang kerentanan keamanan platform ini.

2. Pelacakan Pola Ketikan

Salah satu aspek yang paling mengganggu dari pengumpulan data DeepSeek adalah pelacakan pola ketikan dan ritme pengetikan pengguna.

Ini adalah sesuatu yang bahkan perusahaan teknologi besar seperti Google, Meta, dan OpenAI tidak lakukan.

Pelacakan seperti ini bisa digunakan untuk analisis biometrik, termasuk autentikasi dua faktor melalui dinamika ketikan, yang tentunya membawa implikasi privasi yang serius karena pola ketikan seseorang bisa sangat unik dan personal.

3. Penyimpanan Data di China

Semua data yang dikumpulkan oleh DeepSeek disimpan di server yang berlokasi di Republik Rakyat China.

Kebijakan privasi perusahaan menyebutkan bahwa data ini dapat dibagikan dengan otoritas untuk memenuhi persyaratan hukum.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran yang mirip dengan kasus potensial pemblokiran TikTok, di mana hukum China memungkinkan akses pemerintah ke data perusahaan.

Selain itu, DeepSeek tidak menentukan batasan waktu penyimpanan data, yang bisa berarti data pengguna disimpan secara permanen.

4. Ketidakjelasan tentang Keamanan Data

Kebijakan privasi DeepSeek tidak menyebutkan tindakan keamanan seperti enkripsi untuk data yang disimpan atau ditransmisikan.

Tidak ada klarifikasi mengenai perlindungan terhadap akses yang tidak sah, dan tidak jelas apakah pengguna dapat memilih untuk tidak memiliki data mereka digunakan untuk pelatihan AI.

Hal ini meningkatkan risiko data pengguna bisa jatuh ke tangan yang salah tanpa adanya perlindungan yang memadai.

5. Rekomendasi Penggunaan

Sebelum menggunakan DeepSeek, penting bagi pengguna untuk menanyakan pada diri mereka sendiri apakah mereka nyaman dengan risiko-risiko tersebut.

Perlu diperhatikan bahwa meskipun perusahaan barat juga mengumpulkan data, motivasi utama mereka adalah profitabilitas, sedangkan perusahaan dari China mungkin dipandu oleh kepentingan lain, termasuk kontrol atas informasi dan penggunaan data untuk tujuan non-komersial yang lebih luas.

Dengan demikian, DeepSeek memang menawarkan inovasi dan kegunaan dalam dunia AI, namun risiko privasi dan keamanan yang terkait dengan penggunaannya tidak boleh diabaikan.

Pengguna harus waspada dan mempertimbangkan alternatif yang lebih aman jika mereka peduli dengan privasi mereka di dunia digital.

Artikel Terbaru

UU TNI, Ketua MKMK: Cacat Legislasi, Baru Pernah Setertutup Ini

INN NEWS - Ketua Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK), I Dewa Gede Palguna, mengkritik keras proses pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang baru saja disahkan. 

Danantara Masih Tetap Direspon Negatif oleh Pasar

INN NEWS - Danantara, sebagai Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara, mendapat respons negatif dari pasar karena beberapa faktor yang saling berkaitan, berdasarkan sentimen dan analisis yang berkembang hingga saat ini, 26 Maret 2025. 

Lagu ‘Semua Kisah Kita di Solo’ dari Elizabeth Sudira, Nostalgia dan Cinta untuk Kota Bengawan

SOLO - Elizabeth Sudira, penyanyi dan penulis lagu asal Solo yang pernah menyandang gelar Putri Solo 2010, kembali menghadirkan karya yang membangkitkan rasa cinta dan nostalgia terhadap kota kelahirannya melalui lagu berjudul "Semua Kisah Kita di Solo". 

Di Indonesia, Eks Napi Koruptor Mimpin Urusan Keuangan Negara 

INN NEWS - Penunjukan Burhanuddin Abdullah, seorang mantan narapidana korupsi, sebagai Ketua Tim Pakar Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) telah memicu gelombang kontroversi di tengah masyarakat Indonesia. 

artikel yang mirip

UU TNI, Ketua MKMK: Cacat Legislasi, Baru Pernah Setertutup Ini

INN NEWS - Ketua Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK), I Dewa Gede Palguna, mengkritik keras proses pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang baru saja disahkan. 

Danantara Masih Tetap Direspon Negatif oleh Pasar

INN NEWS - Danantara, sebagai Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara, mendapat respons negatif dari pasar karena beberapa faktor yang saling berkaitan, berdasarkan sentimen dan analisis yang berkembang hingga saat ini, 26 Maret 2025. 

Lagu ‘Semua Kisah Kita di Solo’ dari Elizabeth Sudira, Nostalgia dan Cinta untuk Kota Bengawan

SOLO - Elizabeth Sudira, penyanyi dan penulis lagu asal Solo yang pernah menyandang gelar Putri Solo 2010, kembali menghadirkan karya yang membangkitkan rasa cinta dan nostalgia terhadap kota kelahirannya melalui lagu berjudul "Semua Kisah Kita di Solo".