119 total views
INN NEWS – Di era serba teknologi ini, dibutuhkan orang-orang yang terampil dan ahli di bidang teknologi. Apalagi Indonesia sendiri memasuki era Society 4.0 dan Industry 4.0 dimana komputer dan internet merupakan teknologi penunjangnya.
Bahkan belakangan ini telah muncul perusahaan-perusahan startup baru yang tentunya membutuhkan tenaga di bidang IT, sebut saja programmer.
Namun sayangnya, sumber daya manusia (SDM) di bidang programming sangat terbatas.
Untuk itu, Sekolah Programming Indonesia (SPI) mengambil bagian mempersiapkan SDM unggul yang akan menjawab permasalahan tersebut lewat pembelajaran programming.
Dalam pembelajaran programming, SPI mengunggulkan konsep computational thinking yang dibutuhkan di era teknologi ini.
Computational thinking merupakan metode berpikir yang dapat membantu siswa dalam menyelesaikan persoalan sederhana maupun kompleks dengan menggunakan teknologi komputer atau tanpa menggunakan komputer.

Computational thinking dan programming merupakan bentuk dari pembelajaran literasi dan numerasi abad 21 yang sama pentingnya dengan mengajarkan siswa membaca alfabet dan angka.
Computational thinking menjadi inti dalam pembelajaran programming di SPI. Computational thinking di SPI terbagi menjadi empat pilar, yakni:
Decomposition, siswa akan menguraikan masalah kompleks menjadi bagian yang sederhana mudah dikelola.
Pattern Recognition, siswa dapat melihat pola atau tren data dalam bagian-bagian dari uraian masalah kompleks.
Abstraction, siswa dapat mengidentifikasi data yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan dalam solusi suatu permasalahan sehingga didapatkan formula umum atau insight berdasarkan pola dan tren dari suatu permasalahan.
Algorithm, siswa mengembangkan solusi berupa langkah sistematis dari suatu tahapan demi tahapan dalam penyelesaian suatu permasalahan.
Lewat computational thinking yang ditekankan dalam pembelajaran programming itu, para siswa SPI mampu menciptakan berbagai macam alat teknologi lewat mini project hingga final project berdasarkan material-material yang telah dipelajari.
Mulai dari pet feeder, RGB Box, kelitikkan, lampu tidur, aplikasi belajar membaca, dan masih banyak lagi.
Siswa SPI tidak hanya bisa menciptakan sendiri peralatan teknologi dengan mudah di usia yang masih dini untuk mini project atau final project saja, tapi juga untuk menjawab permasalahan mereka sendiri.
Baca juga: Belajar Programming di SPi, Jocelyn Purnomo Cipta Aplikasi Belajar Baca
Seperti baru-baru ini, Jocelyn Purnomo, salah satu siswa SPI asal Yogyakarta yang menciptakan aplikasi belajar baca, karena latar belakangnya yang mengalami kesulitan membaca.

Aplikasi tersebut diciptakannya untuk membantu anak-anak yang mengalami kesulitan membaca.