HomeGaya HidupSeruan Kesejahteraan Satwa di Meet and Discuss Communication Awards 2025

Seruan Kesejahteraan Satwa di Meet and Discuss Communication Awards 2025

Published on

spot_img

 536 total views

YOGYAKARTA – Sala satu rangkaian acara Communication Awards 2025 yaitu Meet and Discuss yang digelar oleh Korps Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta resmi dimulai dengan agenda perdana bertajuk “Stop Luka Demi Laba, Satwa Tak Lagi Bernyawa”.

Mengangkat isu seputar praktik konsumsi daging anjing yang dikenal sebagai “Sengsu : Tongseng Anjing”, acara ini menjadi wadah diskusi antar komunitas, akademisi, dan aktivis untuk menyoroti urgensi perlindungan hak dan kesejahteraan hewan di Indonesia.

Sebagai bagian dari tema besar Communication Awards tahun ini, yaitu Animal Welfare, diskusi ini bertujuan untuk melatih daya pikir kritis peserta sekaligus membangun kesadaran kolektif dalam menyikapi eksploitasi terhadap hewan, terutama anjing yang masih terjadi secara sistematis di berbagai daerah.

Dalam diskusi yang berlangsung hangat dan mendalam, Animal Friends Jogja (AFJ) mengungkap fakta mencengangkan bahwa Indonesia menempati peringkat kelima sebagai negara dengan konsumsi daging anjing tertinggi, dengan wilayah seperti Jakarta, Solo, dan Yogyakarta menjadi pusat perdagangan sengsu.

Ironisnya, sebagian besar anjing diperoleh dari wilayah yang belum bebas rabies dan diperlakukan secara tidak manusiawi.

Perwakilan WRC (Wildlife Rescue Center Jogja) turut menyuarakan bahwa konsumsi daging anjing tidak hanya melanggar prinsip kesejahteraan hewan (animal welfare), tapi juga berpotensi membahayakan kesehatan manusia.

Penjagalan anjing bukan hanya ilegal karena tidak termasuk hewan konsumsi dalam Undang-Undang, tetapi juga mengandung risiko rabies dan penyakit zoonosis lainnya.

Peserta diskusi juga menyoroti lemahnya regulasi. UU Pangan No. 18 memang tidakmengategorikan anjing sebagai hewan pangan, namun ketiadaan larangan eksplisit menyebabkan praktik ini terus dibiarkan.

Budaya dan mitos yang menganggap sengsu sebagai makanan berkhasiat pun turut memperparah situasi.

Menariknya, perwakilan mahasiswa dari Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa perspektif lokal justru menolak konsumsi anjing.

Sayangnya, budaya luar dan minimnya edukasi perlahan menggeser norma tersebut. Oleh karena itu, pendekatan komunikasi yang humanis dan edukatif dipandang sangat penting untuk menciptakan perubahan nyata.

Diskusi ini menegaskan bahwa persoalan konsumsi sengsu merupakan isu yang kompleks dan multidimensi mencakup aspek hukum, budaya, ekonomi, hingga etika.

Oleh karena itu, penyelesaiannya pun menuntut pendekatan lintas sektor, mulai dari advokasi kebijakan, edukasi masyarakat, hingga penguatan kampanye sosial yang berkelanjutan.

“Ini bukan sekadar isu pencinta hewan. Ini tentang kemanusiaan, kesehatan publik, dan masa depan budaya kita,” ujar salah satu peserta.

Acara Meet and Discuss Communication Awards 2025 berhasil membuka ruang refleksi bersama dan menjadi langkah awal menuju kampanye yang lebih luas demi menegakkan kesejahteraan satwa.

Melalui diskusi ini, diharapkan kolaborasi antar elemen masyarakat dapat terus diperkuat untuk menciptakan perubahan sosial yang berpihak pada makhluk hidup lain yang juga berhak hidup aman dan layak.

Artikel Terbaru

InFest 2025: Melatih Generasi Pencipta Teknologi, Bukan Sekadar Pengguna

Dunia sedang berubah cepat, dan Indonesia tak boleh tertinggal. Di tengah derasnya arus teknologi dan kecerdasan buatan (AI), Sekolah Programming Indonesia (SPI) bersama Imadeo Learning Center dan Eco Village menghadirkan InFest (Innovation Festival), sebuah ajang kompetisi dan pameran inovasi yang bertujuan menumbuhkan pola pikir kreatif dan kolaboratif di kalangan generasi muda.

Trump Gaza Plan: Antara Tuduhan Kolonialisme dan Jalan Keluar Gaza

Di abad ke-21, kata “kolonialisme” masih terus digunakan sebagai senjata retoris. Setiap intervensi Barat...

Regionalisme sebagai Penahan Benturan Globalisme dan Nasionalisme

Dunia sedang bergerak menuju era multipolar yang kompleks. Jika pada masa Perang Dingin peta...

Ortu SD Muhammadiyah 1 Ketelan Solo Lebih Pilih Dapur Sehat Rp10 Ribu daripada MBG Gratis

Solo, innindonesia.com – Di tengah gencarnya program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari pemerintah pusat, sekelompok orang tua siswa di SD Muhammadiyah 1 Ketelan, Solo, Jawa Tengah, justru memilih opsi mandiri. 

artikel yang mirip

InFest 2025: Melatih Generasi Pencipta Teknologi, Bukan Sekadar Pengguna

Dunia sedang berubah cepat, dan Indonesia tak boleh tertinggal. Di tengah derasnya arus teknologi dan kecerdasan buatan (AI), Sekolah Programming Indonesia (SPI) bersama Imadeo Learning Center dan Eco Village menghadirkan InFest (Innovation Festival), sebuah ajang kompetisi dan pameran inovasi yang bertujuan menumbuhkan pola pikir kreatif dan kolaboratif di kalangan generasi muda.

Trump Gaza Plan: Antara Tuduhan Kolonialisme dan Jalan Keluar Gaza

Di abad ke-21, kata “kolonialisme” masih terus digunakan sebagai senjata retoris. Setiap intervensi Barat...

Regionalisme sebagai Penahan Benturan Globalisme dan Nasionalisme

Dunia sedang bergerak menuju era multipolar yang kompleks. Jika pada masa Perang Dingin peta...