HomeGlobalAdu Kekuatan Nuklir India dan Pakistan: Siapa Paling Kuat?

Adu Kekuatan Nuklir India dan Pakistan: Siapa Paling Kuat?

Published on

spot_img

 2,239 total views

INN INTERNASIONAL – India dan Pakistan, dua negara tetangga di Asia Selatan telah lama berada dalam ketegangan geopolitik, terutama sejak keduanya menjadi kekuatan nuklir.

Konflik berkepanjangan, terutama terkait wilayah Kashmir, membuat potensi eskalasi nuklir menjadi perhatian dunia.

Latar Belakang Kekuatan Nuklir

India menjadi negara berkekuatan nuklir pada tahun 1974 dengan uji coba “Smiling Buddha,” sementara Pakistan menyusul pada tahun 1998 dengan serangkaian uji coba di Chagai, Baluchistan.

Kedua negara bukan penandatangan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT), yang memungkinkan mereka mengembangkan senjata nuklir tanpa batasan formal, meskipun di bawah pengawasan internasional.

Jumlah Hulu Ledak Nuklir

Jumlah hulu ledak nuklir adalah indikator utama kekuatan nuklir. Berdasarkan data terbaru:

India: Diperkirakan memiliki sekitar 164–170 hulu ledak nuklir.

Pakistan: Diperkirakan memiliki sekitar 165–170 hulu ledak nuklir.

Pada 2021, Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) melaporkan Pakistan sedikit unggul dengan 165 hulu ledak dibandingkan 156 milik India.

Namun, laporan terbaru dari Federation of American Scientists (FAS) pada April 2025 menunjukkan India telah melampaui Pakistan untuk pertama kalinya dalam dua dekade, meskipun selisihnya tipis.

Proyeksi ke depan menunjukkan Pakistan berpotensi meningkatkan arsenalnya menjadi 220–250 hulu ledak pada akhir 2025 jika tren saat ini berlanjut, didorong oleh produksi bahan fisil yang lebih cepat.

India juga terus memproduksi bahan fisil, tetapi fokusnya lebih pada peningkatan kualitas dan jangkauan sistem pengiriman.

Secara kuantitas, kedua negara hampir seimbang, dengan Pakistan memiliki sedikit keunggulan dalam proyeksi jangka pendek, tetapi India menunjukkan kemajuan signifikan baru-baru ini.

Sistem Pengiriman dan Teknologi Rudal

Kemampuan pengiriman hulu ledak nuklir, termasuk rudal balistik, rudal jelajah, dan platform laut-udara, sangat menentukan efektivitas arsenal nuklir.

India

Rudal Balistik: Rudal Agni-V memiliki jangkauan 5.000–8.000 km, mampu menjangkau seluruh Pakistan dan sebagian besar wilayah China. India juga mengembangkan Agni-VI dengan teknologi MIRV (Multiple Independently Targetable Reentry Vehicle), yang memungkinkan satu rudal membawa beberapa hulu ledak untuk menghantam target berbeda.

Kapal Selam Nuklir: India memiliki kapal selam bertenaga nuklir INS Arihant dan sedang membangun kapal selam lain, memberikan kemampuan serangan nuklir dari laut.

Kekuatan Udara: Jet tempur seperti Rafale dan Su-30 dapat membawa bom nuklir, menambah fleksibilitas pengiriman.
India juga unggul dalam infrastruktur peluncuran dari darat, laut, dan udara, dengan fokus pada rudal jarak jauh dan akurasi tinggi seperti Agni dan Prithvi.

Pakistan

Rudal Balistik: Rudal Shaheen-III memiliki jangkauan sekitar 2.750 km, cukup untuk menjangkau seluruh wilayah India. Pakistan juga mengembangkan rudal dengan jangkauan hingga 3.000 km, didukung oleh China dan Belarus.

Rudal Taktis: Pakistan memiliki rudal balistik jarak pendek Nasr (Hatf-9) dengan jangkauan 70 km, dirancang untuk penggunaan taktis di medan perang.

Rudal Jelajah: Rudal Babur dapat membawa hulu ledak nuklir dengan jangkauan lebih dari 600 km, dan Pakistan sedang mengembangkan kapal selam dengan kemampuan nuklir.

Kekuatan Udara: Pesawat tempur F-16 yang dimodifikasi dapat menjatuhkan bom nuklir.
Kesimpulan: India memiliki keunggulan dalam jangkauan rudal dan diversifikasi platform pengiriman, terutama dengan kapal selam nuklir dan rudal MIRV.

Pakistan unggul dalam senjata nuklir taktis jarak pendek, yang cocok untuk strategi pertahanan cepat, tetapi tertinggal dalam jangkauan dan kemampuan laut.

Kebijakan Nuklir

Kebijakan nuklir menentukan bagaimana negara menggunakan arsenalnya, yang memengaruhi persepsi ancaman dan risiko eskalasi.

India

Menganut kebijakan No First Use (NFU), yang berarti India tidak akan menggunakan senjata nuklir kecuali diserang terlebih dahulu. Namun, pada 2019, India menyatakan sedang meninjau ulang kebijakan ini, menambah ketidakpastian strategis.

Pakistan

Tidak memiliki kebijakan NFU dan menganut Full Spectrum Deterrence, yang memungkinkan penggunaan senjata nuklir, termasuk senjata taktis, jika merasa terancam secara eksistensial. Kebijakan ini meningkatkan risiko eskalasi cepat dalam konflik.

Kebijakan Pakistan yang lebih agresif memberikan efek gentar yang kuat, tetapi juga meningkatkan risiko salah perhitungan. Kebijakan NFU India lebih defensif, tetapi potensi perubahan kebijakan dapat mengubah dinamika.

