HomeGaya HidupKader PSI: Jokowi Penuhi Syarat Jadi Nabi

Kader PSI: Jokowi Penuhi Syarat Jadi Nabi

Published on

spot_img

 576 total views

INN NEWS – Pernyataan kontroversial dari Dedy Nur Palakka, kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan Ketua Biro Ideologi dan Kaderisasi DPW PSI Bali, menuai badai kritik di media sosial.

Dalam cuitannya di akun X @DedyNurPalakka pada Senin, 9 Juni 2025, Dedy menyebut mantan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) memenuhi syarat untuk menjadi seorang nabi.

“Jadi nabi pun sebenarnya beliau ini sudah memenuhi syarat, cuman sepertinya beliau menikmati menjadi manusia biasa dengan senyum selalu lebar ketika bertemu dengan rakyat,” tulis Dedy.

Pernyataan ini awalnya dilontarkan sebagai respons terhadap kritik terhadap kedekatan Jokowi dengan rakyat, yang menurut Dedy menunjukkan sifat merakyat. Ia juga menyatakan keheranannya terhadap pihak-pihak yang masih “mengusik” Jokowi, padahal tugas kenegaraannya sebagai presiden telah selesai dengan baik.

Namun, pernyataan ini memicu reaksi keras dari berbagai kalangan, termasuk netizen dan pengamat, yang menganggapnya berlebihan, sensitif, hingga dianggap sebagai penistaan agama.

Klarifikasi Dedy: Bukan Nabi Literal, Tapi Simbolik

Menanggapi kritik yang membanjiri media sosial, Dedy memberikan penjelasan panjang. Ia menegaskan bahwa istilah “nabi” yang digunakan bukan dalam pengertian teologis atau literal seperti dalam ajaran agama, melainkan sebagai kiasan intelektual dalam konteks sosial dan filsafat.

“Jokowi bukan nabi dalam pengertian wahyu, tetapi nabi dalam pengertian sosial, yaitu penunjuk jalan dalam krisis politik dan moral publik,” ujar Dedy.

Ia membandingkan penggunaan istilah ini dengan tokoh-tokoh seperti Mahatma Gandhi atau Nelson Mandela, yang sering disebut memiliki “sifat kenabian” karena integritas dan dedikasi mereka.

Dedy juga menegaskan bahwa cuitannya adalah ekspresi pribadi sebagai warga negara dan kader PSI, bukan klaim teologis. “Kalau saya menulis Jhon juga bisa jadi nabi baru, apa yang saya langgar? Ini pikiran bebas saya saja,” katanya menjawab kritik dari pegiat media sosial Jhon Sitorus.

Ia bahkan menyatakan tidak akan menghapus cuitannya dan berharap pernyataannya disebarkan luas agar dunia tahu “ada nabi baru yang lahir dari Indonesia.”

Reaksi Publik: Kritik Pedas hingga Tuduhan Penistaan

Pernyataan Dedy memicu gelombang kecaman di platform X. Jhon Sitorus, salah satu pegiat media sosial, meminta Dedy berhati-hati karena isu nabi bersifat sensitif.

“Jokowi jadi nabi umat agama mana yang kau maksud? Harus diperjelas agar tidak menimbulkan polemik,” tulis Jhon, menambahkan bahwa menyebut Jokowi memenuhi syarat sebagai nabi berarti mengklaim ia menerima wahyu dari Tuhan, yang harus dibuktikan.

 

Artikel Terbaru

InFest 2025: Melatih Generasi Pencipta Teknologi, Bukan Sekadar Pengguna

Dunia sedang berubah cepat, dan Indonesia tak boleh tertinggal. Di tengah derasnya arus teknologi dan kecerdasan buatan (AI), Sekolah Programming Indonesia (SPI) bersama Imadeo Learning Center dan Eco Village menghadirkan InFest (Innovation Festival), sebuah ajang kompetisi dan pameran inovasi yang bertujuan menumbuhkan pola pikir kreatif dan kolaboratif di kalangan generasi muda.

Trump Gaza Plan: Antara Tuduhan Kolonialisme dan Jalan Keluar Gaza

Di abad ke-21, kata “kolonialisme” masih terus digunakan sebagai senjata retoris. Setiap intervensi Barat...

Regionalisme sebagai Penahan Benturan Globalisme dan Nasionalisme

Dunia sedang bergerak menuju era multipolar yang kompleks. Jika pada masa Perang Dingin peta...

Ortu SD Muhammadiyah 1 Ketelan Solo Lebih Pilih Dapur Sehat Rp10 Ribu daripada MBG Gratis

Solo, innindonesia.com – Di tengah gencarnya program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari pemerintah pusat, sekelompok orang tua siswa di SD Muhammadiyah 1 Ketelan, Solo, Jawa Tengah, justru memilih opsi mandiri. 

artikel yang mirip

InFest 2025: Melatih Generasi Pencipta Teknologi, Bukan Sekadar Pengguna

Dunia sedang berubah cepat, dan Indonesia tak boleh tertinggal. Di tengah derasnya arus teknologi dan kecerdasan buatan (AI), Sekolah Programming Indonesia (SPI) bersama Imadeo Learning Center dan Eco Village menghadirkan InFest (Innovation Festival), sebuah ajang kompetisi dan pameran inovasi yang bertujuan menumbuhkan pola pikir kreatif dan kolaboratif di kalangan generasi muda.

Trump Gaza Plan: Antara Tuduhan Kolonialisme dan Jalan Keluar Gaza

Di abad ke-21, kata “kolonialisme” masih terus digunakan sebagai senjata retoris. Setiap intervensi Barat...

Regionalisme sebagai Penahan Benturan Globalisme dan Nasionalisme

Dunia sedang bergerak menuju era multipolar yang kompleks. Jika pada masa Perang Dingin peta...