HomeOpiniKesederhanaan Johannes Leimena Jadi Cermin bagi Pejabat Angkuh dan Hedon Era Ini!

Kesederhanaan Johannes Leimena Jadi Cermin bagi Pejabat Angkuh dan Hedon Era Ini!

Published on

spot_img

 405 total views

INN NEWS  – Johannes Leimena, atau yang akrab disapa “Om Jo,” adalah sosok yang mencatatkan namanya dalam sejarah Indonesia sebagai dokter, politisi, dan pahlawan nasional yang menjabat hampir 20 tahun di berbagai kabinet pada masa Presiden Soekarno.

Namun, di balik karier politiknya yang cemerlang, ada satu nilai yang menonjol dari pribadinya: kesederhanaan.

Dalam kehidupan sehari-hari, Leimena dikenal sebagai figur yang jauh dari sikap pamer kekayaan atau gaya hidup mewah. Nilai ini menjadi cermin yang relevan untuk mengkritik perilaku pejabat masa kini yang kerap memamerkan kekayaan di tengah sorotan publik.

Leimena lahir pada 6 Maret 1905 di Ambon, Maluku, dari keluarga sederhana dengan orang tua yang berprofesi sebagai guru. Meski kemudian menjadi tokoh penting dalam pemerintahan, ia tidak pernah tergoda untuk menampilkan kemewahan. Ia hidup dengan penuh integritas, menjalankan tugasnya sebagai pelayan rakyat tanpa memanfaatkan jabatan untuk kepentingan pribadi.

Presiden Soekarno bahkan pernah memujinya sebagai salah satu orang paling jujur yang dikenalnya, sebuah testimoni yang menggarisbawahi komitmen Leimena pada nilai-nilai luhur.

Kesederhanaan ini tercermin dalam sikapnya yang rendah hati, jauh dari sikap arogan atau keinginan untuk “flexing” demi status sosial.

Saking sederhananya, Johanes Leimena disebut hanya punya dua kemeja lusuh yang sering dipakainya ketika menjabat. Cerita tersebut ada buku Untuk Republik: Kisah-kisah Teladan dan Kesederhaan Tokoh Bangsa yang ditulis oleh Faisal Basri.

Johanes Leimena juga pernah rela tinggal dan berbagi kamar dengan rekannya saat kunjungan ke Jogja.

Di era modern, perilaku pejabat yang gemar memamerkan kekayaan menjadi fenomena yang kian mencolok, terutama di media sosial. Mobil mewah, liburan glamor, hingga barang branded sering kali dipamerkan, baik oleh pejabat itu sendiri maupun keluarganya.

Kasus-kasus seperti ini tidak hanya menimbulkan keheranan, tetapi juga kekecewaan di kalangan masyarakat.

Bagaimana mungkin pejabat yang seharusnya menjadi pelayan rakyat justru sibuk menonjolkan gaya hidup hedonis, sementara rakyat yang mereka layani masih bergulat dengan kesulitan ekonomi?

Sikap ini kontras tajam dengan teladan Leimena, yang memilih hidup sederhana meski memiliki akses dan kesempatan untuk berbuat sebaliknya.

Kesederhanaan Leimena bukan sekadar gaya hidup, tetapi juga cerminan dari empati dan tanggung jawab sebagai seorang pemimpin. Ia memahami bahwa jabatan adalah amanah, bukan alat untuk menumpuk kekayaan atau menunjukkan superioritas.

Sementara itu, pejabat masa kini kerap kali lupa bahwa gaji dan fasilitas yang mereka nikmati berasal dari rakyat. Ketika seorang pejabat atau keluarganya memamerkan kekayaan yang tidak sebanding dengan penghasilan resmi, wajar jika publik mempertanyakan asal-usul harta tersebut.

Johannes Leimena, dengan sikapnya yang konsisten, menunjukkan bahwa seorang pemimpin sejati tidak membutuhkan kemewahan untuk membuktikan nilai dirinya.

Di tengah sorotan terhadap pejabat yang “flexing,” kesederhanaan Leimena menjadi tamparan keras. Ia mengingatkan bahwa integritas dan pelayanan adalah inti dari kepemimpinan, bukan pamer kekuasaan atau kekayaan.

Saat ini, ketika negara sedang berupaya melakukan efisiensi anggaran dan rakyat dihadapkan pada tantangan ekonomi, perilaku hedonis pejabat bukan hanya tidak pantas, tetapi juga melukai hati masyarakat.

Leimena, dengan teladannya, menegaskan bahwa seorang pejabat harus menjadi panutan, bukan sumber kontroversi.

Melalui sosok Johannes Leimena, kita diajak untuk merenung: apakah jabatan publik masih dilihat sebagai panggilan untuk melayani, atau justru menjadi ajang pamer kekayaan?

Di tengah maraknya kasus pejabat yang tersandung skandal karena gaya hidup mewah, sudah saatnya para pemimpin masa kini kembali menoleh pada nilai-nilai yang pernah dipegang teguh oleh Leimena.

Kesederhanaan bukan kelemahan, melainkan kekuatan yang mampu membangun kepercayaan rakyat.

Hanya dengan begitu, pejabat dapat benar-benar menjadi pelayan, bukan raja kecil yang sibuk memamerkan harta di atas penderitaan rakyat.

Artikel Terbaru

Prabowo utus Jokowi ke Pemakaman Paus: Politisasi dan Langgar Etika Diplomatik

JAKARTA -  Keputusan Presiden Prabowo Subianto mengutus mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai salah satu perwakilan Indonesia untuk menghadiri pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan pada 26 April 2025 menuai polemik.

Kontroversi Usulan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional: Dinilai Melecehkan Reformasi 

INN NEWS - Usulan untuk menetapkan mantan Presiden Republik Indonesia kedua, Soeharto, sebagai pahlawan nasional kembali memicu polemik di tengah masyarakat. 

Wapres Bicara Bonus Demografi, Videonya Tuai Dislike Puluhan Ribu, Akhirnya Disembunyikan

JAKARTA - Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka, baru-baru ini mengunggah video berjudul “Generasi Muda, Bonus Demografi dan Masa Depan Indonesia” di kanal YouTube pribadinya pada 19 April 2025.

Pemerintah Target di Atas 5%, tapi IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Hanya 4,7% di 2025-2026

INN NEWS - Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) kembali merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam laporan terbarunya, World Economic Outlook (WEO) edisi April 2025. 

artikel yang mirip

Prabowo utus Jokowi ke Pemakaman Paus: Politisasi dan Langgar Etika Diplomatik

JAKARTA -  Keputusan Presiden Prabowo Subianto mengutus mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai salah satu perwakilan Indonesia untuk menghadiri pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan pada 26 April 2025 menuai polemik.

Kontroversi Usulan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional: Dinilai Melecehkan Reformasi 

INN NEWS - Usulan untuk menetapkan mantan Presiden Republik Indonesia kedua, Soeharto, sebagai pahlawan nasional kembali memicu polemik di tengah masyarakat. 

Wapres Bicara Bonus Demografi, Videonya Tuai Dislike Puluhan Ribu, Akhirnya Disembunyikan

JAKARTA - Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka, baru-baru ini mengunggah video berjudul “Generasi Muda, Bonus Demografi dan Masa Depan Indonesia” di kanal YouTube pribadinya pada 19 April 2025.