HomeGlobalAlasan Trump Menghapus Departemen Pendidikan Amerika

Alasan Trump Menghapus Departemen Pendidikan Amerika

Published on

spot_img

 771 total views

INN INTERNASIONAL – Pada 17 Juli 2025, Presiden Donald Trump mengumumkan langkah berani untuk menghapus Departemen Pendidikan Amerika (Department of Education atau DoE), sebuah keputusan yang didukung oleh keputusan Mahkamah Agung pada 15 Juli 2025 yang memberi wewenang presiden untuk merestrukturisasi badan federal.

Langkah ini menandai perubahan besar dalam sistem pendidikan AS yang telah terpusat sejak DoE didirikan pada 1979 di bawah Presiden Jimmy Carter. Berikut adalah alasan utama di balik keputusan kontroversial ini:

1. Efisiensi Anggaran dan Kinerja Buruk

Trump berargumen bahwa DoE, yang menghabiskan sekitar $100 miliar per tahun, gagal meningkatkan prestasi siswa. Data dari National Center for Education Statistics menunjukkan skor tes siswa AS stagnan atau menurun, dengan peringkat global 13 dalam membaca dan 37 dalam matematika menurut OECD PISA 2019.

Menurut Trump, dana tersebut lebih baik dialokasikan langsung ke negara bagian dan keluarga, bukan birokrasi federal.

2. Pengembalian Kendali ke Komunitas Lokal

Keputusan ini bertujuan mengembalikan kekuasaan pendidikan ke negara bagian dan dewan sekolah lokal.

Trump dan Sekretaris Pendidikan Linda McMahon percaya bahwa pendekatan terpusat di Washington D.C. telah membebani sekolah dengan regulasi berlebihan, sehingga mengurangi fleksibilitas guru dan orang tua dalam menentukan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan lokal.

3. Penolakan terhadap Ideologi Kontroversial  

Kritik terhadap DoE juga mencakup dugaan bahwa departemen ini mendorong ideologi seperti Critical Race Theory dan kebijakan transgender, yang dianggap sebagai “eksperimen sosial progresif” oleh pendukung Trump.

Laporan dari National Association of Scholars pada 2021 mendukung pandangan ini, menyoroti campur tangan federal dalam kurikulum yang memicu protes di kalangan orang tua.

4. Konflik Politik dengan Serikat Guru

Langkah ini juga memiliki dimensi politik. Serikat guru, yang mendukung Partai Demokrat dengan kontribusi $35 juta pada kampanye 2020 (berdasarkan OpenSecrets), menentang penghapusan DoE.

Trump melihat departemen ini sebagai alat pendanaan untuk kepentingan serikat, bukan siswa, dan ingin memutus hubungan tersebut.

Meskipun langkah ini didukung oleh negara bagian merah (Republikan) yang siap memperluas pilihan sekolah, negara bagian biru (Demokrat) dan pendidik, yang mengutip jajak pendapat Wall Street Journal yang menunjukkan 60% warga menentang penghapusan, menyuarakan kekhawatiran akan berkurangnya sumber daya pendidikan.

Dengan pendanaan federal yang akan dialihkan melalui hibah blok, masa depan pendidikan AS kini berada di tangan komunitas lokal, menandai era baru yang penuh tantangan dan peluang.

 

Artikel Terbaru

InFest 2025: Melatih Generasi Pencipta Teknologi, Bukan Sekadar Pengguna

Dunia sedang berubah cepat, dan Indonesia tak boleh tertinggal. Di tengah derasnya arus teknologi dan kecerdasan buatan (AI), Sekolah Programming Indonesia (SPI) bersama Imadeo Learning Center dan Eco Village menghadirkan InFest (Innovation Festival), sebuah ajang kompetisi dan pameran inovasi yang bertujuan menumbuhkan pola pikir kreatif dan kolaboratif di kalangan generasi muda.

Trump Gaza Plan: Antara Tuduhan Kolonialisme dan Jalan Keluar Gaza

Di abad ke-21, kata “kolonialisme” masih terus digunakan sebagai senjata retoris. Setiap intervensi Barat...

Regionalisme sebagai Penahan Benturan Globalisme dan Nasionalisme

Dunia sedang bergerak menuju era multipolar yang kompleks. Jika pada masa Perang Dingin peta...

Ortu SD Muhammadiyah 1 Ketelan Solo Lebih Pilih Dapur Sehat Rp10 Ribu daripada MBG Gratis

Solo, innindonesia.com – Di tengah gencarnya program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari pemerintah pusat, sekelompok orang tua siswa di SD Muhammadiyah 1 Ketelan, Solo, Jawa Tengah, justru memilih opsi mandiri. 

artikel yang mirip

InFest 2025: Melatih Generasi Pencipta Teknologi, Bukan Sekadar Pengguna

Dunia sedang berubah cepat, dan Indonesia tak boleh tertinggal. Di tengah derasnya arus teknologi dan kecerdasan buatan (AI), Sekolah Programming Indonesia (SPI) bersama Imadeo Learning Center dan Eco Village menghadirkan InFest (Innovation Festival), sebuah ajang kompetisi dan pameran inovasi yang bertujuan menumbuhkan pola pikir kreatif dan kolaboratif di kalangan generasi muda.

Trump Gaza Plan: Antara Tuduhan Kolonialisme dan Jalan Keluar Gaza

Di abad ke-21, kata “kolonialisme” masih terus digunakan sebagai senjata retoris. Setiap intervensi Barat...

Regionalisme sebagai Penahan Benturan Globalisme dan Nasionalisme

Dunia sedang bergerak menuju era multipolar yang kompleks. Jika pada masa Perang Dingin peta...