361 total views
INN INTERNASIONAL – Selat Hormuz, sebuah jalur air sempit yang menghubungkan Teluk Persia dengan Teluk Oman dan Laut Arab, adalah salah satu jalur perdagangan energi terpenting di dunia.
Lebarnya hanya sekitar 33 kilometer pada titik tersempit, namun selat ini mengangkut sekitar 20-30% pasokan minyak dunia, termasuk minyak mentah, gas alam cair (LNG), dan produk petrokimia lainnya.
Sekitar 21 juta barel minyak per hari mengalir melalui selat ini, menjadikannya arteri vital bagi ekonomi global, terutama untuk negara-negara seperti Arab Saudi, Kuwait, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Selain itu, Selat Hormuz juga menjadi jalur strategis untuk perdagangan internasional lainnya.
Namun, selama beberapa dekade, Iran kerap mengancam akan menutup Selat Hormuz sebagai respons terhadap sanksi internasional, tekanan politik, atau konflik regional.
Ancaman ini biasanya muncul saat ketegangan meningkat, seperti selama sengketa nuklir Iran, sanksi ekonomi dari Barat, atau konflik dengan negara-negara Teluk dan Amerika Serikat.
Meski ancaman ini sering mengguncang pasar minyak global dan memicu ketegangan geopolitik, penutupan Selat Hormuz tidak pernah benar-benar terjadi. Mengapa demikian?
Berikut peran strategis Selat Hormuz dan alasan mengapa ancaman Iran sulit terwujud.
Peran Strategis Selat Hormuz
Pusat Perdagangan Energi Global
Selat Hormuz adalah jalur utama untuk ekspor minyak dan gas dari negara-negara Teluk, yang menyumbang sebagian besar cadangan minyak dunia.
Negara seperti Arab Saudi, Irak, Kuwait, dan Qatar sangat bergantung pada selat ini untuk menyalurkan energi ke pasar global, termasuk Asia, Eropa, dan Amerika. Penutupan selat ini, bahkan untuk waktu singkat, dapat menyebabkan lonjakan harga minyak dan gangguan ekonomi global.
Kepentingan Geopolitik
Selat Hormuz terletak di antara Iran di utara dan Oman serta Uni Emirat Arab di selatan. Posisinya yang strategis menjadikannya titik fokus dalam persaingan geopolitik.
Iran, yang memiliki garis pantai panjang di sepanjang selat, memandangnya sebagai alat pengaruh politik. Sementara itu, Amerika Serikat dan sekutunya, termasuk negara-negara Teluk, menjaga keamanan selat ini untuk memastikan aliran energi yang stabil.
Kontrol Militer dan Keamanan
Iran memiliki kehadiran militer yang signifikan di sekitar Selat Hormuz, termasuk pangkalan angkatan laut dan rudal anti-kapal.
Angkatan Laut Garda Revolusi Iran (IRGC) sering melakukan latihan militer di wilayah ini, menunjukkan kemampuan mereka untuk mengganggu jalur pelayaran.
Namun, Amerika Serikat juga memiliki kehadiran militer yang kuat di kawasan ini, dengan Armada Kelima Angkatan Laut AS yang berbasis di Bahrain, siap merespons ancaman terhadap selat.
Mengapa Iran Sering Mengancam Menutup Selat Hormuz?
Iran menggunakan ancaman penutupan Selat Hormuz sebagai alat diplomasi dan tekanan politik. Beberapa alasan di balik ancaman ini meliputi:
Respons terhadap Sanksi Ekonomi
Sanksi internasional, terutama dari Amerika Serikat dan Uni Eropa, telah lama membatasi ekspor minyak Iran dan melemahkan ekonominya. Dengan mengancam Selat Hormuz, Iran berusaha menekan komunitas internasional untuk mencabut sanksi, karena penutupan selat akan berdampak besar pada ekonomi global.
Menunjukkan Kekuatan Militer
Ancaman ini juga merupakan cara Iran untuk menegaskan kekuatan militernya di kawasan. Dengan menunjukkan kemampuan untuk mengganggu jalur pelayaran, Iran ingin diakui sebagai kekuatan regional yang tidak bisa diabaikan.
Peralihan Fokus Domestik
Di dalam negeri, ancaman ini sering digunakan untuk menggalang dukungan publik di tengah tekanan ekonomi atau politik. Dengan menampilkan sikap tegas terhadap Barat atau musuh regional, pemerintah Iran dapat memperkuat legitimasi domestiknya.
Kenapa Ancaman Penutupan Tidak Pernah Terwujud?
Meski ancaman Iran sering kali terdengar serius, ada beberapa alasan mengapa penutupan Selat Hormuz tidak pernah terjadi:
Dampak Ekonomi bagi Iran Sendiri
Iran juga bergantung pada Selat Hormuz untuk mengekspor minyak dan gasnya. Meskipun sanksi telah mengurangi ekspor minyak Iran, penutupan selat akan sepenuhnya menghentikan pendapatan energi Iran, yang merupakan tulang punggung ekonominya. Ini akan memperburuk krisis ekonomi di dalam negeri, yang sudah tertekan akibat sanksi dan ketidakstabilan internal.
Risiko Konfrontasi Militer
Menutup Selat Hormuz berarti Iran harus menghadapi respons militer dari Amerika Serikat dan sekutunya.
AS memiliki keunggulan militer yang signifikan di kawasan ini, termasuk kapal perang, jet tempur, dan sistem pertahanan rudal. Konflik terbuka di Selat Hormuz kemungkinan besar akan merugikan Iran, baik dari segi militer maupun politik.
Tekanan dari Komunitas Internasional
Penutupan Selat Hormuz akan memicu krisis energi global, yang akan memengaruhi tidak hanya Barat, tetapi juga sekutu Iran seperti Tiongkok dan India, yang sangat bergantung pada minyak Teluk.
Tekanan diplomatik dari negara-negara ini kemungkinan besar akan memaksa Iran untuk menahan diri.
Alternatif Jalur Ekspor
Beberapa negara Teluk, seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, telah mengembangkan jalur ekspor alternatif, seperti pipa yang melewati daratan untuk menghindari Selat Hormuz. Meskipun kapasitasnya terbatas, keberadaan alternatif ini mengurangi dampak ancaman Iran.
Strategi Retorika vs. Tindakan Nyata
Ancaman Iran sering kali lebih merupakan strategi retorika untuk mencapai tujuan politik tanpa harus melakukan tindakan ekstrem. Dengan mengeluarkan ancaman, Iran dapat memengaruhi harga minyak global, menarik perhatian dunia, dan memperkuat posisi tawarnya dalam negosiasi internasional.
Dampak Ancaman terhadap Pasar Global
Meskipun ancaman penutupan tidak pernah terwujud, dampaknya tetap terasa. Setiap kali Iran mengeluarkan pernyataan tentang Selat Hormuz, harga minyak dunia sering kali melonjak karena kekhawatiran pasar. Misalnya, pada tahun 2019, ketika ketegangan meningkat setelah serangan terhadap kapal tanker di Teluk Oman, harga minyak naik tajam meskipun selat tetap terbuka.
Ketidakpastian ini menunjukkan betapa sensitifnya pasar terhadap situasi di Selat Hormuz.