Faktor Pendukung: Militer Konvensional dan Aliansi

Kekuatan nuklir tidak berdiri sendiri; militer konvensional dan aliansi strategis juga memengaruhi keseimbangan kekuatan.

Militer Konvensional

India: Menempati peringkat ke-4 dalam Global Firepower Index 2025, dengan 1,46 juta personel aktif, 1,15 juta cadangan, dan anggaran pertahanan sekitar USD 79 miliar. India unggul dalam jumlah tank (4.614), pesawat tempur (606), dan kapal selam.

Pakistan: Berada di peringkat ke-12, dengan 654.000 personel aktif, 500.000 paramiliter, dan anggaran pertahanan USD 7,6 miliar. Pakistan memiliki lebih sedikit alutsista, tetapi fokus pada mobilitas dan senjata taktis.

India memiliki keunggulan signifikan dalam jumlah personel, anggaran, dan alutsista konvensional, yang dapat mendukung strategi nuklir dengan kekuatan pendukung yang lebih besar.

Aliansi Strategis

India: Mendapatkan pasokan senjata dari Rusia, Prancis, Israel, dan Amerika Serikat, serta meningkatkan produksi dalam negeri. India juga anggota Missile Technology Control Regime (MTCR) dan berupaya masuk Nuclear Suppliers Group (NSG).

Pakistan: Sangat bergantung pada China untuk teknologi militer, seperti jet JF-17 dan kapal selam Type 039A, serta mendapat dukungan dari Turki dan Belarus. Statusnya sebagai Sekutu Non-NATO Utama AS juga memberikan akses terbatas ke teknologi Barat.

Dukungan China memberikan Pakistan keunggulan dalam pengembangan teknologi cepat, tetapi ketergantungan ini dapat menjadi kelemahan jika hubungan geopolitik berubah.

India memiliki militer konvensional yang jauh lebih kuat dan aliansi yang lebih beragam, sementara Pakistan mengandalkan hubungan erat dengan China untuk menutupi keterbatasan.

Risiko dan Dampak Konflik Nuklir

Baik India maupun Pakistan memiliki kemampuan untuk menyebabkan kerusakan katastrofik.

Menurut perkiraan, bahkan pertukaran nuklir terbatas dapat menyebabkan 20 juta kematian dalam seminggu, dengan dampak iklim global akibat “musim dingin nuklir.”

Wilayah Kashmir menjadi titik api utama, dengan insiden seperti serangan udara India pada Mei 2025 meningkatkan ketegangan.
Siapa Paling Kuat?

Secara keseluruhan:

India unggul dalam:

  • Jangkauan rudal (Agni-V dan pengembangan Agni-VI).
  • Diversifikasi platform pengiriman (daratan, laut, udara).
  • Kekuatan militer konvensional (personel, anggaran, alutsista).
  • Aliansi internasional yang lebih luas.

Pakistan unggul dalam:

  • Jumlah hulu ledak nuklir (meskipun selisih tipis).
  • Senjata nuklir taktis untuk medan perang (Nasr).
  • Kebijakan nuklir yang lebih fleksibel, meskipun berisiko tinggi.
  • Dukungan teknologi dari China.

India memiliki keunggulan strategis secara keseluruhan karena kekuatan militer konvensional yang lebih besar, teknologi rudal jarak jauh, dan kapabilitas laut yang lebih matang.

Namun, Pakistan tetap menjadi ancaman serius dengan arsenal nuklir yang hampir setara, senjata taktis, dan kebijakan yang lebih agresif.

Dalam konteks nuklir, “kemenangan” sulit ditentukan karena penggunaan senjata nuklir oleh kedua belah pihak akan menyebabkan kehancuran bersama. Oleh karena itu, diplomasi dan pengendalian eskalasi menjadi kunci untuk mencegah bencana.

Artikel Terbaru

Pelatihan Menulis Aksara Jawa di PKK Kelurahan Danukusuman: Menjaga Warisan Leluhur di Era Digital

INNNEWS— Dalam upaya melestarikan budaya lokal di tengah arus modernisasi, PKK Kelurahan Danukusuman menggelar...

Pembukaan Rumah Belajar Pancasila Joyosuran: Wadah Baru Menggerakan Kesadaran Belajar Masyarakat

INNNEWS – Kelurahan Joyosuran, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, pagi ini menjadi saksi peristiwa...

Kasus Roy Suryo vs Jokowi: Ijazah Palsu, Pencemaran Nama Baik, dan Dugaan “Kasus Sandera”

Perseteruan hukum antara Roy Suryo dan kawan-kawan (Roy cs) dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi)...

Lewat Open Booth Perdana di MCP Malang, Sekolah Programming Indonesia Kenalkan Pola Pikir Computational Thinking pada Anak

INNNEWS – Sekolah Programming Indonesia (SPI) resmi membuka booth perdananya di Malang City Point (MCP),...

artikel yang mirip

Pelatihan Menulis Aksara Jawa di PKK Kelurahan Danukusuman: Menjaga Warisan Leluhur di Era Digital

INNNEWS— Dalam upaya melestarikan budaya lokal di tengah arus modernisasi, PKK Kelurahan Danukusuman menggelar...

Pembukaan Rumah Belajar Pancasila Joyosuran: Wadah Baru Menggerakan Kesadaran Belajar Masyarakat

INNNEWS – Kelurahan Joyosuran, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, pagi ini menjadi saksi peristiwa...

Kasus Roy Suryo vs Jokowi: Ijazah Palsu, Pencemaran Nama Baik, dan Dugaan “Kasus Sandera”

Perseteruan hukum antara Roy Suryo dan kawan-kawan (Roy cs) dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi)...