283 total views
JAKARTA – Penunjukan Riefian Fajarsyah, yang lebih dikenal sebagai Ifan Seventeen, sebagai Direktur Utama PT Produksi Film Negara (PFN) telah memicu gelombang kontroversi di kalangan publik, khususnya di industri perfilman Indonesia.
Keputusan ini, yang diresmikan pada 11 Maret 2025 di kantor PFN, Jakarta Timur, menuai sorotan tajam karena latar belakang Ifan yang lebih dikenal sebagai vokalis band Seventeen ketimbang sebagai figur berpengalaman di dunia perfilman.
Salah satu kritik paling pedas datang dari aktor ternama Fedi Nuril, yang tak segan menyuarakan keberatannya melalui media sosial.
Awal Mula Kontroversi
Kabar pengangkatan Ifan Seventeen pertama kali mencuat pada 10 Maret 2025, ketika karangan bunga ucapan selamat dari berbagai rumah produksi berjejer di depan kantor PFN.
Juru Bicara Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Putri Violla, membenarkan penunjukan tersebut dan menyatakan bahwa Ifan diharapkan membawa gebrakan baru untuk PFN, sebuah BUMN yang disebut sedang “sakit” dan membutuhkan revitalisasi.
Putri juga menyebutkan bahwa Ifan memiliki pengalaman di industri kreatif, termasuk sebagai produser film Kemarin (2020). Namun, alasan ini justru memicu lebih banyak pertanyaan, mengingat rekam jejaknya di perfilman dinilai minim dibandingkan para sineas berpengalaman lainnya.
Kritik Pedas Fedi Nuril
Fedi Nuril, aktor yang dikenal lewat film Ayat-Ayat Cinta, menjadi salah satu yang paling vokal menentang keputusan ini.
Pada 12 Maret 2025, melalui akun X-nya (@realfedinuril), ia mengunggah cuitan yang langsung menjadi viral.
Fedi membandingkan janji Presiden Prabowo Subianto tentang sistem meritokrasi dengan realitas pengangkatan Ifan. “Kata @prabowo
‘kita harus menuju ke arah merit (kemampuan) system. Prestasi!’ Tapi yang diangkat menjadi Direktur Utama PT Produksi Film Negara (PFN) malah Ifan Seventeen yang kemampuan, pengalaman, dan prestasinya dalam film Indonesia gak jelas,” tulisnya, disertai cuplikan pidato Prabowo.
Cuitan tersebut tak hanya mengundang dukungan dari netizen dan pelaku industri film, tetapi juga memicu perdebatan sengit. Fedi bahkan terlibat adu argumen dengan beberapa akun yang membela Ifan, termasuk salah satu yang memintanya untuk lebih santun.
Dengan tegas, Fedi membalas, “Presiden ketika berpidato bisa seenaknya ngomong ‘ndasmu’ dan lo minta gue lebih santun sedikit? Gak usah ngatur-ngatur narasi gue.” Sikapnya yang blak-blakan semakin memperkeruh suasana.
Reaksi Sineas dan Publik
Tak hanya Fedi, sejumlah sineas ternama juga menunjukkan keheranan mereka. Kevin Julio mengomentari dengan nada satir melalui lirik lagu Seventeen yang diubah, “Jelaskan padaku isi hatimuuu, seBEERRRRRRRAPppaa BESSAArrrr kau yakin jdi Direkturrrrrrr.”
Luna Maya dan Chicco Jerikho hanya membubuhkan emoji kaget, sementara Ibnu Jamil menyindir dengan menyebut kiper Andre Onana yang “pernah main film ‘Blunder di Dadaku’.”
Reaksi ini mencerminkan sentimen bahwa pengangkatan Ifan dianggap kurang relevan dengan kebutuhan industri perfilman nasional.
Di sisi lain, pendukung Ifan berargumen bahwa ia layak mendapat kesempatan karena pengalamannya di industri kreatif dan kedekatannya dengan Presiden Prabowo, yang terlihat saat Ifan merilis lagu “Pernah di Sana” untuk mendukung kampanye Prabowo.
Namun, argumen ini malah memperkuat dugaan bahwa penunjukan ini lebih didasarkan pada koneksi politik ketimbang kompetensi.
Meritokrasi atau Nepotisme?
Kontroversi ini membuka kembali diskusi lama tentang meritokrasi di Indonesia. Prabowo, yang sejak kampanye menjanjikan sistem berbasis prestasi, kini dipertanyakan integritasnya dalam menjalankan janji tersebut.
Pengangkatan Ifan Seventeen—yang pernah gagal dua kali sebagai caleg dari Partai Gerindra—dinilai sebagian pihak sebagai bentuk “bagi-bagi kursi” kepada pendukung setia, alih-alih memilih figur yang teruji di bidangnya.
Sementara itu, PFN sebagai BUMN yang bertugas mengembangkan perfilman nasional sedang berada di ujung tanduk. Dengan kinerja yang lesu, banyak yang berharap posisi Dirut diisi oleh sosok visioner dengan pemahaman mendalam tentang industri film.
Nama-nama seperti produser berpengalaman atau sutradara ternama sempat mencuat sebagai kandidat ideal, membuat keputusan memilih Ifan semakin sulit diterima.