192 total views
INN INTERNASIONAL – Pada tanggal 31 Maret 2025, pemerintah Myanmar secara resmi mengumumkan periode berkabung nasional selama satu minggu menyusul bencana gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,7 yang mengguncang negara tersebut.
Gempa yang terjadi pada 28 Maret 2025, tepatnya pukul 12:50:54 waktu setempat, telah meninggalkan luka mendalam bagi rakyat Myanmar, dengan jumlah korban jiwa yang terus bertambah dan kerusakan infrastruktur yang signifikan.
Berdasarkan laporan resmi, setidaknya 2.056 orang dinyatakan tewas akibat gempa ini. Kota Mandalay, yang merupakan kota terbesar kedua di Myanmar, menjadi salah satu wilayah yang paling parah terdampak.
Puluhan bangunan di kota tersebut rata dengan tanah, menyisakan puing-puing dan kehancuran yang menyulitkan upaya penyelamatan.
Guncangan hebat tersebut tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga menghancurkan tempat tinggal, fasilitas umum, dan berbagai infrastruktur vital lainnya.
Saat ini, operasi pencarian dan penyelamatan korban masih berlangsung intensif. Tim penyelamat dari Myanmar dibantu oleh relawan dan tenaga ahli dari berbagai negara yang turut memberikan dukungan.
Namun, pemerintah Myanmar menghadapi tantangan besar dalam menjalankan operasi ini. Kekurangan alat berat menjadi kendala utama, sehingga banyak korban yang diduga masih tertimbun di bawah reruntuhan belum dapat dievakuasi secara maksimal.
Kondisi ini diperparah oleh medan yang sulit dan kerusakan akses jalan di wilayah terdampak.
Akibat bencana ini, ribuan warga Myanmar kehilangan tempat tinggal.
Saat ini, mereka terpaksa berlindung di tenda-tenda sederhana yang didirikan sebagai tempat penampungan sementara. Kondisi di lokasi pengungsian dilaporkan sangat memprihatinkan, dengan keterbatasan pasokan makanan, air bersih, dan fasilitas kesehatan.
Solidaritas internasional pun mulai mengalir, dengan beberapa negara dan organisasi kemanusiaan menawarkan bantuan logistik serta kebutuhan pokok untuk meringankan beban para korban.
Gempa bumi kali ini menjadi salah satu bencana alam terburuk yang melanda Myanmar dalam beberapa dekade terakhir.
Pemerintah setempat terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk mempercepat proses evakuasi dan pemulihan.
Meski demikian, tantangan yang ada menunjukkan bahwa pemulihan pasca-gempa ini akan membutuhkan waktu, tenaga, dan sumber daya yang tidak sedikit.
Tragedi ini menjadi pengingat akan kerentanan kawasan Myanmar terhadap aktivitas seismik, mengingat letaknya yang berada di dekat pertemuan lempeng tektonik besar.
Di tengah duka yang mendalam, semangat gotong royong dan bantuan dari berbagai pihak diharapkan dapat membawa harapan baru bagi warga Myanmar yang tengah berjuang bangkit dari bencana ini.