136 total views
Solo, innindonesia.com – Di tengah gencarnya program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari pemerintah pusat, sekelompok orang tua siswa di SD Muhammadiyah 1 Ketelan, Solo, Jawa Tengah, justru memilih opsi mandiri.
Mereka menolak MBG dan lebih memilih membayar Rp10 ribu per hari untuk dapur sehat sekolah yang sudah berjalan sejak 2015.
Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan kekhawatiran akan keamanan makanan, terutama setelah maraknya kasus keracunan massal terkait program serupa di berbagai daerah.
Kepala Humas SD Muhammadiyah 1 Ketelan, Dwi Jatmiko, menjelaskan bahwa sekolah yang berdiri sejak era kolonial Belanda ini telah memiliki program dapur ramah anak yang mandiri.
“Kami sudah punya dapur sehat yang dikelola tim internal. Semua proses dari pengadaan bahan hingga penyajian bisa kami kontrol langsung, sehingga higienis dan bergizi,” ujar Dwi kepada wartawan di sekolah, Senin (29/9/2025).
Ia menambahkan, program ini terjangkau untuk semua kalangan, baik siswa dari keluarga sejahtera maupun pra-sejahtera, dan telah beroperasi selama hampir satu dekade tanpa keluhan signifikan.
Salah satu orang tua siswa, Cici, mengaku khawatir dengan lonjakan kasus keracunan MBG di luar sana.
“Dengan banyaknya kejadian seperti ini, kami orang tua sangat takut. Anak kami bukan hanya di rumah, tapi juga di sekolah harus aman,” ungkap Cici, wali murid kelas 3 SD.
Ia lebih memilih membayar Rp10 ribu untuk menu harian yang disesuaikan selera anak, daripada bergantung pada MBG gratis yang berisiko.
Pendapat serupa disampaikan orang tua lain, yang menilai dapur sekolah lebih fleksibel dan bisa menyesuaikan menu dengan kebutuhan gizi anak-anak setempat.
Penolakan ini bukan berarti menentang program pemerintah, tapi lebih kepada preferensi lokal.
Dwi Jatmiko menyarankan agar kuota MBG dialihkan ke sekolah lain yang lebih membutuhkan.
“Kami dukung program ini, tapi biarlah sekolah seperti kami yang sudah siap mandiri tetap jalankan yang terbaik untuk anak-anak,” tambahnya.
Sekolah swasta berbasis Muhammadiyah ini, yang dulunya bernama Hollandsch-Inlandsche School (HIS), memang dikenal dengan inisiatif mandiri dalam pendidikan dan kesehatan siswa
.Kasus keracunan MBG memang menjadi sorotan nasional belakangan ini. Di Jember, misalnya, ratusan siswa menolak paket MBG karena dicurigai basi, meski pengelola dapur membantah.
Bahkan, Presiden Prabowo Subianto sempat menyentil soal kebiasaan siswa makan tanpa sendok sebagai salah satu pemicu, meski angka kasus relatif kecil dibanding penerima manfaat.
Di Papua, aksi demo pelajar menolak MBG juga sempat viral, menunjukkan bahwa program ini masih menuai kontroversi di kalangan masyarakat.
Meski demikian, MBG tetap berjalan di banyak daerah.