1,201 total views
INN NEWS – Sejak dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia pada 20 Oktober 2024, Prabowo Subianto menghadapi berbagai tantangan dalam mewujudkan visi pemerintahannya.
Namun, salah satu isu yang terus menjadi sorotan baru-baru ini adalah komunikasi publik yang buruk dari para pembantunya, seperti Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi dan Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana.
Pernyataan-pernyataan kontroversial dari anak buahnya kerap memicu polemik, mengundang kritik tajam, dan menimbulkan ketidakpercayaan publik.
Presiden Prabowo perlu segera memperbaiki cara komunikasi timnya agar lebih terkoordinasi, sensitif, dan mendukung agenda pemerintahannya.
Kasus-Kasus Pernyataan Kontroversial
Hasan Nasbi dan Teror Kepala Babi ke Kantor Tempo
Pada 21 Maret 2025, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi menanggapi teror pengiriman kepala babi ke kantor redaksi Tempo dengan nada yang dianggap tidak serius.
Ia berkata, “Sudah dimasak saja,” saat menjawab pertanyaan wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta. Pernyataan ini merujuk pada kiriman kepala babi yang dialamatkan kepada jurnalis Tempo, Francisca Christy Rosana (Cica), di tengah bulan Ramadan yang sensitif.
Ucapan Hasan memicu kemarahan publik dan dianggap meremehkan ancaman terhadap kebebasan pers. Koalisi Masyarakat Sipil menyebut pernyataan tersebut “tidak berempati” dan “mencederai prinsip demokrasi,” seperti dilaporkan Tempo.co pada 22 Maret 2025.
Dadan Hindayana dan Komentar soal Timnas
Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, menjadi sorotan pada Februari 2025 akibat pernyataannya yang kontroversial tentang performa tim nasional (timnas) sepak bola Indonesia.
Dalam sebuah wawancara di stasiun televisi nasional, ia mengatakan, “Timnas sulit menang karena kurang gizi dan kebanyakan dari kampung.” Pernyataan ini langsung menuai kecaman dari pecinta sepak bola dan masyarakat luas, yang menilainya diskriminatif dan merendahkan.
Banyak yang mempertanyakan kompetensi Dadan, terutama karena Badan Gizi Nasional seharusnya bertanggung jawab atas peningkatan gizi masyarakat, termasuk atlet. Media sosial, khususnya X, ramai dengan tagar #DadanOut sebagai bentuk protes.
Moeldoko dan Sikap Antikritik
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko juga menyumbang kontroversi pada Februari 2025. Dalam sebuah wawancara, ia menyatakan, “Pengkritik pemerintah sebaiknya introspeksi diri sebelum bicara,” yang dianggap publik sebagai sikap antikritik.
Pernyataan ini bertentangan dengan janji Prabowo yang mengaku terbuka terhadap masukan, sehingga memicu persepsi adanya ketidaksesuaian dalam komunikasi pemerintahan. Netizen di X menyebut Moeldoko “arogan” dan “tidak peka” terhadap aspirasi rakyat.
Immanuel Ebenezer Gerungan dan Respons Sinis
Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer Gerungan (Noel) turut memicu polemik pada Februari 2025. Menanggapi tagar #KaburAjaDulu yang viral sebagai protes terhadap kebijakan pemerintah, ia berkata, “Yang kabur aja dulu itu biasanya takut sama kerja keras.”
Ucapan ini dianggap tidak empatik dan memperburuk sentimen publik, yang kemudian memperluas narasi “Indonesia Gelap” di media sosial.
Komentar Pengamat
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia, Effendi Gazali, menyoroti bahwa komunikasi publik pemerintahan Prabowo “terlihat kacau dan tidak terarah.”
Ia mengkritik pernyataan Hasan Nasbi sebagai bukti ketidakpekaan pejabat tinggi terhadap isu sensitif. “Seorang Kepala Kantor Komunikasi seharusnya menjadi juru bicara yang menenangkan, bukan malah memancing konflik,” ujarnya dalam wawancara dengan Kompas.com pada 22 Maret 2025.
Sementara itu, pengamat olahraga dan gizi, Hardiansyah Putra, mengecam pernyataan Dadan Hindayana sebagai “blunder besar.” Dalam opininya di Detik.com pada 25 Februari 2025, ia menyebut bahwa ucapan Dadan tidak hanya salah secara faktual—karena banyak atlet sukses berasal dari kampung—tetapi juga menunjukkan kegagalan Badan Gizi Nasional dalam mendukung prestasi olahraga.
“Kalau gizinya buruk, itu tanggung jawab dia sebagai kepala badan, bukan malah menyalahkan asal-usul pemain,” tegasnya.
Direktur Lingkar Madani, Ray Rangkuti, bahkan meminta Hasan Nasbi mundur dari jabatannya akibat responsnya terhadap kasus Tempo. Dalam pernyataannya kepada JPNN.com pada 22 Maret 2025, Ray menilai sikap Hasan “mencerminkan ketidakpedulian pemerintah terhadap keselamatan warga.”
Reaksi Publik
Reaksi publik terhadap rentetan blunder komunikasi ini sangat terasa di media sosial. Tagar #HasanNasbi dan #DadanOut menjadi trending di X pada Maret 2025, mencerminkan kekecewaan masyarakat.
Seorang pengguna X, @bolasapii, pada 23 Februari 2025, menulis, “Kepala Badan Gizi bilang timnas kurang gizi dan dari kampung. Emang dia ngapain aja selama ini? Gizi atlet kok gitu?”
Sementara itu, @nurulfadila pada 21 Maret 2025 berkomentar, “Hasan Nasbi bilang ‘dimasak aja’ soal kepala babi ke Tempo. Ini pejabat atau pelawak?”
Koalisi Masyarakat Sipil, dalam pernyataan resminya pada 22 Maret 2025, mengecam respons Hasan Nasbi dan menegaskan bahwa “pemerintah harus serius menangani intimidasi terhadap pers, bukan meledek.”
Komunikasi publik yang buruk dari anak buah Presiden Prabowo, seperti Hasan Nasbi dan Dadan Hindayana, menjadi ancaman serius bagi kredibilitas pemerintahan.
Pernyataan kontroversial mereka tidak hanya memicu polemik, tetapi juga menunjukkan kurangnya koordinasi dan sensitivitas terhadap isu publik. Dengan kritik keras dari pengamat dan reaksi negatif dari masyarakat, Prabowo harus segera merombak strategi komunikasi timnya.
Jika tidak, kepercayaan publik terhadap Kabinet Merah Putih berisiko terus terkikis, mengganggu stabilitas pemerintahan di masa mendatang.

 
                                    
